#6 - Aeleen

30 12 1
                                    

Agar cerita semakin jelas, jika ada kata yang kurang dimengerti. FOOTNOTE akan aku cantumkan dikomentar ya.

Lalu dalam cerita ini UN masih berlaku, belum diganti AKM. Apalagi ditiadakan karena COVID-19.

Selamat membaca ~



CHAPTER 2

Laki-laki itu sibuk mengecek hasil survey vendor sound system yang masuk ke email. Arka Alfarezi si ketua OSIS itu, sudah 1 jam masih berfokus pada layar laptop.

Raka menggebrak pintu yang setengah terbuka. Ruang OSIS itu berubah menjadi hening sesaat beberapa anggota yang ada disana, menatap satu arah.

Eh itu Raka.

Eh iya.

Eh liat!!!

Raka terbilang populer. Bisa dibilang musiknya membuat semua orang jatuh hati. Apalagi posisi gitaris yang juga merangkap sebagai vokalis itu adalah center yang tepat. Cukup membuat penonton perempuan menjerit-jerit. Arka sudah cukup membayangkannya dengan geli. Bagi Arka yang buta nada, dia tidak terkesima.

"Ar... lo bisa-bisanya cancel penawaran band gue," Raka menunjukkan balasan email bertuliskan diskualifikasi. Lalu Arka sebagai pengirim.

"Udah pastikan?! Lo udah kelas tiga. Sebentar lagi UN. Sekolah juga mulai memberlakukan aturan untuk meringankan, bahkan menghilangkan kegiatan selain jam wajib dan kegiatan pendukung yang berhubungan dengan pelajaran. Band bukan pelajaran."

"Nilai dan prestasi dikompetisi gue nggak turun. Atas alasan apa?! Nggak logis."

"Minta bu Weni aja, kalau dia ijinin, gue re-apply penawaran lo," Arka juga memikirkan kalau sampai itu terjadi, dia harus atur rundown lagi.

"Sekali ini ajalah Ar. Ribet, besok gue nggak bisa," Weni adalah pembina OSIS. Jamnya padat. Kalau ada urusan dengan beliau sama artinya mengantre dengan siswa lain.

"Kemana? Bolos lagi?" Arka tidak heran lagi.

"Gue udah daftar di sebuah klub buat konser. Ini kesempatan..."

Raka sering tidak masuk kelas. Bahkan tanpa ijin. Sekolah? tidak ada yang menindak tegas perilakunya. Semuanya setimpal karena Raka adalah siswa yang berpengaruh. Pemilik julukan genius Gantara.

"Lo taukan kak. Band lo nggak bisa dibawa serius. Seserius apapun lo membesarkan nama Band lo itu saat ini," Arka memotong Raka.

"Tau. Makanya gue puas-puasin."

"Enak ya dibebasin ayah, berbuat sesuka hati lo."

"Makanya nilai sama kompetisi lo, harus sebagus gue."

"Mulai deh~"

Fakta umum di SMA Gantara Jakarta.

Raka Alfarezi peringkat no 1.

Arka Alfarezi peringkat no 2.

Mereka berdua adalah orang yang paling berpengaruh. Penyumbang prestasi terbanyak. Ada yang bilang, SMA Gantara Jakarta bisa sebesar sekarang adalah karena mereka.

Nama mereka sering tercatat dalam setiap kompetisi. Tidak heran nama sekolah ikut terbawa harum.

"Ya udah gue bantu ngomong ke bu Weni. Tapi cukup kali ini aja. Gue juga nggak akan ngebujuk kalau bu Weni bersikeras nolak."

Raka cengir kuda "Gitu donk."

"Udah sana. Gue ada beberapa kerjaan. Harus gue lapor ke Wakasek hari ini."

"Iya. Selamat bekerja ya," Raka meletakkan coffe cup di meja Arka. Baunya harum walau tampak dingin.

Arka mengeryit tak habis pikir. "Ini sih emang niatnya mau nyogok."

Kopi, Arka tidak bisa meminumnya. Dia akan lebih sulit tidur. Insomnia adalah penyakitnya.

"Guys ada yang mau?" liriknya pada sekitar.

"Mau!!!!!" semangat semua orang, apalagi tau itu dari Raka.


**********


"Udah?" semua temannya menunggu di luar gerbang.

Albi sebagai bassist, Iden sebagai keyboardist dan Noel sebagai drummer.

Band yang terbentuk dengan empat orang. Dari sekolah yang berbeda-beda dan berawal dari satu SMP.

Sebagai band, mereka mulai mencari jam terbang melalui pensi. Nggak bisa langsung tinggi. Awal mula, bukan diundang tapi menawarkan diri. Sebagai panitia tentu jadi pertimbangan siapa guest star yang tampil. Akan menarik penonton apabila guest star yang tampil itu terkenal. Adakalanya tampil sebagai band promosi hanya dibayar nasi kotak.

Mereka bisa dikatakan band promosi. Belum begitu terkenal. Tapi punya fans tersendiri dan cukup kokoh dibanding tahun pertama berdiri.

"Perform di Gantara susah ya?" Noel berdecak kesal tapi juga terdengar bercanda.

"Gantara dibanding buat semacam pensi. Mereka lebih suka acara semacam kompetisi." Iden mulai asal bicara. Walau ucapannya adalah fakta.

"Ada beberapa sekolah yang mulai undang kita, tapi Gantara?" Albi balik bertanya. Tatapannya pasti, menatap teman-temannya.

"Nggak!!!!" sontak ketiga orang itu menjawab kompak. Tawanya lepas.

Sebagai siswa Gantara. Raka hanya diam.

"Nggak. Tenang aja, gampang kok. Adikku ketua panitianya. Kita nggak akan mungkin dibayar nasi kotak lagi," Raka mencoba berpikiran positif. Ucapan itu membangkitkan memori. "Sekarang makan yuk!" timpal Raka kembali.

Perhatian Raka teralihkan pada seseorang yang mirip dengan orang yang dikenalnya. Rambut pendek, rok diatas lutut, eyeliner hitam, pipi merah muda merona dan dipadu padan dengan lip balm merah muda. Sedikit mencolok dari warna asli bibirnya.

Paling melekat adalah suara yang tak terdengar asing. Ingatan lampau yang muncul kembali.

Genatha? 



TRAILER CONCEPT AND WRITING (ORIGINAL)

PLEASE DONT PLAGIARISM. THANKS



Tolong tinggalkan vote dan komentarnya, apabila kalian menyukai ceritaku disini :)

Sesungguhnya dukungan kalian yang membuat penulis semangat menyelesaikan ceritanya!

Kalian juga bisa terhubung denganku di instagram.
Ig: advertisement.shineraiz
Ig: shintyaanikasari

GANTARA COMPETITION (On-going/ Novel Fiksi Remaja)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang