Mentari pagi menembus pagi. Sang surya memancarkan keindahannya dengan sejuta makna. Dari celah gorden suasana gelap menjadi terang,
Pagi itu..
Hp sengaja tidak kuaktifkan, supaya tidak ada yang menganggu kebersamaanku bersama Om Tyo. Aku bolos kerja hari ini tanpa mengabari anak kosku ataupun staff di kantor. Ingin kuhabiskan waktuku seharian bersama Om Tyo, mungkin ini terlalu egois. Tapi aku tidak ingin membuat om Tyo kecewa, karena esok hari dia sudah balik dan aku akan berpisah lagi dengannya.
Selama seharian aku bersama Om Tyo, semua egoku. Rasaku, waktuku hanya untuk Om Tyo. Kami jalan-jalan di mall, bersantai ditaman
Sampai makanpun kami saling suap-suapan, namun bukan ditempat umum. Kami membeli nasi bungkus, lalu mencari spot yang bagus hanya untuk berduaan. Kami makan di sekitar pesisir pantai yang sepi pengunjungnya karena bukan hari libur, namun tempatnya tetap indah untuk dipandang mata. Sampai sorenya kamipun kembali ke penginapan Om Tyo. Ku memilih menginap lagi bersama Om Tyo.Keesokan harinya akupun mengantar Om Tyo kebandara. Lama kami berpelukan sampai Om Tyo meneteskan airmatanya.
"Za.. Kamu baik-baikkan disini.. Maaf om ngak bisa lama-lama menemanimu" kusapu air matanya pelan-pelan yang sudah membasahi wajahnya.
"Iya om. Aku baik-baik aja. Om kenapa nangis, nanti gantengnya hilang. Om balik harus masuk kerja dan akupun sama, harus melanjutkan PKLku disini karena waktuku belum habis"
"Iya Za. Om akan kangen kamu"
"Kita masih bisa vc om kalau kangen, om bisa lihat wajahku, aku juga bisa lihat wajah om yang ganteng ini"
Waktu kami sudah habis. Om Tyo pun masuk ke pesawat meninggalkanku di bandara. Kulihat jam sudah pukul 10.00 Pagi.
"Gawat aku telat masuk kantor." Aku merasa cemas. Tiba-tiba ada tangan yang menarikku. Saat kutoleh ternyata Pak Surya. Mengapa dia disini, batinku.
Tidak ada pembicaraan diantara kami, akupun tidak bisa mengelak dan tidak berani menatapnya. Aku menurut saja kemauannya. Aku dituntun ke mobilnya, lalu mobil melaju meninggalkan bandara. Selama dalam mobil, kami saling diam. Kuhidupkan hpku diam-diam, ada banyak panggilan via wa. Dan ada chat dari Roy, Riko dan Pak Surya. Yang kubaca hanya dari Pak Surya.
"Za.. Kamu dimana. Apa kamu sakit.. Kenapa tidak mengabariku hari ini.. Dan banyak pertanyaan lainnya". Perlahan kucoba menatap wajah Pak Surya, namun dia tidak menoleh padaku. Akupun canggung, cepat-cepat kupalingkan wajahku kebawah sambil melihat isi chatku.
Sampai tiba di kantor, aku disuruh ke ruangannya langsung. Tatapannya dingin tanpa senyuman.
"Ayo ikut keruangan saya"
"Iiiyyaa.. Pak" jawabku dengan gugup, keringat sudah mulai membasahi tubuhku.
Aku mengikutinya, diruangan Pak Surya langsung melemparkan beberapa dokumen keatas meja dengan rasa kesal.
"Sekarang kamu kerjakan ini." Perintahnya dengan acuh, tanpa memandangku. Akupun mengambil dokumen itu dengan perasaan takut. Lalu ingin meninggalan ruangannya disana. Tapi..
"Mau kemana kamu" bentaknya dan akupun berdiri mematung. Bulu romaku seakan meremang. Wajahku mulai pucat, aku menyadari kesalahanku mungkin kemarin tidak masuk dan tidak mengabarinya. Apakah aku akan mendapat nilai D dan tidak lulus PKL. Aku sudah pasrah pada nasibku.
"Ssaa...yya.. mau mempelajarinya dulu pak. Saya akan mengerjakannya diruangan saya saja" jawabku dengan nada gemetaran.
"Siapa yang mengizinkanmu keluar dari ruangan saya...!!!" Kamu kerjakan disini". Akupun kembali mematung, tubuhku sudah bergetar sebenarnya. Namun tidak ada yang bisa kulakukan saat ini, kesalahanku mematikan hpku kemarin, sehingga tidak ada yang mengangguku.
Tiba-tiba Roy masuk dalam keadaan yang kurang tepat. Roy pun jadi sasaran amarahnya.
"Siapa yang suruh kamu masuk kesini..!!" Bentaknya kepada Roy. Tatapannya tajam dengan mata melotot.
"Eh.. anu pak.. Sepertinya saya salah ruangan, saya kira ini ruangan mbak susi" jawabnya dengan senyuman yang salah tingkah.
"Apa kamu tidak punya mata hah.. Kamu tidak bisa baca ya.. Sudah SMK masih saja tidak bisa membaca, sekarang keluar....!!!" bentaknya lagi. Roypun ngacir meninggalkan rungan Pak Surya.
***
Roy POVUhhh... Kesel rasanya. Padahal niatnya mau lihat Rezza ataupun menemui Pak Surya. Malah dia marah sama aku. Tapi tunggu aja balasanku, pasti kubuat salah satu dari kalian klepek-klepek padaku.
End
***
Surya POV
Hari ini aku masuk lebih awal untuk menemui Rezza, satu jam kumenunggu namun dia tidak muncul juga. Akhirnya kuputuskan ke bagian keuangan untuk menanyakan..
"Apakah Rezza sudah datang.." Tanyaku pada salah satu staff disana
"Belum pak" jawabnya.
"Kalau dia datang. Tolong suruh keruangan saya segera"
"Baik pak!" Akupun kembali keruanganku. Aku mondar mandir kesana kemari, satu jam kemudian, 2 jam kemudian, tidak ada kabar darinya. Aku kembali kebagian keuangan lagi, namun tetap saja Rezza tidak ada. Aku cemas, apakah dia sakit. Kenapa tidak mengabariku.
Kuhampiri anak PKL lainnya yang bernama Riko..
"Dek... Apa Rezza sakit.. Kenapa dia tidak masuk"
"Tidak tahu pak. Semalam juga dia tidak pulang, hari ini tidak ada kabar darinya pak"
"Oh ya.. Terimakasih"
"Sama-sama pak"
Aku khawatir dengan keadaannya. Kucoba menghubungi ke nomor hpnya, tidak aktif. Kamu dimana Rezza.. Kumenuju ke kosnya, kosnyapun terkunci.
Seharian ini aku tidak fokus pada pekerjaanku. Pikiranku ntah kemana-mana.
Sampai esoknya sebelum aku tiba dikantorku, aku melihat Rezza sedang keluar dari sebuah penginapan yang tidak jauh dari kantorku. Dia keluar membawa koper bersama teman prianya yang polisi itu lalu masuk me taksi, apakah dia akan pergi meninggalkanku. Atau dia hanya mengantarnya saja. Kuputar balik mobilku, lalu kuikuti mereka sampai ke bandara. Mereka saling berpelukan, tapi aku tidak suka dengan pelukan itu. Ada rasa kecewa timbul dihatiku, akhirnya temannya naik ke pesawat meningglkan Rezza sendiri. Akupun menghampirinya, dia terlihat kaget. Kuajak dia balik ke kantor, tidak ada obrolan dari kami. Sampai tiba dikantorku, langsung kubawa dia keruanganku.
Ntah setan apa yang merasukiku, aku langsung memarahinya karena hatiku sedang kesal. Dia terlihat ketakutan, wajahnya mulai pucat. Mungkin dia menyadari kesalahannya. Sebenarnya aku kasihan melihatnya. Tapi biarlah ini menjadi hukumannya, biar dia tidak sembarangan meninggalkanku.
Seseorang tiba-tiba muncul diantara kami, itu membuatku semakin kesal. Aku memarahi Roy karena bukan waktu yang tepat menemuiku, apalagi alasannya sangat tidak masuk akal.
***
Rezza POV
Aku kembali duduk ke meja kerja Pak Surya, kubuka isi berkas yang diberikan padaku. Namun tidak ada yang bisa kupahami sedikitpun, tubuhku masih belum normal. Otakku tidak bisa konsentrasi, jari-jariku masih belum siap memainkan mouse dan keyboard komputer. Semua hampa bagiku..
"Saya tinggal kamu disini dulu. Kamu jangan kemana-mana. Nanti saya kembali, harus sudah selesai" ucap Pak Surya. Suaranya mulai sedikit rendah namun pandangannya masih tetap dingin. Aku diam tidak membalasnya, diapun meninggalkanku.
Duh.. Kusudah kebelet pipis.. Setelah Pak Surya keluar, kurasa sudah aman. Segera kulari ke kamar mandi lalu melepaskan racun dalam tubuhku, baru aku kembali keruangan Pak Surya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ℍ𝔸𝕊ℝ𝔸𝕋 𝕋𝔼ℝℙ𝔼ℕ𝔻𝔸𝕄
Romance𝘈𝘬𝘶 𝘱𝘳𝘪𝘢 𝘯𝘰𝘳𝘮𝘢𝘭 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘱𝘳𝘪𝘢 𝘭𝘢𝘪𝘯𝘯𝘺𝘢. 𝘈𝘬𝘶 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘩𝘰𝘮𝘰 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘨𝘢𝘺. 𝘛𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘶𝘬𝘢𝘪 𝘱𝘳𝘪𝘢. 𝘏𝘢𝘭 𝘪𝘵𝘶𝘭𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘥𝘢 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪𝘳𝘪𝘬𝘶. 𝘈𝘬𝘶 𝘫𝘶𝘨𝘢 �...