Kageyama , Hinata
Thu , 10 February
DI SUATU MALAM di kediaman keluarga pengantin pria, acara pernikahan telah usai beberapa jam yang lalu.Semua tampak terlelap karena kelelahan, kecuali dua pasangan yang masih aktif di dalam kamar.
Ruangan bernuansa serba putih, dengan berbagai macam rangkaian bunga yang meliliti tepian hingga kepala ranjang.
Belum lagi, lilin-lilin aroma theraphy yang berjejer disepanjang pintu masuk hingga ke tepian ranjang layaknya jalan setapak yang berkelip indah.
"Akh! Ssshhakit!" Pekik Shoyo, diikuti suara gebukan bantal.
BUGH!
"Awhh! Pelan-pelaannngh!"
Tanpa mereka sadari teriakan itu terdengar hingga ke kamar sebelah, yang adalah kamar orangtua Kageyama.
Hal itu membuat mereka keluar dan bediri menguping di depan pintu kamar sang pengantin, tentu saja untuk mendengarkan.
"Rusuh banget mereka Yah!" Ujar si Bunda di depan tubuh sang Suami.
"Ssshh Bund, jangan berisikk..." Balas si Ayah dari belakang tubuh sang Istri."Eugh! Awas kau ya Kageyama! Ngh.."
"Huh, siapa yang kau sebut Kageyama?! Akh! Kau sendiri Kageyama sekarang."
"Ugh! Kubilang pelan-pelannnghhh sialan!"
"Akh tunggu, aku mau keluarrhhh!"
"Tidak tahannnngh, keluar bersama!!!"
Dua pasang mata saling melirik, diikuti senyum mengembang dipipi. Lalu suara tepukan tangan kompak terdengar.
PAK!
"Yes! Kalau begini kita akan cepat dapat cucu Ayah!"
Sang Suami mengangguk, "benar Bunda! Kita harus segera menyiapkan kamar bayi." Dibalas anggukan serupa oleh Sang Istri.CEKLEK!
Pintu terbuka tiba-tiba. Memunculkan dua insan manusia yang tertegun ketika menangkap orangtua mereka berdiri diambang pintu.
"Ayah? Ibu?" Sapa Tobio, Shoyo tersenyum bingung.
"Kok kalian keluar? Kok kalian pakai baju?" Tanya Sang Ibu heran, "kalian bukannya sedang..." kedua orangtua itu nampak saling pandang, apa mereka salah dengar tadi?
"Apa maksudnya Bunda? Ayah? Kami tidak mengerti." Shoyo yang kini bertanya, alisnya terangkat bingung.
"Bukankah kalian tadi sedang... dan akan keluar?" Sergah Ayah sambil memandangi beberapa warna kemerahan terlihat jelas diantara leher, lengan, pipi dan hidung keduanya.
"Sedang apa? Keluar.. ah iya ini kami keluar karena ingin mengambil susu dan camilan." Jelas Shoyo, tangannya menggaruk belakang kepala yang tidak gatal.
"Karena hasilnya seri, jadi kami sepakat untuk berbagi makanan kesukaan kami." Jelas Tobio juga, giliran kedua orangtua itu yang mengerutkan alis.
"Maksudnya?"
Kedua pengantin baru itu saling tatap, "kita tidak bisa tidur, jadi kita main tebak gambar dan yang salah menebak harus dijepit dengan jepitan baju ditubuh.""Lihatlah, sisanya belum kami bereskan. Masih ada diranjang." Shoyo mendorong pintu kamar agar kedua orangtua mereka dapat melihat ke dalam.
Ayah dan Bunda sama-sama menjulurkan leher mereka mengintip. Belasan jepitan baju warna warni tergeletak diatas seprai, berikut dengan sebuah tablet yang masih menyala memperlihatkan bekas permainan mereka.
"Jadi kami tidak jadi mendapat cucu?" Tanya Ayah dan Bunda pada diri mereka masing-masing. Kekecewaan tersirat sangat jelas diwajah mereka.
Mereka bukannya salah dengar akan teriakan-teriakan itu, tetapi salah paham.
"Eh? Cucu?"
Tobio dan Shoyo saling merunduk dengan semburat merah muda membingkai pipi.
E N D
KAMU SEDANG MEMBACA
🌬🎈𝗕𝗔𝗟𝗢𝗡 𝗨𝗗𝗔𝗥𝗔 // 🚀
Fiksi Penggemar[ HAIKYUU !! ] ⎓⎓⎓⎓⎓⎓⎓⎓⎓⎓⎓⎓⎓⎓⎓⎓⎓⎓⎓⎓ Just Drabble , just read me won't you? Warning : - All character milik Haruichi Furudate - BxB / Slash / Yaoi / Gay / Sesama Jenis - Haikyuu Ship Only - Homophobic puter arah dan jangan balik lagi ⎓⎓⎓⎓⎓⎓⎓⎓⎓⎓⎓⎓⎓...