Wattpad Original
Ada 5 bab gratis lagi

Chapter 2: You again!

22.3K 1.8K 59
                                    

Entah dosa apa yang telah Jelita buat di masa lalu hingga ada kejadian seburuk ini menimpanya. Masalah ciuman itu memang bencana, tapi menahan diri untuk bersikap tidak ada masalah selama nyaris dua jam rasanya jauh lebih menyiksa. Jadi begitu sampai di kamarnya sendiri, tangis gadis itu langsung pecah.

Bermenit-menit lamanya menangis, Jelita sadar dia tidak mau sendirian. Baginya kesedihan ataupun kesusahan wajib dibagi agar beban di hatinya tidak terlalu menyesakkan dada. Segera diraihnya ponsel dalam tas tangannya. Kemudian, mencari nama Lily, sahabatnya sejak kecil.

"Li, sini ...." Hanya itu yang sanggup Jelita ucapkan sebelum akhirnya menutup telepon begitu saja.

Tidak sampai sepuluh menit kemudian, terdengar suara derap langkah kaki cepat mendekat lalu disusul pintu kamar yang terbuka kencang. Lily, sahabatnya muncul secepat kilat karena rumah mereka bersebelahan. Tubuh mungilnya yang hanya 150 sentimeter masih dibalut piama hitam dengan masker kertas yang tertempel di wajah.

"Kenapa? Kenapa?" tanya Lily. Nada suaranya terdengar panik ketika menemukan Jelita sesenggukan.

Lili langsung melepaskan maskernya, lalu kembali bertanya, "Ta, lo kenapa? Kok nangis jelek. Habis diputusin Andre?"

Buru-buru Jelita menggeleng. Dia bahkan lupa memiliki kekasih saat ini saking kusutnya isi kepalanya. "Bukan," jawab gadis itu serak.

"Terus kenapa lo nangis, Ta?" Lily menduduki sisi ranjang. Tangannya mengusap punggung Jelita. "Cerita gue, Ta, kayak biasanya."

"Tapi setelah lo tahu, lo nggak akan judge gue dan sebarin aib ini ke orang-orang, kan?"

Mulut Lily mengangah sesaat. Sebelum akhirnya, gadis itu mencubit lengan Jelita dengan gemas. "Lo tuh, ya, Ta, sejak kapan, sih, gue jadi ember bocor? Kalau emang lo nggak niat cerita itu nggak usah telepon gue sambil nangis-nangis dan suruh ke sini. Kasih info kok setengah-setengah."

Tahu-tahu saja Lily beranjak. Mulutnya mengerucut dengan ekspresi sebal. Buru-buru Jelita menahan gerakan sahabatnya, lalu menarik Lily kembali duduk bersama di ranjang.

"Sori, Bestie, sori meragukan sahabat sehidup semati gue," gumam Jelita. Gadis itu menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskannya kuat-kuat.

Namun, emosinya yang masih tertinggal tetap mengembalikan isakan kencang Jelita. "First kiss gue, Li, first kiss gue DIRENGGUT."

"WHAT?"

Kedua tangan Lily tiba-tiba saja meremas bahu Jelita, lalu diguncang kuat-kuat. "Kok, bisa sih, Ta? Gimana ceritanya lo bisa dilecehkan? Kita lapor polisi sekarang!"

Lily sudah siap menarik tangan Jelita agar beranjak, tapi Jelita malah menggelengkan kepala. Kenyataan pahit harus segera diceritakan. "Nggak bisa, Li. Karena gue ... gue yang cium itu cowok duluan."

"WHAT?" Sekali lagi terdengar teriakan Lily. "Ta, emang cowok itu seganteng apa sampai bikin lo cium dia duluan? Dan gue yakin itu bukan Andre, cowok lo sekarang. Karena kalau itu Andre, reaksi lo nggak kayak orang habis dilecehin."

Mendengar kata ganteng, Jelita langsung memasang mimik ingin muntah. Laksmana dengan gaya harajukunya itu tentu saja jauh dari kriterianya. Bahkan, sedikit saja, secuil remah-remah kegantengan tidak ada dalam diri pria itu.

Pada akhirnya, Jelita memilih menceritakan seluruh kejadian yang menimpanya pada Lily. Di mulai dari bagaimana mereka bisa bersinggungan lalu menjadi partner di acara amal kampus, perlakuan Laksmana padanya selamanya di acara, hingga insiden ciuman yang tidak disengaja dan berakhir tamparan dan makian Jelita saking malunya.

"Dan cowok yang gue cium itu namanya Laksmana, ketua BEM kampus kita tercinta," terang Jelita mengakhiri kisah pilunya di hari ini.

Bukannya merespons atau paling tidak memberi semangat, Lily malah sibuk memainkan ponsel di tangannya. Saat Jelita hendak mengomel, sahabatnya itu malah menyuruhnya diam.

Our Sweetest SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang