Chapter 14 - Pulang [ END ]

1.6K 216 37
                                    

Chapter 14 - Hiraeth - Pulang

"Akaashi-! Ayo pulang dan minum cokelat panas bersama." Bokuto berjongkok, dihadapan Akaashi yang sudah terkapar babakbelur.

Dalam pertarungan yang hanya berlangsung sekitar duapuluh menit, Bokuto unggul dengan serangan fisiknya yang membabi buta itu. Akaashi yang bermodalkan senapan jarak jauh itu tidak dapat menghindari kecepatan Bokuto setiap mendekat.

Jika ditanya bagaimana perasaan Bokuto, maka dia akan menjawab- bahwa dirinya merasa begitu kecewa terhadap Akaashi.

Disisi lainnya, Bokuto memang merasa bahwa dirinya sendiri terlalu cepat mempercayai seseorang.

Tapi lagi, dan lagi dirinya bertanya- apakah itu adalah hal yang salah? Seharusnya dipercayai oleh orang lain dapat menjadi kebanggaan tersendiri.

Bokuto sudah terlanjur jatuh cinta terhadap sikap Akaashi yang lembut dan ramah kepadanya. Tidak seperti kebanyakan orang yang berkata- bahwa Bokuto adalah lelaki yang kekanakan, berisik, dan tidak menyenangkan.

Rasa cokelat panas yang dibuat Akaashi begitu nikmat, sampai-sampai rasanya selalu terbayang oleh Bokuto.

"Akaashi..." Bokuto masih menatap sendu. Akaashi tak kunjung bergerak. Hanya terkapar dengan napasnya yang sesekali terdengar pendek-pendek.

"... Ayo pul..."

DOR! DOR! DOR! DOR!

Usai keempat tembakan itu berbunyi, Bokuto masih menyempatkan diri untuk tersenyum kepada Akaashi. Lagi-lagi, ia tertipu dengan sandiwara yang dilakukan Akaashi. Yaitu berpura-pura pingsan.

Dalam sekejap, Bokuto mengeluarkan darah dari mulutnya- kemudian ambruk perlahan-lahan kearah depan. Darah segar mengalir sedikit demi sedikit, membanjiri tubuhnya yang tergeletak di lantai.

Bokuto sadar, bahwa pria berbadan besar sepertinya- tetap akan kalah oleh Akaashi yang merupakan pria cerdas. Ia bisa memanfaatkan situasi se-sempit apapun untuk membalik keadaan.

"Anda tidak perlu memiliki empati kepada saya." Gumam Akaashi. Ia membelai helaian rambut Bokuto, yang sudah basah oleh keringat itu. "Saya hanyalah orang yang dipaksa menggunakan senjata sejak kecil. Saya tidak ingin, orang seperti anda berteman dengan iblis seperti saya." Rupanya, Ada alasan tersendiri mengapa Akaashi tidak membiarkan Bokuto untuk tetap hidup.

Akaashi tahu betul posisinya dikala itu. Dia dan Bokuto berada didalam kubu yang berbeda. Sangat tidak mungkin untuk melanjutkan hubungan pertemanan. Atas rasa iba yang dimiliki Akaashi, ia ingin Bokuto berhenti menjadi pembunuh- untuk itulah Akaashi tega membunuhnya.

Jika ditanya darimana asal tembakan tersebut, Akaashi sudah menyiapkan rakitan senjata yang ia kamuflase-kan bak sebuah tiang di beberapa titik bangunan tersebut. Khususnya di lantai paling atas, tempatnya berpijak saat itu.

Hanya dengan satu tombol kecil, Akaashi dapat melancarkan serangan kepada targetnya.

"Anda sudah tertidur? Syukurlah... Bokuto-san." Telapak tangan Akaashi membelai wajah Bokuto, sekarang- kedua matanya sudah tertutup begitu erat.

Kedua iris mata Akaashi bergerak, memperhatikan luka-luka yang tercipta akibat peluru tersebut. Rupanya, keempat peluru acak itu malah mengenai beberapa bagian yang rawan. Arteri brakialis di lengan, satu arteri inguinal bilateral di pangkal paha, dan sisanya menyangkut pada bagian pundak kiri.

Itulah mengapa, darah mengalir begitu deras- dan langsung membuat Bokuto tewas dalam waktu kurang dari lima menit.

"Dasar Anjing, lo!!" Konsentrasi Akaashi sempat menghilang beberapa saat. Ia sampai tidak menyadari bahwa ada Oikawa yang datang dengan amarah membludak.

Hiraeth - Miya Twins [ END ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang