Setelah kepergian Tyo. Reza semakin galau, hatinya sangat tidak tenang. Begitu juga di sekolah, semangat belajarnya seperti menurun. Dia sering tertidur di kelas, tidak seperti biasanya, padahal dia siswa teladan, dan di sukai oleh para guru.
Wali Kelas pun melaporkan perubahan sikap Reza pada orangtuanya. Surya di panggil ke sekolah, dan diberi teguran supaya bisa memotivasi anaknya, agar lebih giat belajar lagi.
Surya sudah tiga minggu menemani Reza di kampung, dan belum balik ke Jakarta untuk mengurus perusahaannya. Dia masih menunggu momen indah, dimana Reza bisa menerima kehadirannya dalam hidup anaknya itu. Namun, bagi Reza Surya hanyalah benalu dalam hidupnya yang menganggu ketenangannya.
Prestasi Reza kian hari makin menurun, hasil ulangannya pun menjadi anjlok, biasanya bisa mendapatkan nilai sempurna, yaitu 90 sd 100. Namun, kali ini, ia hanya bisa mendapatkan nilai 50 dan 60 paling tinggi. Wali kelas pernah memanggilnya ke ruang guru sebelum orang tuanya yang di panggil.
"Reza! Apakah kamu sedang ada masalah? Akhir-akhir ini, ibu lihat semangat belajarmu menurun, nilai mu tidak pernah di bawah 90, tapi kenapa sekarang hanya 60 saja?" tanya wali kelasnya yang berjenis kelamin wanita itu.
Reza hanya menggelengkan kepalanya, dia tidak bisa menyampaikan isi hatinya, bahwa yang dia butuhkan adalah Tyo. Hanya Tyo yang akan menjadi motivasinya untuk terus semangat menjalani hari-harinya. Reza tidak peduli dengan keadaannya, apakah dia akan menjadi anak yang pintar atau tidak.
Dirumah, pendekatan Surya memasuki babak baru. Dia terus memperhatikan wajah tampan anaknya itu dari kejauhan, sekali-kali dia berusaha menawarkan sesuatu pada Reza yang bisa di beli dengan uang. Seperti waktu itu, Surya berusaha membujuk Reza untuk pergi ke Mall bersamanya. Surya akan memanjakan Reza dengan apa saja, yang di inginkan anaknya itu. Namun, lagi-lagi Reza menolak pemintaan ayahnya itu.
"Aku ngak butuh apa-apa, Pak Surya! Aku cuma ingin sendiri, tolong, jangan ganggu saya lagi."
Wajah Surya yang bahagia, berubah menjadi kecewa. Awan mendung menyelimuti perasaannya, namun, Surya tidak pernah menyerah untuk mendapatkan Reza, anaknya. Surya pernah melakukan hal nekad pada Reza. Kala itu, Reza sedang jalan-jalan dengan kaki ayam di luar rumahnya, Surya mengikutinya dari belakang. Dan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, Surya langsung merangkul tubuh anaknya dari belakang.
"Nah! Akhirnya aku mendapatkan mu," kejut Surya dari belakang sambil memeluk Reza dari belakang. Reza bukan merasa senang, malah menjadi kesal.
"Lepasin, ngak!" tolak Reza dengan ekspresi kesal.
"Ngak! Bapak ngak bakalan lepasin kamu, Nak!"
Reza berusaha melawan, dan melepaskan cengkraman Bapaknya. Namun, karena Surya juga ikut kesal, akhirnya dia melepaskan Reza. Setelah terlepas, Reza malah tersandung dan jatuh ke tanah. Hasilnya, menimbulkan luka di lututnya.
Surya tersenyum sini melihat anaknya, lalu berkata. "Rasain! Makanya, jangan sok jual mahal sama Ayah, sekarang kena karma 'kan!" sindir Surya sambil mengalungkan kedua tangannya ke dada.
Reza menahan perih sambil mengendus-ngendus luka di lututnya. Lalu berkata, "Idih! Siapa sih loe, gue jual mahal? emang gue murahan apa?" balas Reza lagi.
Surya semakin gemas dengan Reza, akhirnya dia menggendong Reza ke dalam. Namun, Reza melawan ingin turun dari gendongan bapaknya.
"Lepasin! Lepasin!" berontak Reza dari gendongan Surya.
"Kamu bisa diam, ngak!" bentak Surya.
"Ngak! Aku ngak akan diam, selama Bapak menyentuhku."
Surya membawa Reza ke dalam rumah, lalu meletakkannya di atas sofa. "Rita! tolong obati adikmu ini."
"Reza kenapa, yah?" tanya Rita penasaran.
"Biasa, habis lari-lari sama Bapak. Tapi malah dia kesandung, sangking senangnya," jawab Surya.
Reza mengernyitkan dahinya, "Apaan sih! Bukannya Bapak yang mulai,"
"Kamu panggil apa tadi? coba ulangi lagi." Surya sangat antusias, mendengar Reza menyebutnya Bapak tanpa nama depannya.
"Entah. Aku udah lupa," jawab Reza. Lalu meniup lukanya lagi, sementara Arita menyiapkan obat merah untuk Reza.
Melihat keadaan anaknya, Surya berinisiatif menelpon dokter, supaya Reza cepat sembuh. Setengah jam kemudian, dokter sudah tiba di rumah Reza dan memeriksa keadaannya. Dokter memberikan obat anti septik, dan obat pereda nyeri untuk Reza, supaya denyut lukanya cepat hilang, dan sembuh.
Malam itu, Reza tertidur di dalam kamar. Surya pun mengintip anaknya, setelah melihat Reza tertidur pulas, Surya masuk ke dalam dan tidur bersama Reza. Namun, Reza tersadar dari tidurnya, dan mengusir ayahnya.
"Keluar, ngak! Ngapain sih, tidur di sini. Bapak 'kan punya kamar sendiri."
"Kamu kenapa sih, Nak. Jutek terus sama Bapak! Bapak cuma ingin memeluk kamu saja."
"Ngak! Aku ngak mau." Reza terus berteriak, sampai membangunkan kakaknya. Arita bangun dan melihat Reza di kamarnya.
"Kenapa sih, Dek! kok teriak-teriak,"
"Ini, liat. Orang ini, main nyelonong aja ke kamarku, padahal, dia punya kamar sendiri."
Arita pun heran dengan sikap Reza, yang terus membenci ayahnya.
"Ya ampun, Dek. Itu 'kan Bapak! emang kenapa kalau Bapak tidur sama kamu. Bapak mungkin kangen sama kamu, makanya tidur denganmu.""Ogah! orang ini, ngak boleh tidur denganku, Bapak mau perkosa saya? jangan harap, saya akan memberikan tubuh saya kepada Bapak."
Arita hanya menggeleng kepala. "Kamu mikir terlalu jauh, Za! Mana mungkin, Bapak bakal ngelakuin hal seperti itu."
Surya mengangguk kan kepalanya, menyatakan setuju dengan pendapat Arita. "Tau, ni, adek! padahal Bapak udah lama kangen sama dia, tapi, entah kenapa, sok jual mahal sama Bapak."
"Lagi-lagi, jual mahal. Udahlah! Sekarang! Bapak pilih, mau tidur di sini, atau di kamar sendiri. Kalau Bapak mau di sini, biar aku yang pindah, atau aku tidur di lantai saja."
Surya semakin kesal. "Iya! Iya! Bapak akan pindah ke kamar sendiri." Balasnya dengan wajah ngambek.
"Kamu, Dek. Masih aja kek gitu sama Ayah. Kasian 'kan ayah, jauh-jauh datang buat melepas rindu sama kamu. Malah kamu nya ngak nerima ayah."
"Udah selesai ceramahnya? Kalau udah, aku mau tidur. Kalau kakak mau nemenin Pak Surya. Ya udah kakak aja yang tidur bareng dia."
Reza lalu keluar dari kamarnya. Mood nya benar-benar hilang. Rita juga kembali ke kamarnya.
Paginya, Reza pergi ke sekolah jalan kaki, dia tidak ingin menerima barang yang di beli ayahnya. Namun, Surya mengikutinya dengan mobil dari belakang, sambil membujuk Reza supaya ikut dengannya.
"Nak! Ayo naik! Biar ayah yang antar kamu."
Reza tidak mengindahkan perkataan ayahnya, malah dia nekat lari sekencang-kencangnya, lalu menyeberang jalan tanpa melihat situasi. Dengan percaya diri, dia berlari ketengah jalan, sampai sebuah mobil melintas dari arah berlawanan, dan menabraknya.
"Brak."
"Rezza!" Teriak Surya melihat anaknya terpental ke samping. Tubuh Reza banyak mengeluarkan darah, Surya mulai panik dan menangis.
"Nak! Kamu jangan tinggalin Bapak. Bapak sayang sama kamu."
Surya langsung membawa Reza ke rumah sakit.

KAMU SEDANG MEMBACA
ℍ𝔸𝕊ℝ𝔸𝕋 𝕋𝔼ℝℙ𝔼ℕ𝔻𝔸𝕄
Romance𝘈𝘬𝘶 𝘱𝘳𝘪𝘢 𝘯𝘰𝘳𝘮𝘢𝘭 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘱𝘳𝘪𝘢 𝘭𝘢𝘪𝘯𝘯𝘺𝘢. 𝘈𝘬𝘶 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘩𝘰𝘮𝘰 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘨𝘢𝘺. 𝘛𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘶𝘬𝘢𝘪 𝘱𝘳𝘪𝘢. 𝘏𝘢𝘭 𝘪𝘵𝘶𝘭𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘥𝘢 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪𝘳𝘪𝘬𝘶. 𝘈𝘬𝘶 𝘫𝘶𝘨𝘢 �...