7 : Kecelakaan 🚑💥

673 96 11
                                    

Tak pernah terpikirkan oleh Junkyu bahwa sejak dulu hidupnya yang tak mengahadapi masalah kini harus di hadapi dengan masalah yang cukup besar.

Tangannya tidak bisa berhenti bergetar walaupun ekspresi Junkyu nampak terlihat tenang. Saat ini Junkyu yang di kawal oleh Jaehyuk dan seorang anggota polisi ia di antar ke ruang rawat. Mengabaikan dua orang di belakangnya yang sibuk membahas suatu hal, Junkyu tanpa menunggu langsung masuk ke dalam ruangan dimana suaminya saat ini terbaring tak sadarkan diri.

"Setelah ini tolong segera lakukan penyelidikan pada kecelakaan Tuan Watanabe"

"Baik pak, kalau begitu saya permisi dulu"

Jaehyuk mengangguk dan menunggu sampai polisi itu pergi dari pandangannya. Ia menyusul Junkyu di dalam ruang rawat tuan nya. Jaehyuk tidak bisa mengucapkan kata-kata selain bersyukur karena Haruto masih bisa diselamatkan meski sempat dinyatakan kritis saat di tangani tim medis. Wajah Haruto nampak tak di kenali Jaehyuk karena penuh dengan lebam biru dan perban yang membungkus pada kepalanya.

Suara dari mesin ekg yang mencatat detak jantung Haruto membuat resah pikiran pria Yoon tersebut. Tidak ia tidak boleh memikirkan hal yang buruk terjadi pada tuan nya.

"Jaehyuk"

Panggil Junkyu yang membuat Jaehyuk tersadar dari pikirannya.

"Ah ya tuan?"

"Tolong kau pulang saja, ini sudah terlalu larut untuk mengunjungi orang sakit"

"Baiklah... bagiamana dengan anda?"

"Biarkan aku di sini menemaninya sampai ia siuman"

Ah terlalu memaksakan diri sekali istri tuan Watanabe. Dia berpura-pura kuat agar tidak ada yang mengasihaninya.

"Tolong jangan memaksakan diri tuan, anda juga butuh istirahat. Saya pulang dulu kalau begitu"

Jaehyuk berjalan keluar dari ruangan itu namun ketika ia akan menutup pintu ia bisa melihat Junkyu yang merosot dan berlutu di samping ranjang rawat Haruto.

"Kuatkan diri anda Junkyu-ssi"

Dan pada akhirnya pertahanan Junkyu pun runtuh, ia meraih telapak tangan suaminya yang lemah menggenggamnya dengan hati-hati seperti benda yang rentan pecah. Dari pelupuk matanya air mata berlomba-lomba mengalir seperti sungai yang membanjir pipinya. Dengan suara lirih ia pun berkata

"Tolong jangan tinggalkan aku Haruto"

.

Seminggu kemudian

.

Hari ini cukup cerah setelah beberapa hari yang lalu awan hujan yang tidak berhenti menghujani kota Seoul. Junkyu bersama Junghwan kembali mengunjungi Haruto karena kemarin ia harus kembali ke rumah karena Junghwan marah tidak diperbolehkan melihat ayahnya. Bodoh sekali dia, bagaimana bisa ia lupa dengan anak mereka. Maka dari itu pada hari ini Junkyu menjanjikan akan mengajak Junghwan ke rumah sakit Agara Junghwan tidak mengamuk dirumah. Cukup merepotkan karena Junghwan meminta untuk dibelikan sebuket bunga saat di perjalanan tadi. Padahal tamu-tamu sebelumnya yang berkunjung juga memberikan buket bunga untuk ucapan cepat sembuh ke Haruto. Dan sangking banyaknya Junkyu sampai stress karena tiap hari harus membereskan kelopak-kelopak mereka yang sudah layu.

Junkyu membuang buket bunga yang sudah layu lalu mengisinya dengan air yang baru. Ia membuka bunga yang dibelinya tadi dan merangkai nya secantik mungkin. Sementara Junghwan duduk dengan dagu di topang pada pinggir kasur ayahnya. Mata kecil hitamnya menatap dalam ayahnya yang masih tertidur.

"Ohayou ayah"

"Ayah.... Junghwan kesal sekali dengan bunda dan orang-orang di rumah karena tidak mengizinkan Junghwan menengok ayah"

"Junghwan bahkan sudah menjadi anak baik dan mau mendengarkan bibi Lim tapi katanya Junghwan nanti hanya merepotkan jika kesini"

"Junghwan tidak merepotkan! Junghwan janji tidak akan nakal padahal....hiks...."

"Semuanya membohongi Junghwan, rasanya menyebalkan sekali!"

"Junghwan berdoa agar ayah cepat sembuh, nanti kalau sembuh Junghwan mau main sama ayah"

"Kasihan bunda ayah.... Bunda selalu menangis ketika tidur dan terus memanggil ayah"

Junkyu yang sedari tadi menyimak curahan hati anaknya menangis dalam diam. Rasanya perkataan Junghwan tadi benar-benar memukul hatinya.

Junghwan terkejut karena tiba-tiba ibunya memeluknya. Bisa ia rasakan tubuh ibunya yang bergetar dan suaranya yang parau karena menangis.

"Maaf...maafkan aku...aku tidak bisa memahami perasaan mu...maafkan aku"

Junghwan tidak mengerti kenapa ia meminta maaf kepadanya.

"Cup cup cup bunda.... Junghwan disni...disini"

.

Junkyu tertidur karena lelah menangis cukup lama. Ia percaya Junghwan bisa mengurus dirinya sendiri dan tidak keluar dari kamar ini sendirian selama dirinya masih tertidur. Buktinya sekarang anak itu sedang asik menonton kartun sambil menyantap bekal siangnya.

"Umm! Enak sekali... Ayah kalo ayah sudah sembuh ayah harus mencoba oyakodon buatan bunda"

.

Setelah selesai makan siang Junghwan membuka tas berisi mainan dan buku yang dibawa. Terkadang saat bosan ia pun kembali memerhatikan ayahnya lalu kembali lagi bermain dengan sendiri.

Tak ada seorang pun yang memperhatikan kelopak mata Haruto berusaha membuka kelopak matanya yang terasa berat. Bibirnya hanya mengecap-ngecap padahal sama sekali tak ada suara yang keluar. Haruto berjuang untuk bisa kembali sadar. Dengan kegigihannya untuk kembali hidup, tubuh dan jiwanya perlahan-lahan terkoneksi.

Retina matanya menangkap cahaya yang membias yang di bias oleh retina nya. Pemandangannya agak buram namun lama-kelamaan jadi semakin jelas. Ia melihat atap rumah sakit yang putih lalu menengok ke samping.

Dua orang yang sangat ia rindukan.

"u..ng...an..."

Seketika Junghwan berhenti membaca karena mendengar sebuah bisikan seperti memanggil namanya. Ia tidak yakin namun sesuatu seperti menyuruhnya untuk menutup bukunya dan segera melihat ayahnya.

Kepalanya menoleh bertepatan dengan Haruto yang kembali memanggil namanya. Kini ia mendengar dan melihat ayahnya yanng memanggil nya dari sana.

"Jung...Hwan..."

"A-yah"

Junghwan pun mendekat, tak tahu perasaan yang di rasakan nya saat ini. Tapi Junghwan tanpa sadar menitikkan air matanya. Tangan kecilnya menggenggam ibu jari ayahnya. Senang, Junghwan senang ketika bisa bertautan tangan kembali dengan ayahnya.

"Okaeri~"

"Kaeri...."

"Oh! Sebentar ayah bunda harus di bangunkan!"

Anak itu meloncat ke tempat Junkyu, mengguncang lengan ibunya sampai Junkyu hampir terjatuh.

"Junghwan! Kenapa?"

Panik Junkyu.

"Bunda ayah sudah bangun tau"

Dengan polosnya Junghwan berujar. Tidak tau saja Junkyu panik setengah mati karena mengira guncangan tadi itu gempa. Eh tetapi ia semakin panik karena katanya Haruto sudah siuman?

Ia menyingkirkan selimut dan melompat dari ranjangnya. Oke jadi bisa disimpulkan anak dan ibu itu sama saja.

Benar saja yang dikatakan anaknya, Haruto sudah kembali tangannya bergerak seperti ingin meraih sesuatu dari Junkyu. Ia mendekatkan diri agar Haruto mampu menjangkau dirinya. Tangan besar itu membelai pipinya. Rasa hangat yang Junkyu rindukan. Matanya kembali memanas, biarlah jika nanti mata nya kembali bengkak.

"Sayang... aku merindukan mu .....sangat"

"...juga"

Junkyu paham Haruto masih sulit dengan lisannya karena ia baru saja sadar dan masih dalam proses penyembuhan pasca kecelakaan kemarin. Rasa yang membebani di hati Junkyu ketika melihat Haruto sadar seperti hilang dengan sendirinya.

TBC

/Sudah nembus 400+ votes nah ini update yang sudah ku janjikan.
Next > 550 votes.

Random story of Watanabe familyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang