Minggu kedua di bumi Jenggolo.
Kegiatan pengabdian mahasiswa KKN di Desa Jenggolo makin terlihat di Minggu ini. Mulai dari mengadakan sosialisasi bersih diri, membersihkan musala dan masjid secara berkeliling, juga mengikuti kegiatan warga yang lainnya. Sementara untuk kegiatan rutin seperti mengajar di sekolah, les, dan mengaji tetap berlangsung seperti biasanya.
Hari ini hanya beberapa mahasiswa yang bisa ikut mengajar di sekolah karena harus membagi waktu dengan sosialisasi bersih diri. Beberapa dari mereka ikut sosialisasi, beberapa membantu mengajar, sisanya menjaga basecamp. Sesibuk apa pun, mereka tetap memastikan harus ada yang tinggal di basecamp. Bukannya takut kehilangan sesuatu, tapi rasanya kurang pantas saja membiarkan basecamp dalam keadaan kosong.
* * *
Lapangan yang dikelilingi oleh ruang kelas itu tampak dipenuhi oleh siswa dan siswi berseragam putih merah. Pagi ini sebagian siswa SDN Jenggolo 1 sedang latihan baris-berbaris, sementara sebagian lainnya belajar di kelas seperti biasa. Riuhnya tiupan peluit dipadu nyaringnya teriakan sang komandan regu cukup memekakkan telinga
Selepas mengajar, Alina sempat melirik ke arah ruang kelas 4. Pandangan Alina menangkap beberapa siswa yang sedang bersenda gurau dengan Rafa dan Fariz. Pemandangan yang membuat Alina cukup terpukau karena kedua lelaki itu tampak telaten menghadapi tingkah para bocah yang sering kali menunjukkan sikap manja. Alina tersenyum singkat ketika Rafa menoleh ke arahnya, gadis itu mengisyaratkan agar Rafa kemabali ke basecamp lebih dulu.
Rafa membalas dengan tersenyum dan mengacungkan jempol, sementara Alina segera pergi bersama Hanum. Beginilah rutinitas pagi hari. Mereka sarapan dan mengajar di sekolah dalam satu waktu. Mereka melakukannya bergiliran agar tetap ada yang tinggal di sekolah.
Alina menuntaskan sarapan dalam waktu kurang dari 30 menit, itu pun sudah termasuk perjalanannya yang menyita waktu beberapa menit. Gadis itu kemudian bergegas kembali lagi ke sekolah agar teman-temannya yang lain bisa segera sarapan.
Sesampainya di sekolah, Alina kembali memosisikan diri di antara para siswa yang sedang latihan baris-berbaris. Alina mengambil alih komando. Gadis itu memberikan perintah umum seperti hadap kanan dan kiri, balik kanan, hormat, dan lain, lain. Kegiatan itu berakhir sekitar pukul 10.30.
Siang hari dilanjutkan dengan persiapan kegiatan lain dalam pekan ini. Divisi Pendidikan tak begitu punya banyak proker seperti divisi lain, sehingga para anggotanya bisa bergabung untuk membantu divisi lain. Begitu malam tiba, maka giliran Divisi Pendidikan dibantu oleh divisi lain untuk memberikan les.
* * *
Senja kini mulai menyapa. Temaramnya cahaya lampu tua tampak memancar di beberapa sudut desa. Beberapa lampu yang belum diganti tampak diselimuti sarang laba-laba. Sebuah poskamling di perempatan tampak lengang tak berpenghuni.
Dari kejauhan tampak sebuah rumah bercat putih. Sinar lampu seolah memeluk rumah itu dari gelapnya senja. Sayup-sayup terdengar lantunan ayat suci dari rumah ibadah yang terletak tak jauh dari rumah bercat putih itu.
Selepas salat Magrib, Alina berniat menyiapkan materi pramuka untuk diajarkan lusa. Alina duduk di depan basecamp bersama Putra, Kiya, dan Rafa. Salah satu orang dari luar Divisi Pendidikan yang dipercaya untuk membantu mengajar karena sifatnya yang telaten menghadapi anak-anak. Di tengah kekhidmatan menyusun materi, Fariz datang dan sepertinya tengah membutuhkan sesuatu.
"Lin, kamu sibuk kah?" tanya Fariz begitu tiba di tempat Alina berada.
"Nggak juga, cuma cari materi aja," jawab Alina.
"Materi apa?"
"Pramuka, buat ngajar lusa di SD 2."
"Hmmm ... bisa di-pending nggak?" Fariz bertanya dengan sedikit ragu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengabdian Rasa
Aktuelle LiteraturJenggala Manik. Selain melahirkan kisah indah antara Panji Asmarabagun dengan Dewi Sekartaji, juga melukiskan cerita indah bagi jiwa yang lain, termasuk Alina. Gadis ini terjebak dalam kerumitan rasa. Permainan rasa mengantarkan Alina pada rasa kehi...