"Alina, boleh aku tahu nomormu yang mana? Biar aku buatkan grup khusus kadiv inti."
Deg .... Jantung Alina berdetak lebih cepat ketika suara lembut dan sopan terdengar dari belakang tubuhnya. Gadis itu membalikkan badan dan menemukan sosok ketua Divisi Humas sedang memegang ponsel seraya menatapnya. Ia terlihat tergopoh-gopoh. Mungkin lelaki itu buru-buru menyusul Alina yang sudah mulai melangkah pergi.
"Ada di grup, yang belakangnya 0001," jawab Alina kemudian.
"Oh, itu? Aku nggak tau soalnya namanya nggak muncul. Kamu belum pernah kirim apa pun di grup, ya?" tanya Fariz, lelaki yang sempat menanyakan nomor Alina.
"Oh, iya sih. Aku belum pernah muncul di grup emang." Alina baru menyadari bahwa selama ini hanya jadi silent reader. Sejak bergabung ke grup, ia belum pernah mengirim pesan sama sekali.
"Oke. Aku save, ya?"
"Iya."
* * *
Setelah pertemuan pertama, sekumpulan mahasiswa itu beberapa kali melakukan pertemuan lanjutan, baik pertemuan antaranggota, inti dan ketua divisi, atau hanya tim inti. Selain itu, mereka juga melakukan survei lokasi pengabdian. Sudah tiga kali survei dilakukan. Dua kali hanya tim inti dan para ketua divisi, satu kali mengajak beberapa anggota. Di beberapa kesempatan, perwakilan kelompok juga berdiskusi tatap muka dengan dosen pembimbing.
Semua anggota tampak lebih sibuk dari sebelumnya. Berbagai persiapan mereka lakukan. Mulai dari menyiapkan hal umum sampai perlengkapan divisi dan program kerja masing-masing. Tim inti tampak sibuk mengontrol anggota sambil sesekali berkoordinasi.
Hari ini rapat terakhir sebelum pemberangkatan. Agenda rapat kali ini adalah merancang agenda yang akan mereka lakukan setelah sampai di lokasi pengabdian.
"Medpart gimana, Riz?" tanya Bobby.
"Ada dua yang udah oke. Lainnya nanti tetep cari di sekitar lokasi. Udah bilang ke Hanum juga," jawab Fariz.
"Sudah tanya keperluan masing-masing divisi yang sekiranya berhubungan sama pihak luar?"
"Udah, kok. Nanti anak humas disebar buat bantu masing-masing divisi. Anak inti juga bantu kan?"
"Pasti, udah kubagi kok. Cuma aku nggak menetap di salah satu divisi. Selain itu masing-masing udah dapet jatah pegang divisi apa."
"Oke, siap."
Keduanya lalu sibuk dengan urusan masing-masing. Bobby berdiskusi dengan tim inti. Di sisi lain, Fariz dan para ketua divisi lainnya berkumpul dengan divisi masig-masing. 15 menit kemudian, Bobby meminta semua tim inti dan ketua divisi untuk berkumpul. Malam ini adalah malam pengantar mereka. Malam terakhir sebelum menginjakkan kaki di bumi yang sarat akan cerita.
* * *
Setelah melalui proses panjang, kini sekumpulan anak manusia yang masih haus pengalaman itu telah tiba di bumi yang sarat akan makna. Mereka sudah menginjakkan kaki di bawah langit biru Jenggolo. Semesta menyambut para anak Adam dengan mesra ditemani suasana damai yang menenangkan hati. Riuh rendah gurauan putra-putri kebanggaan negeri ini turut serta menghiasi.
Senyuman ringan tampak terpancar dari para mahasiswa yang tampak bahagia berada di tengah keceriaan anak-anak. Selama berada di tempat ini, anak-anak itulah putra-putri yang akan membantu mencari tahu lebih dalam tentang arti hidup.
Seusai penyambutan formal oleh kepala desa, para mahasiswa segera menuju basecamp masing-masing. Kebetulan basecamp antara laki-laki dan perempuan hanya terpisah oleh satu rumah warga, sehingga sangat mudah bagi mereka untuk bertemu setiap saat. Mereka beristirahat sejenak sebelum memulai aktivitas masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengabdian Rasa
General FictionJenggala Manik. Selain melahirkan kisah indah antara Panji Asmarabagun dengan Dewi Sekartaji, juga melukiskan cerita indah bagi jiwa yang lain, termasuk Alina. Gadis ini terjebak dalam kerumitan rasa. Permainan rasa mengantarkan Alina pada rasa kehi...