12

2.4K 494 204
                                    

oOo

oOo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

oOo

Rich galau lagi, dia bahkan tidak bisa fokus kuliah dan belajar apa yang diperintahkan sekretaris papanya. Ia siang ini hanya menatap langit-langit kamar seperti tak ada nyawa.

Masih merasa tak percaya dengan Aska yang sudah mempunyai anak. Rasanya Rich jadi semakin jauh dengan Aska. Rich merasa buta arah, harus dari mana ia memulai Rich tidak tau. Semua pintu milik Aska tertutup rapat.

Rich jujur saja tidak masalah dengan Aska si ducan, alias duda cantik. Rich hanya belum bisa berfikir jernih, dari chapter satu sampai sebelas tentu saja dia belum melakukan perjuangan yang hasilnya akan sesuai harapan.

Rich menghela nafasnya, ia memejamkan mata sebentar begitu pintu kamar terbuka. Ya mau bagaimana lagi, dia harus berkonsultasi dengan Derren.

"Rich, lo masih hidup kan?" Tanya Derren, memutar bola matanya malas ketika melihat Rich hanya bengong. "Duduk dong anjir, gue kasih tips langsung."

Rich segera bangkit dan bersemangat, "tips apaan tuh?"

"Gue mau nanya dulu," Derren menyimpan kedua tangannya di dada dan menatap mata Rich dalam-dalam. "Lo serius kan sama dokter Aska?"

"Ya iyalah, gila lo? Udah sejauh ini anjir." Sewot Rich.

"Dengerin gue baik-baik, kalau lo macem-macem sama dokter Aska atau nyakitin dia, gue gak bakal mau jadi temen lo lagi." Ujar Derren, ini serius walaupun ancamannya terdengar kekanak-kanakan.

Tapi bagi Rich ini adalah hal berharga, tau sendiri yang Rich punya hanya Derren. Teman-teman yang dulu mana ada. Itu kenapa Derren juga jadi teman berharga Rich sekarang.

Derren tidak pergi ketika Rich tidak bisa jalan, Derren tidak jijik dan nyinyir ketika tau Rich pakai pamper, Derren tidak melihatnya dengan tatapan aneh ketika Rich duduk di kursi roda.

"Gak Derren, gue gak akan kayak gitu. Okay lah, dulu gue memang brengsek tapi mungkin lo bisa lihat ketulusan hati gue sekarang. Gak butek lagi kan hati gue?" Kata Rich.

Derren tertawa sarkas, "gue gak percaya sama lo."

"Si anjir."

"Dulu tapi." Tambah Derren. "Sekarang lumayan percaya."

"Nah gitu dong, itu baru namanya teman." Rich tersenyum senang, akhirnya ada seseorang yang akan membantunya. Tidak seperti Mama dan Papa, mereka hanya menasehati saja.

"Yaudah ayo!" Ajak Derren.

"Ke mana?"

"Temuin anaknya dokter Aska lah, Rich. Lo kemarin apain dia? Tadi dokter Aska cerita."

"Hah?" Sudah mulai hah heh hoh lagi si Rich. "Gue cuma bentak dikit aja sih, tapi kayaknya anaknya Aska baperan."

"Baperan mata lo menyublim, anjir!" Derren sudah sewot lagi, dengan Rich memang harus banyak sabar. Kadang susah ngomong sama dia.

Askarich Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang