2. Gadis di Atas Rata-Rata

25 3 0
                                    

Seorang siswa jangkung yang baru saja mengakhiri rapat dengan organisasinya —OSIS, sedang berjalan menyusuri koridor sekolah yang sunyi. Pakaiannya masih rapi, dasinya masih terikat di kerah seragamnya dengan baik, hanya rambutnya yang nampak acak-acakkan setelah berjam-jam sibuk mengurus banyak hal di sekolah. Meskipun demikian, justru semakin banyak siswi yang tergila-gila padanya saat rambutnya berantakan seperti ini.

Tinggi, memiliki hidung mancung, mata berlensa coklat dengan tatapan tajam, rahang yang tegas, tampan, apalagi bergelar ketua osis. Yang paling penting, ia adalah sosok yang ramah dan mudah berteman dengan semua orang. Mungkin hal itu juga yang membuatnya sukses mendapatkan suara mayoritas untuk menjadi ketua OSIS. Ia nampak sempurna di mata kebanyakan siswi, kecuali Thalassa.

"Kemal, lo ngapain balik?" Siswa itu bertanya kepada salah satu temannya yang sudah berpamitan pulang kepadanya tiga menit yang lalu, yang saat ini malah berbalik ke arahnya.

"Jaket gue ketinggalan di kelas, Ga. Takut dimarahin emak kalo nggak gue ambil," jawab Kemal yang berjarak beberapa meter dari Sagara, sambil kesulitan mengatur nafasnya.

"Oh, iya!" Kemal menghentikan langkahnya tepat di sebelah Sagara, membuat siswa tampan dan berwibawa tersebut menatapnya. Kemal melanjutkan, "Lo hari ini nggak bawa motor ya, Ga?"

Sagara terdiam beberapa saat karena pertanyaan tersebut.

"Gue duluan," ucap Sagara tanpa menjawab pertanyaan Kemal. Ia menepuk pundak Kemal sebelum berlari ke tempat parkir.

Setelah mengeluarkan sedikit tenaga untuk berlari, Sagara telah tiba di tempat parkir dan motornya tidak ada. Ia mengingat dengan jelas bahwa tadi pagi ia menaiki motor dan memarkirkannya di tempat ia berdiri saat ini. Sambil menahan emosi, ia meraih handphone yang berada di saku celananya dan menelpon seseorang dengan setengah kesal.

"Hallo, ma. Mama suruh orang buat bawa motor aku?"

...

"Make sense, ma. Mama selalu nggak bolehin aku pergi sendirian, selalu pengen aku berangkat bareng mama aja."

...

"Ya udah, Gara tutup ya, ma."

Tebakan pertama Sagara adalah ibunya lah yang membawa pulang motor tersebut. Sudah bukan rahasia umum bahwa ia adalah anak seorang guru mata pelajaran biologi di sekolahnya, dan ibunya kerap kali meminta Sagara untuk berangkat dan pulang bersama dengan sebuah mobil keluarga yang dikendarai oleh sopir pribadi mereka. Hal itu tentu akan merepotkan bagi Sagara karena ia akan merasa selalu dipantau sehingga ia bersikeras untuk menaiki motor vespa kesayangannya untuk pergi ke sekolah.

"Terus motor gue ke mana kalau ini bukan perbuatan mama?" Sagara bermonolog setelah memutuskan sambungan telepon dengan ibunya, sambil mengingat-ngingat barangkali ada hal penting yang ia lupakan.

"Jangan-jangan cewe tadi? Tapi gimana cara gue ngehubungin dia?"

Sagara tidak kehabisan ide. Ia segera mengutak-atik ponselnya. Membuka akun instagram pribadi miliknya, memasukkan kata "Thalassa" pada kolom pencarian, dan ... yup! @thalassaa muncul pada bagian teratas di hasil pencarian tersebut.

Ia segera mengirim pesan kepada akun tersebut.

@sagarapradipta
Gue baru tahu lo pencuri

Sebenarnya Sagara sendiri tidak yakin apakah pesannya akan mendapat balasan segera atau tidak, karena ia tidak mengikuti akun Thalassa sehingga pesannya akan masuk ke request message terlebih dahulu.

Drrrttt...

@thalassaa
Maksud?

@sagarapradipta
Lo kemanain motor gue?

Bold and Italic Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang