𖣴⵿⃜⃟𝗖𝗵𝗮𝗽𝘁𝗲𝗿 𝘁𝘄𝗲𝗻𝘁𝘆 𝘁𝘄𝗼

76 10 0
                                    

SOLIVAGANT
21: Menjaga tanpa menunjukan diri

𑁍 𑁍 𑁍

Jack POV
Hahahaha... lucu-lucu! Selama ini, aku terus mengikuti (Y/N) dan ketika aku sendiri, semuanya jadi tidak berguna lagi.. karena bagiku (Y/N) adalah segalanya. Ah— menggelikan, aku bicara seperti ini bukan untuk hal romantis. Melainkan gambaran bagi orang tanpa mata, sepertiku.

Mendengar suara (Y/N) lalu mengikutinya sembari berjalan disebelahnya, bagiku sama halnya dengan dibimbing menuju ke jalan yang benar.

Tidak ada cara lain, selain menghampiri Naga walaupun harus diikuti Wongso. Jangan berpikir, kalau aku mau menyelamatkannya secara gratis. Suatu saat aku akan menagihnya, jika perlu aku bakal memanfaatkan apa saja yang bisa berguna nantinya.

"Mau kemana?" Wongso tidak lepas dari pengawasanku, dia berjalan tanpa mengenal jarak. Aku sampai mendorongnya, agar tidak terhimpit dibahuku.

Kenapa aku selalu bertemu dengan makhluk menyebalkan disini?! Apakah hutan ini tempat penampungan makhluk macam mereka? Sikap, wujud, kepribadian dan perilaku yang seolah-olah lebih tidak normal dari rupa mereka.

Sialan— aku lupa, kalau sudah tidak normal, maka sisanya juga begitu. Dengan kata lain, perilaku mereka juga berubah. Beruntung aku pernah hidup sebagai manusia, setidaknya level aku berbeda dari mereka.

Wongso berdiri dibelakangku, dia memperhatikan langkah aku yang menuju ke tempat Naga. Rasanya tidak aman, karena itu aku tetap waspada.

Aku berdiri didepan Naga, dia diikat pakai rantai. Rambutnya berantakan, agak kesulitan untuk mengajaknya bicara setelah sadar kalau aku diikuti Wongso. Apa aku bereskan Wongso dulu, baru menyelesaikan perjanjian Naga?

Sebenarnya, aku cukup kesal sama Wongso. Tidak ada salahnya kalau aku buat dia tidak sadarkan diri, bukan? Lebih baik daripada mati, kan? Yah..

Naga berteriak sambil menggeram, bagaimana kalau aku pakai cara lain saja??

"Ah—" Aku dorong Wongso ke Naga, karena aku tahu Naga pasti menggigit siapa saja yang ada didekatnya.

Namun, sepertinya aku tidak begitu mengenal Naga yang ini. Dia bergetar, bahkan tidak berkenan untuk menyentuh Wongso yang sudah tersungkur didepannya. Kenapa bisa begini?

"Ampun deh, apa yang salah denganmu? Sudah tidak punya mata, suka dorong orang lagi!" Wongso bangkit sambil menepuk kedua lututnya.

Sementara itu, Naga tidak berhenti menggeram dengan raut wajah ketakutan. Disini dia tidak berani, hanya memperlihatkan ancaman palsunya.

"Haa.. kau kelihatan bingung, ada apa? Tidak sesuai yang kau duga, kan? Hahahaha..," tawa Wongso terdengar menyebalkan, dia senang mengejek lalu menertawakan orang lain.

Sedangkan, aku lebih senang membungkam mereka lalu mengakhirinya dengan pembunuhan. Tidak ada yang salah, memang kita para kanibal tidak terbiasa dengan percakapan saling menghina ini.

"Setiap makhluk hidup pasti punya kelemahan, begitu juga dengan temanmu itu."

"Makhluk yang tercipta dari sifat buruk manusia, tertanam dalam trauma berat lalu bangkit dengan sayap barunya."

"Memilih untuk terbang daripada berjalan diatas ketakutannya sendiri, lalu gigi taring tertuju pada lawan. Namun, menciut setelah dikelilingi oleh trauma itu sendiri..," kata Wongso panjang lebar, dia menarik rantai dipergelangan kaki Naga. Membuat suara deretan rantai besi yang beradu, kemudian menimbulkan suasana dingin diantara kami.

Wongso menyambar dagu Naga, memegangnya erat sambil memperlihatkan tingkah angkuhnya dihadapanku.

"Selagi trauma itu terikat dipergelangan kakinya, maka temanmu tidak bisa berbuat apapun selain tunduk!"

◦ ۪۪̥፧𝗦𝗼𝗹𝗶𝘃𝗮𝗴𝗮𝗻𝘁₍ꦼ🦕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang