07

2.7K 507 141
                                    

Masih dengan pergi keluar bersama Rich, dan jujur memang cukup melelahkan bagi Aska. Tidak bisa pergi ke tempat yang Aska atau Rich inginkan karena kondisi Rich yang masih memakai kursi roda.

Ya kalau mendorong saja Aska tidak keberatan. Tapi ketika membantu laki-laki bertubuh besar itu untuk duduk di mobil dan mengangkat kursi roda ke bagasi belakang, Aska serasa kehabisan tenaga.

Jadilah tadi hanya pergi ke tiga tempat, kedai ayam geprek, taman, dan pergi jajan makanan lain yang tidak jauh dari taman.

Rich juga menyadari itu semua, tapi mau bagaimana lagi kan dia belum bisa berjalan dengan lancar. Tidak ingin merepotkan Aska, tapi di sisi lain ia juga ingin pergi berjalan-jalan bersama Aska. Ya tapi kapan lagi kan?

Rich bosan kalau hanya membahas tentang progres berjalannya. Rich bosan ketika Aska ke rumah, dokter cantik itu hanya menanyakan kondisi Rich. Rich bosan ketika Aska hanya menyuruhnya belajar berjalan.

Dan jam enam sore hari ini, Aska membawa Rich untuk singgah di rumahnya terlebih dahulu. Rich tidak bisa menolak, lagipula bagaimana untuk menolak kalau Rich saja jalan-jalan pakai mobil milik Aska. Ibaratkan terserah tuan rumah sajalah, Rich hanya bisa menurut dengan kondisinya yang seperti ini.

Mata Rich memandang rumah di depannya, gelap. Ya rumahnya sih gak sagede rumah Rich, tapi bisa dibilang rumah Aska lumayanlah.

"Menurut kamu enaknya makan dulu apa saya mandi dulu ya?" Tanya Aska yang sedang membuka kunci pintu.

Rich terdiam sesaat dan memikirkan hal lain. "Makan lah."

"Oke, Rich mau saya masakin apa?"

"Aska, jangan pake saya dong. Aku aja gitu biar gak terlalu formal." Perintah Rich, pasalnya si Aska ini kadang random pake saya atau gue.

"Lu banyak mau, udah gue lembutin juga."

Nah kan.

Rich hanya memutar bola matanya malas, Aska pun mendorong kursi roda Rich untuk masuk ke dalam rumah.

Oh wanginya sangat soft. Ketika Aska menyalakan lampu, Rich bisa melihat kalau rumah ini tak banyak perabotan, seperti rumah yang jarang ditempati.

"Barang-barang yang lain masih di gudang, saya pindah ke sini belum lama. Belum ada waktu juga buat beres-beres." Terjawab sudah oleh Aska.

Rich hanya mengangguk, tak peduli juga sih sebenarnya karena ini kan rumah Aska.

Rich menjalankan kuris rodanya sendiri menggunakan tangan ke arah sofa, ia pelan-pelan berdiri dan berjalan tiga langkah menuju sofa lalu duduk.

"Udah pengen rebahan ya, Rich?" Aska terkekeh pelan begitu melihat Rich merebahkan tubuhnya sembari bermain HP.

"Udah lama gak keluar jadi bikin capek." Jawab Rich. "Padahal pasti yang lebih capek tuh elu."

"Gak juga, rasa capek yang kamu rasa pasti bukan capek fisik kan?" Aska mengeluarkan bahan makanan yang berada di kulkas.

Rich tidak menjawab, ia sibuk mengirim pesan berbentuk foto pada Derren. Hanya laporan dan pamer kalau dirinya sedang berada di rumah Aska. Tak lupa juga mengirim pesan pada Mama untuk menyuruh supir menjemputnya nanti.

"Rich..." Panggil Aska lagi begitu tak mendengar jawaban. "Rich, saya pengen spaghetti kalau kamu mau makan apa?"

"Samain aja."

"Saya tuh beli ini udah agak lama, tapi belum sempat dimasak." Bawel Aska membuat Rich menyimpan HP-nya. Ya tidak kaget sih, Aska kan memang bawel.

"Isi lemari lu mie semua kah?" Ujar Rich, bukan menebak tapi ketika Aska membuka bufet, itu semua terlihat sangat jelas di sana penuh mie instan berbagai rasa.

Askarich Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang