CHAPTER 7 - Tatapan yang Tak Biasa

38 4 4
                                    

Waktu terus berjalan. Kegiatan pun makin beraneka ragam. Kesibukan tampak mengisi hari-hari di bumi kekuasaan Mapanji. Lalu lalang mahasiswa dengan jaket berlogo matahari menjadi pemandangan yang selalu ditemui setiap hari.

Pagi menjelang siang, para peserta KKN disibukkan dengan dua kegiatan sekaligus. Selain kegiatan belajar rutin, hari ini ada kegiatan lain dari Divisi Kesehatan, yaitu pengobatan gratis. Tak cukup sampai di situ, sore nanti masih dilanjut dengan kegiatan premuka.

Beberapa mahasiswa tampak hilir mudik mempersiapkan segala sesuatu. Perlengkapan pengobatan telah tertata rapi di meja. Di depan meja tampak puluhan kursi plastik berjajar dengan rapi dan siap untuk ditempati.

"Berapa orang?" tanya Bobby begitu sampai di lokasi pengobatan.

"32, tapi baru sebagian, kok," jawab Pras.

"Terus kamu mau ke mana?" tanya Bobby lagi.

"Keliling, siapa tau ada warga yang lagi senggang mau kuajak ikut pengobatan," jawab Pras.

"Nggak usah, di sini aja. Biar anak-anak yang bantu keliling," ucap Bobby sambil mengeluarkan ponsel. Pras pun menurut.

~ KKN – Jenggolo ~

Saya:

Gaes, ada yang nganggur?

Wawan:

Nggak nganggur, tapi kalau butuh bantuan, bisa ditinggal dulu.

Bagas:

Nggak nganggur, tapi kalau butuh bantuan, bisa ditinggal dulu. (2)

Arini:

Masih senggang. Ada yang bisa kubantu?

Saya:

Minta tolong keliling desa. Kalau ada warga yang sekiranya nggak sibuk, ajak buat ikut pengobatan. Ini masih 32 orang.

Wawan:

Meluncur.

Setelah meminta bantuan lewat grup, kini Bobby beralih ke nomor Alina.

Saya:

Dibantuin siapa?

Alien:

All team Divisi Pendidikan. Ditambah Rafa, Ardi, sama Dania.

Saya:

Habis ngajar nggak usah nyusul, langsung aja ke basecamp. Bilangin ke anggota divisimu.

Alien:

Loh, kenapa emangnya? Kan nggak enak, By. Mereka udah sering bantu ngajar loh.

Saya:

Nanti siang harus ngajar lagi kan? Nggak ada protes.

* * *

"Ish, nyebelin banget, sih!" gerutu Alina sambil menatap ponselnya.

"Kenapa, Lin?" tanya Ardi begitu mendengar gerutuan lirih dari bibir gadis yang kini tengah berada di sampingnya.

"Ini si Bobby nggak ngebolehin anak Divisi Pendidikan nyusul ke lokasi pengobatan," adu Alina dengan bibir mengerucut.

"Nanti ngajar lagi?" Ardi lanjut bertanya.

"Iya, ngajar pramuka," jawab Alina.

"Kalau gitu kalian mending istirahat aja, tenaganya nanti buat ngajar lagi." Ardi mencoba menengahi dan memberi saran untuk Alina.

Pengabdian RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang