Black-Eyed Susan

1K 112 6
                                    

Cinta? Apakah seperti pelangi setelah badai hujan? ....

Cinta? Apakah seperti pelangi setelah badai hujan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

Rintik hujan bertaburan, menghujam tanah kota di setiap senja—hampir sepekan tanpa jeda. Kendaraan-kendaraan memacu laju tanpa perasaan. Jalanan penuh kubangan air.

Itu buruk. Sangat buruk.

Gulf menarik nafas panjang. Raut wajahnya kian menyendu kala udara beku mulai membelenggu tubuhnya di sertai serbuan jutaan tetes air.

Bangkok di guyur hujan lagi saat ia baru beberapa menit pulang dari toko—baru beberapa menit ia melangkah di pinggir trotoar namun rintik kecil hujan serentak berubah menjadi deras. Kemudian, dengan cepat seluruh tubuhnya menjadi basah seluruhnya.

Slip bag yang menggantung di sisi tubuhnya spontan ia peluk erat. Sementara sebelah tangannya mengeratkan genggaman pada pangkal white cane. Mari berupaya mencari tempat berteduh secepat mungkin.

Pelan-pelan saja karena hujan akan menciptakan genangan air dan akan menyamarkan keberadaan tactile yellow line di atas trotoar.

Gema ketukan ujung white cane-nya menggema di tengah gemericik hujan. Bunyi yang khas menarik beberapa atensi bahwa ada orang dengan pandangan gelap gulita tengah berjuang mencari tempat berteduh.

BRAK! TAK!

Gulf lupa mengatakan bahwa kemungkinan menabrak orang atau di tabrak, juga sangat besar jika ia tetap memaksa berjalan di tengah suasana hujan—di mana banyak orang berlarian.

Ia tersungkur setelah tubuh ringkih-nya mendapat terjangan keras dari salah seorang pejalan kaki lain.

Ish manusia menyebalkan. Minggir! Kenapa kau berjalan di tengah trotoar?!”

Gulf memilih tetap bersimpuh. Mengusap sekilas air hujan yang di rasa memenuhi segala sisi parasnya. Senyum di ulas tipis—ia pernah menerima umpatan lebih kejam dari itu sehingga ia tak harus merasa terlalu kesal, lagi.

“M-maaf Tuan.”

“Manusia menyebalkan!”

Jika sudah seperti ini Gulf hanya sanggup mempertebal tameng wajahnya. Berusaha bersikap tegar dan mulai fokus mencari white cane-nya yang entah terlempar kemana.

“Ya Tuhan di mana ...” Tubuhnya merangkak, sementara tangannya terus bergerak meraba permukaan trotoar.

Sudah sekian menit—Gulf benar-benar ingin menangis. Gemuruh petir menggetarkan tanah, dan hujan kian deras. Apa tongkatnya terlempar sampai tengah jalan?

“Mencari ini?”

Sebuah suara yang tiba-tiba hadir sebelum pergelangan tangannya terasa di cekal halus.

“Ayo ku bantu berdiri.”

Gulf menurut. Menegakkan tubuh perlahan. “T-tuan tolong bantu aku mencari tongkat buta ku?” Entah siapapun pria yang tengah membantunya saat ini—ia amat sangat berterima kasih.

EVANESCENT SPIRIT • MEWGULF [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang