27. Hilang Ingatan

1.5K 84 9
                                    

Semua kumpul di rumah sakit. Reza tidak sadarkan diri, dan masih pingsan. Selang infus sudah di pasang di lengannya. Dokter mengatakan kalau Reza mengalami koma.

"Ada apa dengan adek, yah?" tanya Arita pada Surya. Dia sedikit shok melihat kondisi adiknya yang terbaring lemah di atas kasur rumah sakit.

"Reza di tabrak saat hendak menyebrang, Nak. Ayah merasa bersalah karena tidak bisa menjaganya. Seharusnya ayah tidak terlalu memaksanya untuk di antar oleh ayah," ucap Surya sambil menyeka air matanya. Ada rasa penyesalan dalam dirinya karena telah membuat putranya sampai menderita seperti itu.

"Ini bukan salah ayah. Rita paham, yah. Kalau yang ayah lakukan hanya untuk dekat dengan adek. Reza pasti akan menerima ayah pada akhirnya. Karena walau bagaimanapun, ayah tetap ayah kami. Dan tidak mungkin berubah," balas Arita mencoba menenangkan Surya. Surya menggenggam tangan anak keduanya itu dengan penuh kasih sayang.

"Terima kasih, sayang. Kalian adalah anak ayah yang paling ayah sayangi," ucap Surya kembali.

Dengan rasa perih, Surya terus berdo'a supaya anak laki-lakinya itu segera membuka matanya dan melihat wajah sang ayah. Surya berjanji tidak akan menyakiti hati Reza lagi.

Hari berganti hari, tanpa di sadari kabar Reza tertabrak sudah sampai ke sekolahnya. Sehingga teman-temannya datang menjenguk keadaan Reza beserta wali kelasnya.

Semua teman sekolahnya merindukan sosok Reza kembali lagi ke sekolah seperti dulu. Gurunya juga menguatkan sang ayah supaya bisa bersabar dan banyak berdo'a semoga Reza cepat sembuh dan bisa kembali lagi belajar seperti dulu. Sang guru juga merindukan sosok Reza di kelas.

Surya mengusap-usap kepala Reza dengan lembut, dia lalu mencium keningnya dengan penuh kasih sayang. "Nak, bangun, nak! Ayah di sini tidak akan kemana-kemana. Ayah sangat sayang padamu, sayang," ucapnya sambil berbisik di telinga Reza sambil menangis. Air matanya terus menetes dari pelupuk matanya.

Sekretaris Surya pernah menghubunginya untuk balik ke kantor karena ada salah satu investor datang untuk berjumpa. Namun Surya masih menolak untuk balik, dia berencana akan mengajak anak laki-lakinya itu ke Jakarta dan akan menyekolahkan Reza di Jakarta supaya tidak jauh darinya.

Surya akan menyiapkan Reza menjadi penerusnya dan akan memimpin perusahaannya. Semua sudah ia pikirkan jauh hari.

Tanpa terasa waktu terus bergulir dan sudah melewati satu minggu lamanya. Saat itu tiba-tiba tangan Reza bergerak. Surya yang tiba-tiba merasakan sensasi tangan anaknya itu pun terbangun dari tidurnya. Selama Reza tidak sadarkan diri, ia terus tidur di samping Reza sambil menggenggam tangan anaknya itu.

"Nak, kamu sudah bangun ternyata," ucap Surya sambil menghapus air matanya. Reza tidak memberi jawaban apa pun, dia hanya terdiam di atas tempat tidurnya.

"Siapa anda? aku di mana?" ucapnya tiba-tiba sambil memandangi ruangan bercat putih itu.

"Ini ayah, Nak. Kamu di rumah sakit," ucap Surya dengan wajah bahagia. Namun masih menyisakan air mata. Ia lalu pergi memanggil dokter untuk memberitahukan kondisi anaknya.

Dokter pun masuk untuk memeriksa keadaan Reza. Saat Reza masih dalam keadaan linglung, tangannya sempat menyentuh bagian kepala yang terasa sakit.

"Anak anda mengalami Amnesia," ucap sang dokter.

Surya menjadi khawatir jika Reza tidak bisa mengingatnya, namun dokter mengatakan jika Reza bisa di sembuhkan dan akan kembali pulih asal dia dilatih untuk mengingat kenangan masa lalunya.

"Baik, dok. Akan saya usahakan," ucap Surya dengan wajah bahagia.

Surya membawa Reza pulang ke rumah. Ia pun langsung memeluk anak laki-lakinya itu dengan penuh kasih sayang.

"Nak, ini rumah kita," ucap Surya ketika sampai di rumah. Reza masih mencoba mengingatnya. Namun kepalanya langsung sakit berdenyut. Sehingga ia memegang bagian kepalnya itu.

Reza tidak banyak bicara, dia hanya bisa melihat-lihat ke sekelilingnya tanpa mengerti sedang ada di mana. Dengan perlahan ia berjalan dan di tuntun oleh Surya.

"Tidak apa-apa, Nak. Ayah ada di sini untuk menjagamu," ucap Surya pada anaknya itu.

Saat itu Surya sudah membuang semua foto Tyo, baik dalam ponsel anaknya maupun dalam kamar Reza. Surya ingin Reza tidak mengingat-ingat Tyo lagi. Surya hanya ingin Reza mengingatnya saja, dan dia hanya ingin Reza menyimpan nama Surya dalam hatinya. Sedapat mungkin Surya memberi semangat dan membuat Reza senang dengannya.

Sementara Tyo di Surabaya masih menyimpan kenangan indah bersama Reza. Walau dia sudah tidak pernah bertemu dengan Reza lagi, tapi di dalam hatinya tetap ada Reza. Dia tidak bisa menyembunyikan rasa sayangnya pada Reza.

Surya mulai memberlakukan home schooling bagi Reza. Karena dia ingin Reza sekolah sampai selesai dan mendapat ijazah. Reza tidak di izinkan sekolah karena Surya takut akan membuat mental Reza down, karena Reza belum bisa mengingat masa lalunya.

Dengan memberlakukan home school bagi Reza. Surya bisa mengawasi  langsung aktifitas anaknya itu. Guru yang di bayar pun adalah guru yang berasal dari sekolah asalnya. Sehingga pelajaran yang di peroleh tidak jauh beda dengan apa yang diberlakukan di sekolahnya. Teman-teman Reza kadang-kadang sering berkunjung untuk melihat kondisi Reza di rumahnya. Mereka merindukan Reza yang dulu, yang bisa bermain dan belajar bersama lagi. Namun kenyataannya Reza belum bisa mengingat siapa teman-temannya.

Teman-teman Reza terus mendukung agar Reza cepat sembuh. Mereka bisa memaklumi jika Reza saat ini belum bisa mengenal dan mengingat teman sekolahnya.

Berhari-hari, Surya terus menemani Reza kemanapun. Bahkan ia sampai membawa Reza jalan-jalan untuk membuat suasana hati anaknya itu menjadi lebih tenang dan bisa menikmati pemandangan di luar. Tanpa di sadari kedekatan mereka pun semakin terjalin erat. Surya sangat bahagia melihat Reza bisa tersenyum.

"Yah, terima kasih sudah jagain aku," ucap Reza memanggil ayahnya tanpa menganggap orang lain lagi. Hal itu membuat Surya terharu. Ia sampai meneteskan air mata tatkala Reza pertama kali memanggilnya ayah. Sebuah momen yang sudah lama di nantikan oleh Surya, akhirnya bisa terwujud.

"Kenapa ayah menangis?" tanya Reza pada ayahnya yang saat itu belum mengingat bahwa nama Tyo dalam hatinya.

"Ayah bahagia, Nak. Akhirnya kamu mau memanggilku dengan sebutan itu juga," ucap Surya sambil menyapu air matanya. Dia lalu kembali memeluk Reza dengan rasa bahagia. Arita pun merasa senang melihat adiknya itu bisa menerima Surya sebagai ayahnya.

Reza kini menjalani kehidupan barunya tanpa mengingat nama Tyo. Semua kenangan indah bersama Tyo sudah terlupakan olehnya.

ℍ𝔸𝕊ℝ𝔸𝕋 𝕋𝔼ℝℙ𝔼ℕ𝔻𝔸𝕄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang