09. Berbagi Saliva

609 27 0
                                    

Bokuto , Akaashi
Sat , 12 February

ADA BANYAK SEKALI orang yang mengantre di depan tenda sirkus, padat nan panjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



ADA BANYAK SEKALI orang yang mengantre di depan tenda sirkus, padat nan panjang. Sangking padatnya orang-orang itu sampai berderet disepanjang jalan, didepan toko-toko pakaian dan makanan.

Layaknya orang-orang itu, dua bocah berusia 10 tahun, Bokuto dan Akaashi juga ingin menonton pertunjukan sirkus yang hanya ada di pusat Kota tersebut itupun setahun sekali.

Jadi mereka tidak ingin melewatkan kesempatan dan membuang-buang waktu lebih lama lagi. Sayangnya, seawal apapun mereka berangkat.

Antrean sudah memanjang sampai ke ujung jalan, "kalian tunggulah disini, nee Keiji tolong jaga Koutaro sebentar ya." Ujar sang ibu lembut, sementara ia langsung bergegas masuk ke dalam barisan, mengantre untuk mendapatkan tiket.

Akaashi tidak keberatan, hanya saja sosok bocah laki-laki dengan surai perak disampingnya nampak sangat kecewa.

Terlalu lama berdiri dan tak kunjung bisa masuk untuk menonton pertunjukkan jelas sangat membosankan dan mengecewakan.

Gagang permen dipegang erat, Bokuto enggan membukanya. Melihat itu membuat Akaashi menghela nafas ringan, lalu segera menepuk bahu yang merunduk. "Kou, berikan permenmu padaku."

Tangannya terulur dan Bokuto menoleh pelan, bibirnya masih tertekuk, alisnya ikut mengkerut. "Bolehkan?" Tanpa menjawab Bokuto akhirnya memberikan permen tersebut.

Setelah menerimanya, Akaashi langsung membuka bungkusan permen lolipop itu dan menyodorkannya kembali pada Bokuto. "Makanlah Kou."
"Terimakasih Kaashi!"

"Ummm maniss, seperti Kaashi!" Ucap Bokuto tanpa rasa berdosa. Akaashi hanya bisa diam tersipu. "Kau mau Kaashi?"

Bokuto menyodorkan permen kaki berwarna merah itu kedepan wajah Akaashi. "A-aku bisa membelinya sendiri Kou." Tolak Akaashi spontan sambil berdiri.

"TUNGGU!" Pekik Bokuto sambil menahan tangan Akaashi, "kata Bibi kita harus menunggu disini." Akaashi tersentak dan langsung duduk kembali di tepian trotoar dekan jalan raya.

"Maaf aku lupa, terimakasih sudah mengingatkan Kou." Bocah berkepala perak mengangguk semangat, netra emasnya mendelik penuh semangat dengan alis yang ikut menukik tajam ketika Akaashi mengusap kepalanya sebagai tanda terimakasih.

"Uhmm, rasa terimakasihku sudah terbayar dengan ini. Tapi rasa terimakasihmu bisa dibayar pakai cara lain." Bokuto nampak menundukkan kepalanya sejenak, menyembunyikan rona merah dipipi. Bahunya bergerak tidak nyaman.

"Cobalah permenku." Akaashi menatap Bokuto tepat dimanik, dan itu semakin membuat bocah berkepala perak itu gugup.

"Tenang saja! Aku sehat dan aku sudah menggosok gigiku lihat hiiiiiii." Bokuto memerkan gigi susunya yang tertata rapih. Akaashi tergelak, "ahaha kau lucu sekali Kou."

Sudut matanya hingga tertarik, "uhm! Maukan Kaashi?" Lagi-lagi Bokuto menyodorkan permennya.

"Baiklah jika kau memaksa." Akaashi memanjangkan lehernya dan membuka mulut, melahap permen tersebut.

"Bagaimana? Manis kan!"

Akaashi mengangguk, dan Bokuto kembali melahap permen kaki tersebut dan melumatnya tanpa beban.



E N D

🎉 Kamu telah selesai membaca 🌬🎈𝗕𝗔𝗟𝗢𝗡 𝗨𝗗𝗔𝗥𝗔 // 🚀 🎉
🌬🎈𝗕𝗔𝗟𝗢𝗡 𝗨𝗗𝗔𝗥𝗔 // 🚀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang