Seiring berjalannya waktu, kedekatan Surya dengan Reza semakin terlihat akrab saja. Surya sering menghabiskan waktu dengan anak laki-lakinya itu. Setiap momen terus mereka jalani dengan rasa suka dan duka. Begitu juga dengan Arita, dia sangat senang melihat Reza, adiknya itu sekarang bisa ceria seperti dulu bersama Surya, ayahnya.
Tanpa terasa sudah memasuki minggu kedua. Kebersamaan mereka terus terasa harmonis dan bahagia. Kini, setiap malam Surya selalu tidur berdua dengan Reza, anak laki-lakinya itu. Surya sangat senang bisa memeluk anaknya itu setiap malam. Hal yang selama ini di nantikan akhirnya tercapai juga. Namun tidak terjadi apa-apa pada mereka, hanya sebatas kasih sayang anak dan ayah saja.
Sampai tiba datangnya hari itu. Entah kenapa tiba-tiba Reza mulai suka memandangi ayahnya. Setelah Surya selesai mandi dan bertelanjang dada. Saat itu pula Reza mulai memandangi tubuh ayahnya yang sangat sempurna. Surya memang sangat menjaga tubuhnya ketika di Jakarta. Dalam satu minggu, tiga kali Surya mendatangi tempat gym langganannya, dari sana otot tubuhnya terbentuk dengan indah dan sempurna. Tubuh Surya yang berotot dan sispac itu membuat jantung Reza cenat cenut ketika memandanginya. Reza pernah memandangi lekukan tubuh indah Surya dari atas sampai bawah, namun cepat-cepat ia buang pikiran negatif itu. Reza segera membuang mukanya ketika hampir di pergoki oleh Surya.
Siang itu, setelah Surya tertidur lelap tanpa baju, Reza mulai memandangi wajah ayahnya dan tubuh Surya yang terlihat sangat menawan dan sempurna di matanya. Namun ia tidak berani menyentuhnya.
"Kenapa ayah tampan sekali?" tanya Reza dalam hati. Reza tidak bisa menyembunyikan bahwa dia mulai bernafsu melihat Surya, ayahnya itu. Namun hasratnya masih ia tahan karena tidak berani menganggu Surya yang sedang tertidur.
Malam itu, mereka kembali tidur dalam satu tempat. Reza biasanya tidur membelakangi sang ayah. Sedangkan Surya memeluk anaknya itu dari belakang dengan penuh kasih sayang. Seketika jantung Reza berdebar, di selingi helaan nafas Surya yang terdengar dekat di telinga Reza. Reza membalikkan tubuhnya melihat wajah sang ayah. Seakan darah dalam dirinya ikut berdesir saat itu. Dengan perasaan yang bergetar, tangannya mulai ia ulurkan untuk menyentuh wajah tampan sang ayah. Namun ia urungkan kembali karena Reza tidak kuasa melakukannya. Reza kembali membalikkan tubuhnya dan mencoba untuk tertidur kembali. Namun pikirannya menjadi tidak karuan karena memikirkan hal itu. Entah kenapa ia sangat ingin melakukannya, sehingga membuatnya susah untuk memejamkan mata.
Keesokan harinya, Reza tidak bangun seperti biasanya. Reza tidur sangat lelap sampai Surya yang duluan bangun dan tidak ingin menganggu anaknya dulu.
Pukul 08.05, akhirnya Surya masuk ke kamar lagi ingin menemui Reza. Kebetulan hari itu gurunya berpesan akan datang pagi, dan ingin mengajar Reza di pagi hari, berbeda dengan hari biasanya yang datang pada hari minggu atau siang hari setelah pulang sekolah. Sedangkan untuk tugasnya di sekolah sudah dia bebankan kepada guru piket.
"Nak, bangun. Sudah siang, sebentar lagi kamu harus mengikuti pembelajaran," ucap Surya seraya menepuk pundak Reza dengan pelan. Reza pun mendengar suara Surya sedang memanggilnya.
"Eh, ayah. Sudah jam berapa sekarang?" tanya Reza kemudian sambil mengucek matanya.
"Sudah pukul delapan lewat, Nak," jawab Surya kepada anak laki-lakinya itu.
Mendengar hal itu, Reza pun segera bergegas membenah diri dan bangkit dari pembaringannya. Reza sempat bertanya pada Surya kenapa tidak membangunkannya? Surya menjawab tidak ingin menganggu waktu tidur Reza. Di ruang tamu sudah duduk seorang guru yang siap mengajarinya. Reza yang melihat kedatangan orang itu, langsung salah tingkah dan ia pun menuju kamar mandi. Setelah itu aktifitas belajar Reza pun di mulai.
Siang hari setelah pembekalan belajarnya selesai. Surya mengajak Reza jalan-jalan. Wajah bahagia menyelimuti keduanya. Tidak ada lagi nama Tyo dalam kehidupan mereka. Banyak tempat yang mereka singgahi termasuk mall. Surya membelikan beberapa baju untuk anaknya itu. Tanpa di sadari kehadiran mereka sempat menjadi perhatian cewek-cewek di mall. Paras anak dan ayah yang sama-sama ganteng, membuat darah kaum hawa panas dingin melihatnya. Ada pula yang mengedipkan matanya. Namun baik Surya dan Reza seperti tidak menyadarinya sama sekali.
Malam harinya, Reza kembali dalam suasana kekalutan. Tubuhnya yang begitu dekat dengan sang ayah membuat ia meneteskan bulir keringat di pipinya. Jakun Reza mulai naik turun, rasa yang tersimpan dalam hati mulai tumbuh. Reza pun kembali membalikkan tubuhnya, saat itu dengan perlahan Reza kembali mengangkat tangannya dan ia beranikan diri menyentuh wajah Surya dengan perlahan. Saat itu Surya pun menyadarinya, Surya membuka matanya. Seketika Reza menjadi kaget dan menarik tangannya kembali.
"Kenapa, Za? kalau kamu ingin menyentuhku, sentuh lah. Aku ini ayahmu, bukan orang lain," ucap Surya yang membuat jantung Reza kembali panas dingin. Reza pun menenggak ludah.
"Eh ... itu," ucap Reza terputus. Entah kenapa dia tidak berani melanjutkannya.
Tanpa di suruh Surya kembali menarik tangan anaknya dan mendekati wajahnya. Jantung Reza kembali berdebar, nafsunya pun kian naik kembali. Joni dalam kandang pun mulai meronta.
"Sentuh lah, Za, jika kamu ingin melakukannya," ucap Surya kembali sambil menatap wajah Reza dalam-dalam. Surya mulai menuntun tangan Reza ke dada bidangnya.
"Kenapa, Za? kenapa kamu hanya diam saja? jangan buat ayah khawatir," ucap Surya kembali.
Dengan hati yang berdebar Reza mulai mengeluarkan sepatah kata, "Y-yah!" Ucap Reza terbata-bata.
"Ayah kok ganteng," ucap Reza kembali dengan rasa malu. Rona wajahnya menjadi merah.
"Apa kamu bilang? coba ulangi lagi," sahut Surya kemudian mencoba menggodanya dengan sebuah senyuman. Namun Reza malah membalikkan tubuhnya sambil melepas tangannya dari tubuh sang ayah. Reza menjadi malu sendiri untuk menatap wajah sang ayah.
"Kalau ayah ganteng, kamu suka ngak sama ayah!?" tanya Surya pada Reza. Kini ia kembali memeluk anaknya itu dari belakang. Reza tidak menanggapinya. Namun dalam hati Surya sangat bahagia di sanjung oleh sang anak.
"Baiklah, Za. Ayah akan menunggu momen selanjutnya. Semoga kamu tidak menahannya lagi untukku. Kamu hanya milikku, Za," ucap Surya dalam hati.
![](https://img.wattpad.com/cover/293723331-288-k132706.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ℍ𝔸𝕊ℝ𝔸𝕋 𝕋𝔼ℝℙ𝔼ℕ𝔻𝔸𝕄
Romance𝘈𝘬𝘶 𝘱𝘳𝘪𝘢 𝘯𝘰𝘳𝘮𝘢𝘭 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘱𝘳𝘪𝘢 𝘭𝘢𝘪𝘯𝘯𝘺𝘢. 𝘈𝘬𝘶 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘩𝘰𝘮𝘰 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘨𝘢𝘺. 𝘛𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘶𝘬𝘢𝘪 𝘱𝘳𝘪𝘢. 𝘏𝘢𝘭 𝘪𝘵𝘶𝘭𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘥𝘢 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪𝘳𝘪𝘬𝘶. 𝘈𝘬𝘶 𝘫𝘶𝘨𝘢 �...