Selesai acara kajian. Khadafi tidak langsung pulang melainkan di ajak ke rumah Kyai. Sedangkan Damar sudah pulang terlebih dahulu, karena dia izin ada undangan acara dari teman lamanya.
Akhtar menemani Khadafi di rumah Kyai, karena itu keinginan Khadafi yang minta di temanin olehnya. Rahma keluar dari dapur, berjalan menuju ruang tamu dengan membawa sebuah nampan berisikan minuman dan cemilan untuk tamunya.
"Di minum dulu Ustadz, Gus, minumannya."
"Terima kasih, Ning," balas Khadafi menundukkan pandangannya.
"Ning, dimana pak Kyai?" tanya Akhtar karena sudah lumayan lama mereka menunggu di dalam rumah, namun sang Kyai belum juga datang.
"Katanya lagi nemuin habib sebentar."
Rahma duduk tepat di samping Khadafi, namun berbeda bangku. Khadafi masih setia menundukan pandangannya tanpa berniat melirik sebentar ke arah Rahma. Akthar yang merasakan suasana canggung, mulai membuka topik dalam ruangan ini.
"Anu Ning, bagaimana kabarnya?" tanya Akhtar.
"Alhamdulillah baik, Gus. Gus sendiri bagaimana kabarnya?"
"Alhamdulillah baik juga."
"Eum ... afwan ustadz. Ustadz bagaimana kabarnya selama keluar dari pondok?" tanya Rahma dengan takut-takut.
"Alhamdulillah sangat baik. Saya juga sudah di pertemukan dengan cinta pertama saya, Ning," Kata Khadafi dengan senangnya. Namun tidak dengan hati Rahma.
"Oh. Udah ketemu toh, bagus deh kalau begitu," lirih Rahma.
Akhtar yang mengetahui perihal cinta Rahma pada Khadafi, merasa kasihan karena cintanya bertepuk sebelah tangan. Pasti sangat menyakitkan mencintai seseorang yang telah mencintai orang lain. Tetapi semua ini adalah takdir yang sudah di berikan oleh Allah SWT.
Jodoh seseorang tidak bisa kita tebak-tebak dengan sendirinya. Mau bagaimanapun wujudnya, dia adalah jodoh kita kelak. Pasti akan ada satu kesamaan yang menjadikan alasan mereka bersatu.
"Sudah malam, sepertinya Kyai lagi ada urusan penting. Afwan Ning, saya dan Gus mesti pulang. Tidak baik berlama-lama di rumah seorang wanita yang bukan mahramnya," kata Khadafi berpamitan agar cepat pulang menemui Xaula yang sudah menjadi istrinya.
"Ah iya, saya paham."
"Kita pamit Ning, Assalammualaikum."
Kedua laki-laki ini pun pergi dari rumah Rahma. Khadafi tidak enak berlama-lama di rumah seorang wanita tanpa sepengetahuan sang istri.
"Ustadz, kenapa buru-buru pulang? Kasihan Ning sendirian di rumah."
"Justru itu Gus, saya tidak mau terjadi fitnah di antara kita. Dan saya juga sudah punya istri yang harus di jaga hatinya. Kalau semakin lama di rumah Ning tanpa sepengetahuan istri saya, maka saya bisa di katakan laki-laki yang tidak bertanggung jawab terhadap perasaan istri."
KAMU SEDANG MEMBACA
DISKUSI SEMESTA [TERBIT DI SNOWBALL PUBLISHING]
Teen FictionSequel of Crazy Man Mengandung kebaperan dalam cerita ini, siapkan mental kalian sebelum membaca agar tidak melenyot sepanjang part. #1 in badgirl [28/04/2022] #1 in misteri [27/02/2022] #1 in fiksiumun [11/12/2021] #2 in spiritual [28/04/2022] #3 i...