Chapter 4 - Tentang Mamah dan Papah

1.3K 234 60
                                    

Chapter 4 – Hiraeth – Tentang Mama dan Papa

“Hey, Samu!”

Osamu mencari sumber suara itu. Dia berbalik, lalu mendapati Atsumu tengah berlari-lari kecil ke arahnya dengan riang. Osamu tersenyum kepadanya. Atsumu selalu terlihat seperti anak kecil setiapkali menyapa Osamu.

“Pagi, Tsumu.” Sapa Osamu kemudian.

Atsumu menatap serius kegiatan yang sedang Osamu lakukan. Seharusnya pemandangan Osamu yang berada di dapur tidak akan membuat Atsumu merasa asing. Sebaliknya, Atsumu malah senang- bisa kembali melihat rutinitas adiknya itu.

“Masak apa?” tanya Atsumu.

“hmm… Cuma roti isi.” Jawab Osamu. Ia memotong dada ayam yang sudah dipanggang itu menjadi beberapa bagian tipis. Mungkin, Osamu ingin agar dagingnya lebih mudah digigit.

“wow…” Atsumu ternganga.   “Gue nggak sabar mau makan roti isinya.” Kata Atsumu. Tangannya ditepis oleh Osamu, ketika hendak mencuri potongan ayam yang sedang ditata pada isian roti.

“Bandel-!” omel Osamu.

Sementara itu Atsumu meringis, lalu cemberut sembari mengusap-usap tangannya.

“loh, perasaan gue nggak punya pisau itu, deh.” Atsumu keheranan ketika melihat sebuah pisau besar yang tengah Osamu gunakan.

“ini namanya pisau daging, Tsumu…” Osamu mendengus kecil. Beberapa hari terakhir ia merasa risih karena Atsumu tidak memiliki peralatan masak yang lengkap. Karena itulah Osamu meletakkan peralatan masak miliknya di dapur. Ia yakin kalau Atsumu tidak akan merasa keberatan akan hal tersebut.

Atsumu mengangguk. Sedikit merasa ngeri karena ia tahu betapa besar dan tajamnya pisau tersebut.

“Sam… hati-hati, deh.” Raut wajah Atsumu berubah khawatir.

Osamu hanya tergelak kecil.

“gue mahir pake pisau, tenang aja!” Kata Osamu, lalu melakukan atraksi kecil dengan pisau daging tersebut. Ia memutar, melempar, lalu menangkapnya kembali dengan satu tangan saja.

Atsumu menepuk tangan, tanda kagum. Ia ingin mencobanya, tapi salah sedikit saja- mungkin tangannya-lah yang akan terluka oleh tajamnya mata pisau itu.

“Selamat makan!” Ucap Atsumu setelah Osamu menyajikan sepiring sandwitch untuknya.

Porsi sandwitch itu cukup besar. Atsumu melahapnya dengan rasa senang, sebab buatan tangan Osamu tidak pernah mengecewakan lidahnya. Semenjak Osamu hadir, Atsumu selalu mendapat asupan nutrisi yang baik. hari-hari melelahkan selalu berakhir setiap Atsumu sampai dirumah, lalu melihat wajah gembira milik adik kembarnya itu.

Untuk kesekian lamanya, Atsumu merasa bahwa ia benar-benar kembali pulang kerumah.

“Tsumu… gue bosen banget dirumah.” Osamu mengunyah sarapannya dengan lesu. Ia merasa tidak berselera, padahal roti isi itu adalah buatannya sendiri.

Atsumu masih mengunyah. Kepalanya miring kekiri, lalu kekanan secara bergantian. Jika diamati, kelakuan Atsumu mirip dengan kebanyakan perempuan ketika sedang menyantap makanan yang nikmat. Biasanya mereka akan melakukan gerakan-gerakan kecil yang menandakan bahwa dirinya puas akan rasa makanan tersebut.

“ayo ke makam Mamah sama Papah sepulang Gereja!” Seru Atsumu.

*****

Miya Atsumu :
[ Lama banget sih, Sam. ]

Miya Osamu :
[ lagi beli bunga. ]

Miya Atsumu :
[ yaudah, cepetan. ]

Hiraeth - Miya Twins [ END ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang