2 : Bunda 🐨

1.2K 140 6
                                    

Junkyu bukanlah tipikial ibu rumah tangga pada umumnya. Memasak adalah salah satu hal yang tidak bisa di lakukan oleh nya, terkecuali untuk memanaskan makanan kaleng atau membuat mie ramyun. Jauh sebelum ia menikah dengan Watanabe Haruto ia memiliki insecure karena ketidakmampuan nya ini.

Tentu suaminya tau tentang kekurangan nya itu, ia bukan tipikal suami yang harus memiliki istri serba sempurna. Kalau Junkyu tidak bisa mereka masih bisa makan berkat bibi Lim yang bekerja sebagai asisten rumah tangga. Karena itu Junkyu jadi memiliki banyak waktu luang di rumah karena pekerjaan rumah sudah di tanggung oleh bibi Lim.

Agar produktif, Junkyu memutuskan untuk mulai aktif kembali aktif sebagai guru part time di salah satu tempat kursus musikal. Junkyu tidak sembarang mengajukan diri menjadi tenaga kerja apalagi di bidang musik. Saat remaja dulu, Junkyu pernah menjadi bagian dari anggota musik orkestra. Untuk itu, ia memutuskan menjadi pelatih pianis semenjak dirinya resign dari perusahaan.

"Junkyu songsaenim"

"Hm?"

"Kita sudahan saja ya?"

"Tidak, kau belum menyelesaikan bait terakhir. Ayo mainkan"

"Tapi ... Jari ku sakit"

"Tidak ada tapi-tapi"

"Sudah ikuti saja perintah guru mu doyoung, lagi pula salah mu sendiri kenapa kemarin nekat mengupas apel tanpa bantuan mama"

Doyoung si pianis kecil itu hanya bisa merenggut di bangku piano nya sambil tetap mengerakan jarinya di atas tuts piano. Ia sebal kenapa mama nya malah memarahinya dan bukanya membujuk gurunya yang galak itu.

Ting

Ketika not terkahir, doyoung langsung turun dari bangku dan bersidakep di depan kedua orang dewasa yang memandangnya bingung. Beginilah punya anak, harus siap ketika mereka mulai tantrum.

"Sikap apa itu doyoung... Haah ada-ada saja"

Jihoon memasangkan jaket milik doyoung,

"Ayo pulang, Junkyu-yaa terimakasih ya latihan hari ini"

"Hmm buru-buru sekali kalian, tunggu sebentar"

Junkyu berjalan ke lemari penyimpanan barang, mengambil sebuah paper bag coklat. Ia kembali ke hadapan mereka dan kini ia berjongkok menyamakan tinggi nya dengan doyoung. Ia mengambil sebungkus cookies dari dalam paper bag yang ia berikan ke doyoung.

"Ini .... Hadiah untuk doyoung karena hari ini sudah bekerja dengan baik"

"Waah... Besar sekali! Ini untuk doyong beneran?"

"Iya, ayo ambil"

Tangan kecil itu meraih bungkus plastik cookies yang besarnya melebihi telapak tangan nya sendiri.

"Yaaay! Terimakasih songsaenim"

Doyoung si anak berambut ikal itu melambaikan tangannya dengan senang kepada Junkyu. Membujuk anak kecil itu sangat mudah, seperti ia yang membujuk Junghwan ketika ngambek. Tawarkan saja donat pasti anak itu langsung tiba-tiba jadi bersikap manis dan lupa seketika dengan sesi ngambeknya.

Waktu mengajarnya sudah selesai, Junkyu pun memutuskan untuk pulang ke rumah. Kali ini ia tidak pulang di jemput pak Shin. Ia ingin merasakan kembali suasana saat ia masih menjadi lajang dulu saat menjadi karyawan di sebuah perusahaan.

Halte bus tempat biasa Junkyu menunggu terlihat lebih bagus dibanding 5 tahun lalu. Junkyu turun di pemberhentian bus lama tempat ia masih tinggal waktu di kontrakan.

Bangunannya masih sama, pikir Junkyu saat melihat gedung yang familiar. Saat itu Junkyu tak sadar ternyata ada seseorang yang memperhatikannya dai tadi. Karena orang itu penasaran ia pun mendekati dan mencoba untuk memanggil Junkyu.

Random story of Watanabe familyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang