chapter 8

4 0 0
                                    

Hari ke hari Maura dan Chandra semakin akrab, mereka sering curhat bareng walaupun banyak rahasia yang di tutup tutupin oleh Chandra. Maura merasa nyaman saat bersama Chandra. Rey yang diam-diam memperhatikan mereka benar benar marah dia merasa di permainkan selama ini oleh Maura.
Hari ini Maura dan Chandra sedang jalan jalan bersama sampai di lapangan sekolah mereka berpapasan dengan rey dan kara. Rey kesal melihat Maura yang hanya menundukkan kepalanya membuat suasanya di antara mereka sangat canggung.
“begitu cepat ya, dpat mangsa barunya” kata rey sinis
“apa maksudmu?” Tanya Chandra tersinggung
“sebaiknya kau diam Chandra, karena aku yakin kau adalah korban selanjutnya” jawab rey
“aku.. aku bukan orang yang seperti itu” kata Maura pelan
“haha jalang” sindir kara
“oi oi oi seharusnya kau sadar diri sebelum memanggilnya begitu” kata Chandra dingin sambil menarik Maura menjauh dari mereka tapi saying tangan Maura di tahan oleh rey
“pengumuman!!!” teriak rey yang cukup untuk menarik perhatian orang banyak
“bagi para laki-laki jangan ada yang mau di bohongi oleh wanita ini” jedanya sambil menunjuk Maura, dan membuat semua orang menatap Maura tak percara sekaligus heran, Chandra yang ingin menghajar rey di tahan oleh Maura
“rey, sejkarang terserah kau mau bilang apa” katanya sambil menarik nafas dalam
“puas?” Tanyanya lagi lalu dia menarik Chandra menjauh meninggalkan lapangan, menginggalkan rey yang terdiam mendengar perkataan Maura
Sampai di taman belakang sekolah Maura pun menumpahkan air matanya
“sudah..” kata Chandra menenangkan Maura, setelah di rasa Maura cukup tenang candra mengantarkan Maura pulang kerumah,setelah mengantar Maura Chandra pun kembali kesekolah kini targetnya adalah rey.
Chandra mencari rey kemana mana dan menemukanya di lapangan basket tanpa basa basi Chandra langsung menghajarnya, rey tidak tinggal diam dia juga membalsa perlakuan Chandra hingga terjadilah baku hantam di antara mereka, setelah selesai bertengkar mereka tergeletak di atas lantai lapangan basket
“hah hah hah sbenarnya ada apa dengan mu?” Tanya rey kesal dengan nafas yang masih ngos ngosan
“ seharusnya aku yang Tanya hah hah hah” jawab Chandra yang juga ngosngosan
“kenapa kau sakitin maura?” lanjutnya
“karena aku sudah tau sifatnya, jadi bisa di bilang bukan aku yang nyakitin” jawab rey
“bodoh”
“kau masih mau ngajak berantam ya?” kata rey kesal karena di katakai bodoh olh Chandra
“heh, aku Tanya dari mana kau tau siafatnya Maura?”
“aku melihatnya”
“benarkah?”
“ya aku melihat banyk hal” kata rey
“apa?” Tanya Chandra cukup sinis
“aku melihat kalian berpelukan”
“hanya karena itu?” Tanya Chandra lagi tak percaya dengan kelabilan rey
“aku juga dengr dari kara”
“itulah kenapa ku katakana kau bodoh” kata Chandra yang mulai mengerti dengar keadaan sekarang
“apaan si?”
“kau itu hanya di bohongi oleh wanita itu”
“apa maksudmu?” Tanya rey dengan nada bingung
“kara hanya mengada ngada saja, dia cemburu pada Maura” lanjut Chandra
“cih kau ga usah membohongiku hanya untuk membela wanita itu”
“siapa juga yang mau membohongi mu” kata Chandra bangkit dari tidurannya dan diikuti oleh rey “rey dengarkan aku akutidak membohongi mu, kau tau dia pernah mengajakku berkerja sama untuk memisahkanmu dengan Maura” lanjutnya
“ya? Kau bercanda kan?” Tanya rey ragu
“haha enggak” kata Chandra
“ku akui aku memang menyukai Maura tidak aku bahkan mencintainya tapi bagiku asal dia bahagia itu cukup” lanjut Chandra sambil berdiri dan meninggalkan rey yang masih memproses semua informasi yang baru dia peroleh.
.
.
.
TBC…

not mine (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang