12. Candu - Childe Tartaglia

2.8K 305 87
                                    

"(Name)-senpaiii~!"

"Senpai!"

"Senpaii rokokku kembalikan, dong!

"(Name)-senpaii~ tunggu!"

"(Name)-senpai mengabaikanku, hidoi-ssu yo!"

(Name) menutup kedua telinganya, berusaha lari dari kejaran makhluk oren yang terus-terusan membuntuti sambil menyebut namanya dengan suara cempreng itu. "Pergi! Kumpul bersama anak baru lainnya!"

"Ehh aku maunya sama senpai!" Dia merengek seperti anak kecil, memeluk lengket pada gadis berambut (Your Hair Color). "Lagipula rokokku belum dikembalikan." Helai jingganya menyapu leher (Name), membuat gadis itu bergidik geli.

"Sudah kubilang, tidak akan kukembalikan! Membawa rokok ke sekolah itu dilarang! Terlebih kau masih di bawah umur! Carilah sesuatu yang sesuai umurmu, berteman sana!"

"Tidak ada yang mau berteman denganku, mereka bilang aku alay."

(Name) mendorong Childe menjauh. "Memang! Sadar dirilah!" Wajah gadis itu memerah malu karena seisi koridor memperhatikan mereka.

Berawal dari MPLS tadi pagi dimana (Name) adalah salah satu panitia acara. Sebelum upacara dimulai, gadis itu memeriksa semua tas siswa baru untuk memeriksa tidak ada yang membawa make up atau rokok.

Semuanya berjalan lancar, sampai akhirnya dia memeriksa tas Childe dan mendapati rokok bermerk asing di dalamnya. Tak pikir panjang, (Name) langsung menyita benda itu dan tidak berniat mengembalikannya.

Childe tak terima. Dia terus merengek minta dikembalikan, berdalih rokok tersebut mahal –hanya ada satu di dunia. Pemuda jingga itu tidak lelah menempeli dan mengikuti (Name) kemana pun.

"Grrr.." (Name) menggeram kesal. Gara-gara anak ini, besok pasti muncul rumor miring tentang mereka. Kenapa sih dia harus menempeli (Name)? Kenapa tidak menempeli Keqing atau Ayaka yang notabene primadona sekolah?

"Senpai!"

"Apa?!" sahut (Name) galak. Dia sudah tidak bisa membendung amarahnya.

"Kembalikan rokokku!"

"Peduli setan!"

"Senpai kalau galak makin can—KYAAAA!" Childe lari terbirit saat (Name) menyimburnya pakai air aqua.

Seminggu setelah MPLS berlalu. Childe dan (Name) jadi semakin dekat. Uhh.. mungkin lebih tepatnya Childe yang selalu menempel dan mengikuti (Name).

Usai bel istirahat berbunyi, si oren pasti sudah siap siaga menunggu di depan pintu kelas (Name). Padahal jarak kelas 10 dan kelas 12 terpaut 3 lantai. Childe rela bolak-balik naik tangga sejauh itu agar bisa mengambil kembali rokoknya.

"Xiao-senpai, ada (Name)-senpai di kelas??" tanyanya ceria pada seorang laki-laki pendek berambut raven lumutan.

"Dia sudah keluar kelas."

"Eh?! Kemana?!"

"Tidak akan kuberi tahu."

"Huweeee hidoi-ssu! Tolong beri tahu aku!" Rengeknya memeluk sebelah kaki Xiao. Cowok raven itu menggoyang-goyangkan kaki agar si oren bisa lepas.

"Pergi atau mau kupukuli?" Xiao menatapnya tajam dengan aura membunuh.

"Aaaa tidak! Ampuun!" Childe bergegas pergi sebelum Xiao sungguhan memukulinya.

"Huh.. di mana (Name)cchi.." Kepala oranye menoleh ke kanan dan kiri, mencari (Name) di kantin. Tapi gadis itu tak ada di sana. "....Ah, ya sudahlah."

Childe pergi dari kantin lalu berjalan menuju atap sekolah. Kedua tangannya diletakkan di saku. "Aku masih punya rokok cadangan. Biarlah yang itu diambil (Name)-senpai," gumamnya pasrah.

Dia membuka pintu atap sekolah. Semilir angin lembut menyapa menerbangkan helai rambut jingganya. Beruntung sekarang di sana sedang kosong, hanya ada Childe seorang.

Pemuda berambut oranye bersandar pada pagar kawat pembatas, kemudian mengambil rokok di saku, dan menyalakannya. "Fuuh.." Dia mengeluarkan asap berbentuk donat lewat mulut.

Dia sudah tak peduli dengan rokok edisi terbatas itu, toh Childe punya banyak uang dan bisa beli lagi kapan saja. "Mulai besok aku akan berhenti memintanya mengembalikan rokok."

Childe sudah lelah memohon dan merayu (Name), semuanya tidak mempan. "Gadis keras kepala," batin Childe sebal. Baru kali ini ada perempuan yang tak luluh pada gombalan dan godaannya. Baru kali ini juga Childe bertemu gadis yang tidak suka laki-laki perokok. "Padahal merokok itu keren.."

"Keren? Keren darimana?"

Childe tersenyum kecil sambil melambai ke arah pintu masuk atap. "Haaloo (Name)-senpai~" Gadis itu jalan mendekati Childe, wajahnya kelihatan marah.

"Kau masih punya rokok?!"

"Fuuuhh.." Asap berbentuk hati ditiupkannya ke depan wajah (Name).

Gadis itu mengibaskan tangan agar asap cepat menghilang. "Bau!" (Name) berusaha merebut batang berisi daun tembakau dari tangan Childe.

"Eits.. ini juga merk mahal. Tidak boleh disita~" Telapak tangan Childe menjauhkan wajah (Name) perlahan.

"Ughh! Kau akan cepat mati kalau terus menggunakan barang itu!"

"Memang itu rencanaku." Nada suara Childe terdengar dingin, membuat (Name) sedikit merinding. Sekilas perempuan itu bisa melihat ekspresi Childe berubah pilu, kemudian kembali tersenyum lebar. "Aahahaha bercanda! Aku hanya sudah terlalu candu!"

"Apa kau sudah mencoba untuk... mengganti rokokmu dengan hal lain?"

Childe tersenyum miring. "Dengan apa? Dengan bibirmu? Mungkin bis—"

Manik birunya melebar saat merasakan sesuatu nan lembut dan hangat menyapu bibirnya. Walau sekilas, itu terasa manis dan nikmat.

"Bagaimana!?" Ekspresi (Name) masih galak, namun rona merah menjalar dari pipi sampai ke telinga. Gadis itu mencengkram rok bawahnya kuat, menahan tubuh gemetar.

Childe terdiam membatu, wajahnya ikut memerah padam. Dia menyentuh bibir, memandang ke arah (Name) dengan tatapan tak percaya. "S-senpai.. mencium—"

"AAHHH JANGAN SEBUT!" (Name) menutup mulut Childe pakai kedua telapak tangannya.

"Khau hium hahi hagi ahu huam hokokha!"

"Haaaahh?" (Name) menatapnya bingung, tak mengerti ucapan Childe. "Oh.. tanganku ya?" Dia melepaskan tangan dari mulut Childe.

"Kalau cium sekali lagi aku buang rokoknya!" Mata biru tampak berbinar penuh antusias.

"Semua....rokokmu?"

"Ya!"

"Dan kau akan berhenti merokok..?" tanya (Name) lagi memastikan.

Childe membuang rokok ke lantai lalu menginjaknya. "Asal senpai terus menciumku sebagai penggantinya!"

"Ugh..! Ya sudah!" (Name) berjinjit, kembali mengecup singkat bibir Childe. Namun ketika gadis itu hendak melepasnya, Childe menahan kepala belakang (Name) agar bibir mereka tetap menempel. "Mmmn?!"

Bibir (Name) membuat Childe candu, ingin terus merasakan manis lembutnya. Ini nikmat dan lebih candu dari rokok. Childe bingung harus apa karena belum pernah melakukan ini sebelumnya, jadi dia hanya menempelkan bibir dalam waktu yang lama.

(Name) mendorong pelan pundak Childe karena sudah kehabisan napas. "Cukup.. ughh!" Dia menutupi bibir dengan punggung tangan.

Childe tersenyum lebar, memeluk (Name) ringan. "Bibir senpai maniiis~"

"Diam!" Kini seluruh wajah (Name) memerah.

"Hehe.. pacaran yuk?"

"Ogah!"

"Loh! Kita sudah ciuman, kenapa tidak pacaran sekalian?!"

(Name) membuang muka. "Setelah kau tidak menyentuh rokok sama sekali nanti. Pada saat itu, ayo pacaran," ucapnya sambil berlalu meninggalkan Childe di atap sekolah.

Childe mendesah kaget. "Ah! Baik! Senpai, tunggu aku!" Senyum lebar menghiasi wajah tampannya. Dia berlari mengejar (Name) dengan perasaan senang.

Bagaimana nasib rokok tadi? Tak peduli seberapa mahal harga benda itu, Childe sudah membuangnya. Karena sekarang dia sudah memiliki (Name) yang lebih berharga.

Genshin Impact Headcanons (Genshin Impact Boys x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang