; 13

1.5K 272 33
                                    

"Doyoung-ah..."

Merasakan ada yang menepuk-nepuk pundaknya, Doyoung pun terbangun. Tersentak melihat Yoshi sudah berada di hadapannya, reflek ia menatap ke arah jam dinding di ruangan ini.

"Ahh.. Yoshi hyung, kenapa sudah datang pagi-pagi seperti ini?" tanya Doyoung dengan suara khas bangun tidurnya.

"Pulanglah, biar aku yang menjaga Yedam,"

Doyoung mengernyit, jawaban itu tidak sesuai dengan pertanyaannya.

"Kasihan tunangan mu," sambung Yoshi.

"Apa yang hyung bicarakan?" Doyoung menegakkan tubuhnya, berusaha membuka mata lebar-lebar karena nyawanya belum terkumpul semua.

Yoshi malah berjalan ke arah pintu, membuka pintu itu dan berkata, "Lebih baik kita bicarakan di luar saja, takut mengganggu tidur Yedam." Lalu ia keluar dari ruangan Yedam. Doyoung mau tidak mau segera mengikuti.

...

"Jangan seperti ini, Doyoung-ah."

Setelah hampir 5 manit hening, Yoshi akhirnya bersuara. Mengambil penuh atensi Doyoung yang sedari tadi bergeming. Mereka saling bertatap, Doyoung menunggu Yoshi melanjutkan kata-katanya dan Yoshi yang tengah merangkai kata-kata tersebut.

"Aku tau dari Dokter Hyunsuk. Kamu sudah bertunangan dan segera menikah sebentar lagi."

Yoshi beralih menatap cincin perak di jari manis Doyoung, "Bodoh sekali aku tidak menyadari kalau cincin di jari manis mu itu adalah cincin pertunangan."

"Apa maksud hyung membahas hal ini?" tanya Doyoung, tersirat nada tidak nyaman atas pembahasan Yoshi.

"Aku tau kamu merasa bersalah dan kamu ingin merawat Yedam sampai sembuh untuk menembus kesalahan itu. Tapi, apa meninggalkan tunangan mu demi memprioritaskan pasien sendiri adalah hal yang bisa dimaklumi?"

Selama beberapa saat, Doyoung terdiam. Tatapan dan nada bicara Yoshi yang begitu serius membuatnya seketika diam seribu bahasa.

"Mashiho tunangan mu, calon suami mu. Bagaimana bisa kamu seperti ini hanya karena Yedam?"

"Yedam membutuhkan ku." Doyoung pun membuka suara.

Yoshi mengangguk samar mengiyakan ucapan Doyoung barusan "Yedam memang membutuhkan mu, tapi apa Mashiho tidak demikian?"

Lagi. Doyoung terdiam. Ia baru memikirkannya sekarang, bagaimana perasaan Mashiho atas perhatiannya yang akhir-akhir ini memudar karena terlalu sibuk dengan Yedam? Sementara Mashiho ditinggalkan begitu saja— dan lelaki itu tidak tau apa-apa.

Yang Mashiho tau hanyalah, Doyoung menjadi seorang Dokter hebat yang bisa menyembuhkan banyak pasiennya.

"Dan apa kamu menyadari satu hal, Doyoung-ah?" tanya Yoshi menarik Doyoung dari lamunannya.

"Perlakuan mu itu seperti memberi harapan untuk Yedam. Bagaimana jika Yedam mulai menerima dirimu sebagai pengganti Haruto? Sedangkan dirimu sudah memiliki Mashiho."

"Apa kamu tidak sadar bagaimana sikap Yedam kepadamu? Sorot mata Yedam saat menatapmu?"

Tidak pernah terpikirkan oleh Doyoung sebelumnya jika hal ini akan terjadi. Karena niat Doyoung sejak awal hadir di kehidupan Yedam, adalah untuk menyembuhkan mental lelaki itu—membuatnya kembali mengenal kebahagiaan dalam hidup.

Dan, mungkin Doyoung baru menyadari sekarang— kalau rasa ingin menjaga Yedam dan ingin selalu ada untuk Yedam dalam dirinya semakin besar, ia pun seakan takut kehilangan Yedam.

Padahal kenyataannya Doyoung sudah memiliki Mashiho sebagai calon masa depannya, seseorang yang akan menemaninya sampai tua nanti. Berbahagia bersama Yedam lebih dari seorang Dokter dan pasien tak ada dalam plan Doyoung.

painfully; dodamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang