°°°°
"katakan apa yang membuatmu repot untuk datang ke sini?"wanita paruh baya itu menatap tidak suka ke arah laki-laki yang umurnya terlihat seperti anaknya.
Ya, memakai pakaian anak sekolah yang jelas sekali laki-laki tersebut satu sekolah dengan anaknya. Ini sudah entah berapa kali para lelaki maupun perempuan datang untuk menggoda anaknya itu.
Laki-laki berparas tampan, hidung mancung bak sudut siku-siku, rambut tebalnya yang berwarna hitam pekat, serta jaket merah bata itu mengulas senyum kecilnya. Matanya tidak menyipit, matanya tetap bersinar walaupun tersenyum cukup sumringah.
Dia menyodorkan sebuah buket bunga berwarna merah itu sebagai tanda menunjukkan ke wanita paruh baya tersebut,"maaf bibi, saya sangat mencintai anak anda. Saya ingin menikahinya."
Lantas wanita paruh baya tersebut cukup kaget, selama ini yang selalu datang ke rumahnya hanya berkata "menitipkan hadiah untuk sang manis", tapi pernyataan pemuda berumur 18 tahun ini cukup tertohok.
"kamu gila? Apa kamu pasien dari rumah sakit jiwa?"
Laki-laki tersebut menggeleng,"saya Kang Taehyun, bibi. Saya bukan orang gila. Saya Taehyun yang mencintai anak bibi, Choi Beomgyu."
"pergi!"
Taehyun langsung berlutut di hadapan ibunda Beomgyu,"bibi tolong, izinkan saya menikahi Beomgyu. Saya sangat mencintainya, dengan sepenuh hati saya sangat sayang padanya."
"kamu itu sudah gila! Lebih baik periksa dan jangan datang ke sini lagi!"
Ibunda Beomgyu pun menutup pintu rumah sekencang mungkin membuat Taehyun mengelos nafas pasrah. Hidupnya seakan kacau padahal dia tidak melakukan hal apa-apa.
"Beomgyu!!!! Aku akan mengejar cintamu!!! Aku tidak akan mundur!!!!"
Taehyun meletakkan sebuket bunga di tanah halaman rumah Beomgyu,"aku meninggalkan bunganya di sini. Diambil ya."
Tentu saja Beomgyu tidak ingin mendengar celotehan orang gila itu. Dia sengaja memakai earphone dengan suara yang nyaring agar merasa tidak terjadi apa-apa di luar.
----
Beomgyu mengerang kesal, bus yang biasa ia naiki tidak melewati halte di dekat sekolahnya. Dia ketinggalan bus sebelumnya karena masih mengurus beberapa berkas yang diminta oleh guru kesenian.
Beomgyu menghentakkan kakinya, seharusnya dia membawa ponselnya tadi dan tidak melupakannya di rumah. Untuk sekarang, dia bingung harus pulang dengan apa.
"hai manis."
Atensi Beomgyu langsung tertuju pada laki-laki yang datang mendekatinya,"ap--apa?"
Laki-laki tersebut merangkul pundak Beomgyu dengan tiba-tiba,"belum pulang ya? Biasanya waktu seperti ini kamu sudah pulang ke rumah. Secara kan, kamu anak manis yang tidak boleh lama-lama di luar."
Beomgyu merasa tidak nyaman, dia menyingkirkan tangan laki-laki tersebut namun ternyata tangannya malah merangkul pinggang Beomgyu dengan erat. Hal itu membuat si manis merasa risih.
"lepaskan, aku tidak suka kamu merangkulku seperti ini."
"hei, tenang manis. Aku tidak akan melakukan apapun padamu, oke?"