Nuansa jingga telah didominasi oleh kelabu. Menyisakan sang hujan yang sebentar lagi akan membasahi permukaan Bumi. Sekaligus sebagai tanda untuk mengakhiri kegiatan sekolah hari ini.
Berbeda dengan kedua insan itu. Mereka justru berdiri saling berhadapan satu sama lain. Dengan jarak sejauh satu setengah meter.
"Ada hal yang ingin kukatakan padamu."
Setelah diam beberapa lama, akhirnya lelaki bersurai itu membuka suara setelah mengajak (Y/n) ke area yang lebih nyaman untuk dijadikan tempat berbincang. Tidak sepenuhnya nyaman, dikarenakan (Y/n) hanya ingin pulang saat ini.
Sejak tadi Shinichiro memang hanya diam memikirkan apa yang harus ia katakan terlebih dahulu. Ia pikir penolakan yang ia terima itu disebabkan oleh bagaimana cara ia mengungkapkannya. Well, lelaki itu tak ingin mendapat penolakan, lagi.
"Apa yang kau ingin katakan?" Sambil melipat tangannya di depan dada, gadis itu bertanya. Tatapannya tertuju ke arah lelaki di hadapannya itu. Hanya dengan melihat wajahnya saja, ia sudah merasa tak suka.
Sudah sangat kentara mengapa (Y/n) menunjukkan sirat tak suka. Lelaki bernama Sano Shinichiro yang berdiri di depannya itu sudah mencuri waktunya. Seharusnya saat ini (Y/n) sudah berada di perjalanan pulang, bukan berhadapan dengan orang yang ber-cosplay menjadi patung.
Ditarik napasnya sebelum menghembuskannya sesaat kemudian. Berusaha memberikan rasa tenang pada dirinya sendiri. Yah, meskipun tidak sepenuhnya sesuai dengan harapannya.
Apa yang dikatakan oleh Shinichiro selanjutnya memberikan rasa terkejut pada diri sang gadis. Namun, sesaat kemudian wajahnya berubah normal. Seakan-akan tidak terjadi apapun. Justru sebuah ide cemerlang muncul di dalam otak encernya itu.
"Jadilah kekasihku."
***
Benar apa dugaan (Y/n).
Petrichor sudah menyapa indra penciuman gadis itu. Yang seketika membuatnya mengernyit karena tak senang dengan aroma tersebut. Aroma yang muncul ketika hujan membasahi tanah yang kering.
Kedua insan itu—(Y/n) dan Shinichiro—sudah menyingkir ke tempat teduh yang terhindar dari hujan. Hujan yang turun sore ini benar-benar tak sesuai dengan perkiraan cuaca. Memang seharusnya (Y/n) tak mempercayai perkiraan cuaca yang dikatakan melalui berita tadi pagi. Well, ia pun tak bisa sepenuhnya menyalahkan mereka. Toh mereka juga termasuk manusia yang tidak sempurna. Maka, kesalahan tidak bisa dihindari.
Bahu (Y/n) yang ditepuk tiba-tiba mengalihkan tatapannya serta membuyarkan lamunannya. Di sisinya, Shinichiro berdiri seraya menyodorkan sebuah payung pada gadis itu.
"Untukmu, pakailah."
Itulah yang lelaki itu katakan pada (Y/n). Tanpa bertanya apapun, ia menerimanya. Namun, setelah melihat Shinichiro berlari menembus hujan hanya dengan dinaungi jaket miliknya sendiri di atas kepala, seketika membuat (Y/n) menatapnya datar dan diselimuti keheranan.
Jika lelaki itu hanya memiliki satu payung, mengapa ia justru memberikannya pada (Y/n)?
***
Berterima kasihlah pada payung pemberian Shinichiro karena kini (Y/n) benar-benar basah kuyup.
Hujan yang ia kira sudah mereda mendadak kembali deras di tengah perjalanannya. Sementara, gadis itu belum tiba di halte bus terdekat. Alhasil, (Y/n) harus berlari secepat mungkin agar seragam yang ia kenakan tak terlalu basah karena tetesan air hujan. Namun, hasil akhirnya ia tetap basah kuyup. Bahkan, payung pemberian Shinichiro itu tak melindunginya sama sekali.
Jika seorang gadis penggemar novel fiksi atau fanfiction pasti sudah mencak-mencak karena kekasihnya tidak mengantar dirinya pulang. Namun, (Y/n) bukan dan tidak akan pernah masuk ke dalam kategori gadis seperti itu. Ia akui, dirinya sendiri merupakan seseorang yang realistis. Semuanya ia lakukan sesuai dengan logika dan tentunya secara rasional. Maka, tak diantar pulang dengan kekasihnya sendiri tak akan menjadi masalah besar baginya.
Justru, meminjamkan payung yang hanya berjumlah satu buah padanya menjadi permasalahan yang cukup besar. Jika Shinichiro hanya memiliki satu payung, maka seharusnya lelaki itu menggunakannya, bukan? Tidak akan ada untung baginya jika ia memberikan payung tersebut pada (Y/n). Namun, apa yang terjadi saat ini memang yang sebaliknya.
Ah, sejak tadi ia terus menyebut kata 'kekasih'. Well, kekasihnya itu adalah Sano Shinichiro. Playboy kelas kakap di sekolahnya. Sebenarnya ada alasan mengapa (Y/n) menerima permintaan Shinichiro untuk menjadi kekasihnya.
Alasannya yang paling utama ialah ia ingin membuat Shinichiro merasa jera. Akan sangat lucu dan memuaskan apabila seorang Sano Shinichiro terluka karena seorang gadis, bukan? Terlebih selama ini Shinichiro selalu melukai hati gadis lain. Anggap saja Shinichiro akan benar-benar merasa terluka karena hal itu. Maka, (Y/n) akan merasakan kepuasan secara lahir dan batin.
Jangan bingung mengapa (Y/n) tidak ingin membuat Shinichiro tobat dan kembali ke jalan yang benar. Hei, mengubah cara berpikir seseorang tidaklah semudah itu, Kawan. Justru bagaimana cara pandang mereka yang berbeda-beda terhadap suatu hal merupakan sesuatu yang menarik. Setidaknya bagi (Y/n) sendiri. Lagi pula, ingatlah jika gadis itu selalu bersikap realistis. Oleh karenanya, ia hanya akan melakukan hal yang memang mungkin akan berhasil.
Suara hair dryer yang menyala mengisi keheningan di kamar gadis itu. (Y/n) baru saja selesai mandi dan mencuci rambutnya yang sebelumnya bermandikan air hujan. Kini, tangannya bergerak meraih ponsel yang belum ia cek sejak tadi. Barangkali ada notifikasi yang penting dan harus cepat untuk dibalas.
Sebuah notifikasi dari aplikasi LINE menarik perhatiannya. (Y/n) pun mematikan hair dryer dan mulai fokus pada layar ponselnya. Pesan baru itu tentunya terletak di barisan paling atas. Lagi pula, LINE milik (Y/n) bisa dikatakan sangat sepi. Hanya diisi dengan grup kelas dan grup OSIS saja. Kedua grup itu pun jarang diisi dengan percakapan. Hanya sesekali ramai jika ada hal yang perlu dibicarakan.
Tak perlu heran mengapa (Y/n) tidak memiliki teman di sekolahnya. Teman-teman perempuannya sudah lebih dahulu merasa enggan untuk mendekati (Y/n). Pasalnya, sikap dingin dan perkataan (Y/n) yang selalu berterus terang serta blak-blakkan itu telah berubah menjadi dinding tebal di dalam hubungan pertemanannya. Padahal ia hanya bersikap jujur.
Kembali pada ponselnya. Kini (Y/n) tengah membuka ruang obrolan yang berada di barisan paling atas. Ia membacanya sekilas. Namun, ekspresi wajahnya tak berubah sama sekali. Setelahnya (Y/n) mematikan layar ponselnya dan lanjut mengeringkan rambutnya.
(Y/n), ini aku, Shinichiro. Maaf karena aku tak bisa mengantarmu pulang tadi sore. Sepertinya kau juga kehujanan, ya? Oh ya, payung yang kuberikan padamu itu tak perlu dikembalikan. Semoga kau mimpi indah malam ini.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
END ━━ # . 'Aphrodite ✧ Sano Shinichiro
Fanfiction[Greek Goddess Series #1 :: Sano Shinichiro] Kata orang, wajah lelaki itu terlihat seperti seorang playboy. Mantan kekasihnya sudah pasti lebih dari jumlah jari di kedua tangan. Mungkin juga melebihi jumlah jari di kedua kaki. Well, hal itu memang b...