"Ada yang mau ku bicarakan dengan mu, aku sampai di apartemen 15 menit lagi."
"Ya, ada sesuatu juga yang harus ku bicarakan."
15 menit setelah telepon singkat Doyoung dan Mashiho itu berakhir, Doyoung sudah sampai di depan gedung apartemennya. Segera ia masuk ke dalam, tidak terkejut mendapati Mashiho sudah duduk manis di dalam sana.
Memakai cardigan biru, seperti yang Yewon dan Yedam katakan.
"Jadi benar?"
Mashiho bangkit dari duduknya, sembari berjalan mendekati Doyoung yang sekarang terdiam di samping lemari TV, ia berkata "Aku tau kamu akan membicarakan hal ini."
"Apa tujuan mu, Mashi-ya? Kamu tidak sedang merencanakan seperti yang ada dipikiran ku 'kan?" Doyoung langsung melontarkan pertanyaan, dari tatapan mata dan nada bicaranya pun sangat berbeda. Mashiho paham kalau Doyoung takut, membuat lelaki itu akhirnya kalut.
"Aku tidak sejahat itu, Doyoung-ah," sergah Mashiho setenang mungkin. "Aku hanya ingin tau, siapa Bang Yedam itu.." lalu tersenyum tipis "Ternyata dia sangat manis, ya."
"Mashi—"
"Apa kamu tau bagaimana sorot mata Yedam saat aku membahas dirimu?"
Ucapan Doyoung diputus cepat oleh Mashiho. Doyoung bungkam, dirinya benar-benar dibuat kebingungan. Mashiho yang melihat itu, senyumnya semakin merekah.
"Matanya yang seperti rubah itu berbinar, Doyoung-ah. Yedam bahkan mengatakan kalau dia mau selalu bersamamu. Yedam sudah menganggap sosok mu sangat berharga dalam hidupnya, karena dirimu berpengaruh besar pada kebahagiannya."
"Apa kamu tau artinya, Doyoung-ah?"
Pertanyaan Mashiho tak mendapat jawaban apapun, Doyoung seolah tersihir menjadi batu.
"Yedam mencintaimu."
Setelah mengatakan itu, Doyoung langsung kembali pada alam bawah sadarnya. Maniknya membulat lebar, kepalanya menggeleng kecil, perlahan ia raih kedua tangan Mashiho untuk digenggam.
"Mashi, jangan berbicara seperti itu. Aku sudah bertunangan dengan mu.."
"Aku tau apa yang terjadi 5 tahun lalu."
"Apa?"
Mashiho terkikik pelan, dengan lembut menepis tangan Doyoung yang menggenggam tangannya. "Entahlah, dunia seperti benar-benar sempit. Yoshi hyung, tetangga ku saat di Jepang, dia yang menceritakan semuanya pada ku."
"Aku paham kenapa kamu hidup dalam rasa bersalah selama 5 tahun belakangan ini karena kejadian itu."
"Tapi, apa kamu pernah memikirkan hal ini? Jika kamu tidak menjauh dari mobil dan memilih membantu Haruto saat itu, 99% kemungkinan kalian berdua akan meninggal dunia. Lalu.. Bagaimana nasib Yedam?"
Doyoung tak tau harus berekspresi seperti apa lagi sekarang. Ia hanya bisa diam dengan pandangan kosong ke arah Mashiho yang terus tersenyum padanya.
"Jadi, berhentilah merasa bersalah. Kamu adalah dokter paling hebat dan berharga bagi Yedam."
"Aku mencintaimu..."
Mashiho tiba-tiba meraih tangan kanan Doyoung, melepaskan cincin pertunangan yang melingkar di sana. Setelah itu, ia lepaskan juga cincin pertunangan yang melingkar di jari manis tangan kanannya.
"Dan sekarang aku merelakan mu."
Doyoung seketika berkaca-kaca, terlebih saat melihat senyum di bibir Mashiho semakin lebar.
"Mungkin kita memang tidak ditakdirkan bersama, tapi aku tidak menyesali waktu yang kita habiskan selama 5 tahun terakhir."
"Terima kasih atas semua kasih sayang tulus yang pernah kamu berikan, Doyoung-ah."
Mashiho tak sanggup lagi menahan air matanya. Ia menangis, tapi tetap mempertahankan senyumannya. Ini sangatlah berat, tapi Mashiho tidak terpaksa sama sekali atas keputusannya.
Detik berikutnya, Mashiho merentangkan tangan, meminta Doyoung agar masuk ke dalam pelukannya. Bukan menjadi pelukan yang terakhir, hanya saja menjadi penutup dari perjalanan kisah cinta mereka berdua yang berlangsung selama 5 tahun ini.
"Mulai detik ini, mari berhubungan sebagai teman baik. Seperti pertama kali kita bertemu di kantin fakultas 5 tahun lalu."
Doyoung mengangguk dalam pelukan Mashiho. Bibirnya terangkat mengukir senyum kecil yang penuh arti.
"Maaf.. Dan terima kasih, Mashi-ya."
maaf pendek bgt. next gak??
KAMU SEDANG MEMBACA
painfully; dodam
FanfictionTentang Bang Yedam; salah satu pasien di Rumah sakit jiwa dan Kim Doyoung; salah satu Dokter psikiater di sana. Dipertemukan bukan karena sebuah kebetulan antara seorang Dokter dan pasiennya, melainkan karena takdir kejam di masa lalu yang melibatk...