05. Panas Dingin

608 35 1
                                    

Lev , Yaku
Tue, 08 February

TIDAK ADA YANG tau jika sebenarnya Yaku memiliki hati yang sangat lembut dan baik, kalau saja ia bisa lebih jujur saat menyampaikan perasaannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




TIDAK ADA YANG tau jika sebenarnya Yaku memiliki hati yang sangat lembut dan baik, kalau saja ia bisa lebih jujur saat menyampaikan perasaannya. Seperti Lev misalnya, yang terlalu bodoh untuk menyadarinya.

"Cepatlah sembuh, kau membuatku kerepotan tau!" Yaku mengatakannya dengan wajah tertekuk, dan mendengar itu Lev semakin tidak semangat untuk sembuh. Ia memunggungi Yaku yang akan menyuapinya sesendok bubur jagung.

"Astaga Lev! Kau sangat merepotkan." Yaku menghela nafas melihat punggung lebar pria jangkung yang sering membuatnya kerepotan, entah dengan selalu mengikutinya kemana—mana, memintanya untuk mengajari ini itu, melarangnya keluar malam dan selalu memaksa untuk mengantar jemput layaknya supir pribadi.

Dan kini, saat sedang sakit pun pria keturunan Rusia itu masih saja merepotkannya. Apa yang salah dengannya? Sehingga pria itu tidak bisa mengerti jika Yaku hanya ingin ia cepat sembuh, sehingga Yaku tidak merasa kesepian lagi di kampus.

Yaku memang bukan introvert, bukan juga antisosial yang tidak memiliki teman. Tetapi kumpul bersama teman—temannya yang lain sama saja seperti obat nyamuk, jadi ia memilih untuk bersama Lev. Meski enggan untuk mengakuinya. "Kalau aku memang merepotkan, maka jangan urus aku! Biarkan saja aku sakit kalau perlu meningg–"

BUGH!

Yaku yang kesal menggebuk kepala Lev dengan guling. Mangkuk bubur hampir saja ikut terlempar jika ia tidak ingat itu panas dan mengamankannya ke atas nakas. "Diam."

"Kau bahkan tega memukulku disaat aku sakit, kau tidak menyayangiku Yaku-san!" Rengek Lev, suaranya terdengar seperti ingin menangis.

Astaga apalagi ini?

Sungguh?

Yaku tercengang sesaat, masih belum terbiasa dengan sifat kekanakan Lev yang naik drastis saat sedang sakit, ia menarik nafas lalu menghembuskannya. Ujung lututnya merayap keatas ranjang, berikut tangannya yang terulur membelai surai perak dan berhenti di atas pelipisnya, mengecek suhu.

"Demammu sudah mereda–"

BRUK!

Hazel Yaku membola ketika tubuhnya tiba—tiba melayang keudara dan dalam seperkian detik sudah berada dibawah kukungan Lev yang menatapnya intens, dengan bibir yang sedikit melengkung tanda masih merajuk.

"L-lev."
"Kalau aku memang merepotkan kenapa kau tetap mengurusku? Tinggalkan saja aku." Yaku terkesiap, jantungnya sudah tidak beraturan, pikiran pun ikut tidak karuan ketika Lev menanyakan hal itu tetapi tangannya mengusap pelan pipinya dengan tekstur lembut. "Kenapa kau masih disini?"

Yaku menggigit bibir, jelas ia tak akan bisa mengatakannya, mustahil! Dan apa memang harus dikatakan? Memalukan. "K-karena kau akan semakin merepotkan nantinya kalau aku pergi." Ujarnya tanpa menatap manik emerald Lev.

"Jadi kau tidak menyayangiku? Mengkhawatirkanku?" Yaku lagi—lagi terdiam, antara suara lemah dan sorot mata Lev dengan harga dirinya yang tinggi, ia tidak bisa memilihnya.

"Kenapa sulit sekali bagimu untuk mengatakannya?" Lev merendahkan tubuhnya.

CHUU!

Lagi—lagi Hazel Yaku terbelalak ketika bibir Lev menyentuh bibirnya, suhu tubuh mereka yang tidak sama membuat tubuhnya serasa panas dingin. Lev mengangkat wajahnya setelah mengecup lembut bibir pria mungilnya lalu kemudian ambruk dengan mata terpejam.

BRUK!

"L-lev? Lev?!" Yaku mengusak surai Lev pelan, lalu memutuskan untuk memeluk kepala besar itu ke dalam dadanya saat tau Lev tertidur. Tangannya dengan cepat mengecek dahinya lagi, dan benar saja rasa panas kembali menjulur.

"Aku menyayangimu baka! Jadi cepatlah sembuh."

Lev hanya bisa tersenyum disela—sela mimpinya.

E N D

🌬🎈𝗕𝗔𝗟𝗢𝗡 𝗨𝗗𝗔𝗥𝗔 // 🚀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang