Tangisnya pecah tapi sekuat tenaga Haikal tahan isakan itu. "Kok dikasih ke kakak?"
Gadis kecil itu nampak bergeming dengan jari kecilnya yang ia ketukan ke dagu beberapa saat.
"Eumm.. Mama Kaila suka bikinin Kaila gambal kalo lagi nangis!"
Air matanya terus menetes melewati pipi hingga jatuh dari area wajahnya. Sudut bibir miliknya kemudian tertarik sempurna.
"Makasih ya Kaila, anak baik..." Haikal usap pelan rambut panjangnya.
"Kakak jangan nangis lagi, kan Kaila udah kacih gambal.."
Haikal mengangguk ribut. "Iya, ga nangis kok.." Tapi pada kenyataannya, isakan Haikal bertambah.
Dia bingung harus dia simpan di mana kesedihan untuk sekarang ini?
"Oh! Itu mamaku." Kaila turun dari kursinya. "MAMA!!!" Lalu berlari menghampiri wanita yang ia sebut sebut mama.
Saat itu juga, Haikal menunduk seturun turunnya, meremas ujung kertas itu hingga nampak kedua bahu kekarnya bergetar kuat.
Tangisnya kencang di sana.
"Life full of shit, ke mana kebahagiaan gua yang sebenarnya?" katanya, dalam hati yang terluka.
ㅡ
Satu jam kira kira Haikal habiskan waktunya dikursi taman itu, beruntung dia dapet teman yang sedikit teduh.
Ya seengaknya panas matahari ga bikin dia tambah gosong.
Dia pengen pulang... Kangen sama kasur kamarnya, tapi mau gimana, sekedar jalan sampai depan rumah sakit aja kakinya merengek.
Motornya juga ga tau masih bisa dibengkel atau takdirnya udah sakaratul maut dijalan, Haikal ga permasalahan itu.
Sekarang, dia benar benar bingung mau pulang pakai apa.. Ga ada benda yang bisa memapah jalannya ke depan.
"HAIKAL!"
Satu hentakan suara keras mendominasi pendengarannya. Haikal menoleh, membuat maniknya kini mendelik sempurna.
"Jidan anjirt, ngapain lo di sini? Bolos lo?" tanyanya menuduh.
"Yee yang ada lo ngapain di sini, bukannya ngurusin noh warga lo. Kalo gua mah bolos ga bolos juga ga ada yang peduli."
Haikal terkekeh, dia nampak sumringah sekarang beda dengan ekspresi diawalnya tadi. Gatau emang dibuat buat atau suasana hatinya yang cepat berubah.
"Lo ngapain di sini?" tanya Jidan lagi.
Nampak wajahnya yang sedikit linglung, tangannya terseret mengusap tengkuk leher yang ga gatal.
"Nganu, tante gua koma."
Jidan membulatkan bibirnya. 'jelas jelas motor lo remuk gitu dipinggir jalan, masih aja ngeles Kal..'
"Jenguknya udah? Mau balik ga lo? Bareng gua aja kalo ga bawa motor." Tawar Jidan.
"Boleh deh, kebetulan juga motor gua lagi ngungsi dibengkel. Bannya bocor."
"Motor remuk dibilang ban bocor doang, coba kalo tadi gua ga lewat jalan palpale, udah abis kali pritilan motor lo di jual 20 ribuan."
"Ya udah gas."
Haikal mengangguk mengiyakan. Lumayan lah dapet tebengan gratis walaupun Haikal agak ragu sama alasan yang Jidan kasih.
"Lo duluan aja ya, gua mau pamit ke tante gua bentar."
"Oh gitu? Gua tunggu diparkiran kali gitu."
Berlalu, tapi sebenernya Jidan ga beneran mau tunggu Haikal diparkiran, karena yang sebenernya dia malah ngumpet dibalik tembok, jaraknya sedikit jauh dari tempat Haikal duduk tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh gosh! I love you.
FanficFt. Haechan NCT. Rahasia hati, mungkin selamanya bisa jadi rahasia. Tapi hati tetap hati, ada perasaan yang ga bakal pernah bisa disembunyiin.