Bab 2

577 62 0
                                    

Setelah selesai makan malam bersama, Sagara yang awalnya ingin masuk ke kamarnya diseret Ayahnya untuk kumpul di ruang keluarga. Di sana, sudah ada Sayaka dan Sofia yang duduk di atas karpet pandangannya tertuju pada layar TV. Sedangkan dirinya dan Ayahnya duduk di sofa di belakang kedua Adiknya.

"Gimana hari pertama kuliah?" tanya Ayah penasaran.

"Ya biasa aja. Cuma rata-rata perkenalan nama dosen, habis itu langsung masuk materi."

"Ini kan bukan anak SD yang pertama masuk harus kenal sama nama guru sama semua temen sekelasnya, Mas." Sabrina muncul membawa nampan berisi teh hangat dan kue kering lalu ia letakkan di atas meja. Ia duduk di single sofa yang letaknya di seberang Ale.

"Iya, aku tau," sahut Ale. Lalu Ale menghadap Sagara lagi. "Di kelas ada cewek yang cantik gak, Kak?" tanyanya dengan antusias.

"Mas!" tegur Sabrina. "Anaknya kuliah kok malah disuruh cari cewek," omelnya.

Ale menghela napas pelan kemudian berbalik menghadap Sabrina kembali. "Sagara sudah besar. Wajar kalo dia sudah suka sama lawan jenis. Mau pacaran juga boleh banget."

"Kalo dia sukses, banyak kok cewek yang mau sama dia," balas Sabrina membuka toples berisi kue kering lalu mengambil isinya.

"Kamu suka sama cewek kan, Kak?" tanya Ale pelan.

"Sukalah, Ayah!" seru Sagara tertahan. Dia tahu maksud Ayahnya bertanya seperti itu. Karena selama delapan belas tahun hidupnya, Sagara tidak pernah berpacaran sekalipun.

Ale mengelus dadanya dengan perasaan lega. "Syukurlah kalo gitu."

"Jadi gimana kuliahnya, Kak? Seru?" tanya Sabrina.

Sagara mengangguk. "Lumayan."

Sebenarnya, dari awal Sagara tidak ada keinginan untuk melanjutkan ke bangku perkuliahan. Dulu Sagara berfokus ingin menjadi atlet renang. Tapi sampai suatu hari, ia mengubah keputusannya secara mendadak. Ada banyak pertimbangannya, saat harus menentukan masa depannya. Orang tuanya jelas mendukung apapun keputusannya. Dulu, Sagara rutin mengikuti kompetisi dalam bidang renang. Bahkan seringkali dia selalu menyabet medali dalam kompetisi yang dia ikuti. Tapi dia cukup puas sampai di situ dan memilih untuk berkuliah saja.

"Yang rajin ya, Kak," nasihat Ale. "Kelak kamu pasti bisa jadi orang sukses," lanjutnya dengan tersenyum.

Sagara lagi-lagi hanya mengangguk. Ia mengambil kue kering di depannya dan orang tuanya mulai membahas hal yang lainnya sampai terdengar pekikan Sofia yang keras.

"Bunda, Sayaka jambak rambut aku!" seru Sofia mengadu. Ia berlari menghambur pada Sabrina.

"Bukan jambak. Aku gak sengaja narik aja kok," sangkal Sayaka membela diri.

Ale terkekeh pelan. "Mana ada gak sengaja narik?" gumamnya.

Sagara hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan kedua Adiknya.

***

Felisha: Dimana?

Sagara membaca pesan yang baru saja dikirim oleh Felisha. Ia langsung mengetik balasan untuk Felisha.

Sagara: Kampus

Felisha: Oke

Sagara mengerutkan keningnya bingung dengan maksud pesan dari Felisha. Tapi ia memilih tidak bertanya lebih lanjut karena saat ini ia tengah mengerjakan tugas bersama temannya.

Sagara dan Felisha memang masuk di kampus yang berbeda dan membuat intensitas mereka untuk bertemu menjadi sangat jarang. Dari SD sampai SMA, Felisha dan dirinya selalu berada di sekolah yang sama. Tapi saat masuk ke perguruan tinggi, mereka memiliki tujuan yang berbeda.

Between Love and FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang