1. Ketua Osis

32 3 0
                                    

Pacar Lee Jeno di sini 🖐. Absen dulu dong pembaca cerita ini siapa aja dan dari mana aja 😂
--------------------------------------------------------------

"Sial!" Thalassa mengumpat setelah menyadari gerbang sekolahnya sudah ditutup karena jam telah menunjukkan pukul 07.05 WIB. Ia memutar otak sambil mengitari sekolahnya, berusaha mencari jalan lain untuk masuk ke sekolahnya. Ia tidak boleh bolos, bahkan sehari pun.

Thalassa de Aguirre. Gadis setengah bule dengan rambut dicepol asal-asalan itu melangkahkan kakinya dengan tergesa-gesa setelah melihat tembok sekolahnya yang lebih pendek karena beberapa bagiannya terkikis oleh waktu. Memanjat bukanlah keahliannya, namun kali ini ia harus mencobanya. Toh ia memakai celana pendek di dalam rok pendek sekolahnya.

Setelah berhasil memanjat dan berada di atas tembok setinggi dua meter itu, ia terdiam sejenak menerka segala kemungkinan yang terjadi setelah ia melompat ke bawah.

"Pengumuman! Bagi siswa-siswi SMA Garuda, diharapkan segera berbaris di lapangan karena upacara akan segera dimulai."

Suara bervolume kencang tersebut berhasil mengejutkan Thalassa hingga gadis itu berakhir dengan posisi berlutut di atas paving merah muda yang berada di tempat parkir sekolahnya.

"Sakit banget!" Thalassa berusaha bangkit sambil meringis kesakitan, ia yakin kakinya terkilir. Wajar, ia terjatuh karena belum siap untuk melompat tadi, ditambah paving tempatnya mendarat tentu sangat keras. Ia menghela nafas sebelum akhirnya melangkah dengan terseok-seok menuju kelasnya.

Ia berjalan menuju kelas sambil mengacak-acak isi tasnya, mencari sebuah benda yang penting untuk digunakan saat upacara— topi. Namun tidak ada. Benda yang ia cari-cari tidak ada. Entah kesialan apalagi yang menimpanya hari ini karena bangun kesiangan, ia hanya dapat berdoa bahwa ini akan menjadi kesialan terakhirnya.

"Lo, yang kayak gembel!" teriak seorang pria dari belakang Thalassa, membuat gadis itu mengernyit. Pria itu mendekatinya, memperhatikan penampilan gadis di hadapannya dengan mata menyipit. Rambut acak-acakan, dasi yang dipakai asal-asalan, almamater yang hanya disampirkan di pundak, dan tidak memakai topi.

Meskipun penampilannya sangat berantakan, tentu saja paras cantiknya tetap tidak dapat terbantahkan. Kulit seputih susu, rambut berwarna coklat gelap yang bergelombang rapi, bibir pink yang nampak plump, ia seperti pahatan Tuhan yang nyaris sempurna. Hingga sepersekian detik kemudian pria tersebut tersadar bahwa ada tugasnya yang harus diselesaikan.

"Satu menit lagi lo belum ke barisan dengan atribut lengkap, lo harus gue hukum!" titah pria dengan name tag 'Sagara Pradipta' tersebut kepada Thalassa. Thalassa tidak begitu familiar dengan wajah pria itu—dan orang-orang lain, karena ia memang sulit menghafal wajah seseorang, namun tentu ia mengerti bahwa pria itu pasti anggota OSIS, atau setidaknya terlihat seperti anggota OSIS.

"Gue nggak bisa upacara, gue sakit. Gue ke UKS aja, ya?" Thalassa memelankan volume suaranya, berusaha memasang wajah memelas agar nampak seperti sedang sakit.

Tanpa aba-aba, Sagara mendaratkan punggung tangannya di kening Thalassa. Pria itu kemudian menampilkan senyuman miringnya. "Lo nggak bawa topi, kan? Berdiri di barisan kelas lo, di bagian paling depan!"

Thalassa yang malas berdebat hanya berjalan menuju barisan kelasnya, namun ia berhenti di barisan paling belakang. Ia tidak menuruti perkataan Sagara karena ia sudah hafal bahwa hanya siswa-siswi yang tidak beratribut lengkap lah yang berada di barisan paling depan, dan mereka lah yang akan mendapat bonus waktu 30 menit upacara lebih lama.

"Lo denger nggak sih gue bilang apa tadi?" entah sejak kapan Sagara berada di sebelah Thalassa, hingga kemudian ia menyeret gadis itu ke barisan paling depan.

Bold and Italic Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang