Happy birthday love
Dua bulan sudah berlalu sejak honeymoon. Kini semuanya sudah berjalan seperti sediakala, di mana Farez yang bekerja dan Mentari yang rebahan di rumah.
Namun hari ini rasanya sedikit berbeda karena Mentari merasa sangat kelelahan dan muntah-muntah sejak pagi.
Farez pun sudah menawarkan diri untuk tetap di rumah untuk menemani istrinya itu karena takut terjadi sesuatu yang buruk pada istrinya, tapi karena segala bujukan Mentari akhirnya Farez pun luluh dan pergi ke kantor dengan suasana hati yang buruk.
"Yaampun ini gue kenapa sih," gumam Mentari.
Sejak tadi Mentari merasa mual, entah apa yang terjadi dengan cacing-cacing di perutnya ini.
"SPADA, ORANG GANTENG DATANG."
Mentari yang mendengar suara teriakan langsung bergegas menuju ke lantai bawah.
"Ngapain kesini, Bang?"
"Numpang makan gue, kira-kira ada makanan gak?"
"Aduh, maaf bang. Gue gak masak, perut gue gak enak banget dari tadi," ujar Mentari dengan wajah yang sudah pucat.
"Lo kenapa dah? Gak di kasih makan sama Farez? Mana muka lo pucat banget lagi, ke rumah sakit aja yuk." Tak dapat dipungkasi bahwa Arka juga sangat khawatir melihat keadaan adik iparnya yang satu ini.
"Gak deh bang, mungkin gue cuma mau angin aja," ujar Mentari.
"Gak, ayo kita ke rumah sakit. Gue gak mau lo kenapa-kenapa."
***
Rumah Sakit
Setelah sampai di rumah sakit, Arka langsung membawa adiknya untuk diperiksa oleh dokter.
"Gimana dok? Apa ada masalah?"
"Gak ada masalah sama sekali, saya sarankan agar ibu dan bapak ke ruangan sebelah saja ya," ujar Dokter itu.
"Lah dokter gimana sih, kok malah nyuruh ke sebelah," ujar Arka.
Sedangkan dokter itu hanya tersenyum ramah saja, ada-ada saja pasangan ini.
Arka dan Mentari langsung pergi ke ruangan yang sudah ditunjukkan oleh dokter tadi dan masuk ke dalam.
"Kita periksa dulu ya, Bu." Dokter itu memulai tugasnya untuk memeriksa Mentari.
"Bisa dilihat ya, Bu. Disini ada calon anak ibu dan bapak, usianya baru dua minggu," ujar Dokter itu dan di dengar dengan baik oleh Arka dan Mentari.
"Bayi dok? Yang bener? Masa macam biji gitu dok, jangan-jangan itu biji yang ketelen itu," ujar Arka dengan wajah bodohnya itu.
"Maaf ya, Dok. Dia emang rada gila jadi gak usah didengar," ujar Mentari yang sudah sangat malu.
"Tidak apa-apa, Ibu. Sudah biasa bagi saya dapat pasien seperti ini ketika pertama kalinya," ujar Dokter itu tegar.
****
Setelah pulang dari rumah sakit, Mentari langsung disuruh istirahat oleh Arka sang kakak ipar.
Bukan apa-apa, Arka hanya takut bayi di dalam kandungan Mentari pusing mendengar pertanyaan-pertanyaan dari orang tua yang kelewat kepo dan heboh.
"Kamu ini gimana sih, ayah ini kepo keadaan Mentari," ujar Alta.
"Sabar dong kakek, Mentari butuh istirahat dulu sebelum dengar pertanyaan dari ayah. Emangnya ayah kira gak capek apa dengar semua ucapan ayah," ujar Arka.
"Panggil aku oppa anak muda, jangan kakek," ujar Alta.
"Situ orang kampung, gak cocok dipanggil oppa yang cocok panggil eyang aja," ujar Arka lalu ngancir dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFAREZI 2
Teen FictionSQUEL ALFAREZI [TEENFICTION-HUMOR-ROMANCE] Disarankan sebelum baca cerita ini, baca dulu ALFAREZI. Tinggal tekan profil doang. ••••• "Mereka bukan lagi dua, melainkan satu" ••••• DIHARAPKAN UNTUK MENINGGALKAN JEJAK SAAT BERKUNJUNG KESINI!! DILARANG...