Hanya keterkejutan yang tersirat pada air mukanya. Kata-kata yang diucapkan oleh gadis itu hanya terdengar seperti dengungan di telinga. Sungguh, rasanya Shinichiro ingin segera bangun dari mimpi buruk ini.
Ia tak tahu apa penyebab (Y/n) berkata demikian. Ia mengakhiri hubungan mereka yang bahkan baru saja terjalin selama kurang lebih satu minggu. Dalam waktu yang sesingkat itu, sudah ada banyak hal yang mereka lalui bersama. Apakah (Y/n) lupa bahwa ia pernah merasa bahagia ketika bersama dengan Shinichiro?
"Aku ingin seorang diri untuk saat ini. Daripada aku terus-menerus menyakiti perasaanmu karena tak pernah membalas pesanmu itu, lebih baik hubungan ini kita akhiri saja."
Apakah kau pikir dengan mengakhiri hubungan kita, aku akan menjadi lebih baik-baik saja?
"Maaf jika selama ini aku membuat kesalahan padamu dan juga merepotkanmu." (Y/n) membungkukkan tubuhnya. Di balik surainya yang menutupi wajah, ia setengah mati menahan air matanya.
Kau tidak pernah membuat kesalahan apapun padaku, (Y/n). Justru aku yang salah karena tidak tahu apa-apa tentang dirimu.
"Maaf dan selamat tinggal, Shinichiro-Senpai."
Tidak, jangan pergi.
Namun, untaian kata-kata itu hanya bisa diucapkan dalam benaknya. Karena nyatanya, Shinichiro tak mampu mencegah tangan (Y/n) untuk pergi sebagaimana yang pernah ia perbuat dahulu.
***
Ketiadaan seorang ayah dan Shinichiro di sisi (Y/n) memberikan perubahan yang cukup signifikan.
Terlalu banyak kenangan yang telah mereka buat hingga sulit untuk dilupakan. Kenangan-kenangan tersebut telah bercampur menjadi satu. Yang kini justru hanya menyisakan pedih di dalam relung hati.
Sebenarnya, apa yang selama ini (Y/n) rasakan? Ketika ia menghabiskan waktunya bersama dengan Shinichiro, apa yang ia rasakan? Apakah ia merasa sedih? Atau justru bahagia? Jika dipikirkan kembali, tidak ada perasaan bernama sedih kala (Y/n) menghabiskan waktunya dengan Shinichiro. Lelaki itu selalu bertindak baik dan menyenangkan hatinya. Bahkan, ketika (Y/n) telah mengabaikannya, Shinichiro tetap berusaha untuk selalu ada untuk gadis itu. Hanya saja, (Y/n)-lah yang terus-menerus menolak keberadaannya.
Namun, memang ada kemungkinan bahwa Shinichiro bersikap baik karena sifat playboy-nya itu. Di mata (Y/n), sifat tersebut tidak akan pernah hilang. Sebaik apapun itu Shinichiro, gadis itu tetap akan menganggapnya demikian. Entah dari mana ia mendapatkan informasi itu, tetapi ia sudah menghendakinya.
Lamunan (Y/n) buyar kala dirinya tiba di depan gerbang sekolahnya. Sejenak ia berdiri di sana. Menatap ke arah siswa-siswi yang berlalu-lalang. Mereka bak berada di dunia yang berbeda dengan (Y/n).
Rutinitas (Y/n) selalu sama setiap harinya. Pergi ke sekolah di pagi hari, sepulang sekolah ia langsung pergi ke cafe untuk bekerja part time, setelah selesai bekerja gadis itu mengerjakan tugas yang diberikan oleh sensei-nya, lalu tidur dengan rasa kelelahan yang luar biasa. Esok paginya, semua kegiatan itu kembali diulang.
Terkadang, ada pula rapat OSIS yang harus (Y/n) hadiri. Mengingat bahwa festival sekolah yang akan dilaksanakan sebentar lagi, maka Takashi menjadi lebih sering mengadakan rapat. Di saat itu juga, untuk pertama kalinya (Y/n) menyesali keputusannya bergabung menjadi pengurus inti OSIS.
Hari ini merupakan hari Jumat, sehingga tidak ada jadwal kerja bagi (Y/n) hari ini. Ia pun bisa langsung pulang ke rumahnya tanpa pusing dengan hal-hal tersebut. Tubuhnya sudah terlalu lelah. Ia hanya ingin cepat-cepat mandi dan tidur.
Niat untuk keluar dari area sekolahnya pun digagalkan kala sebuah tangan mencengkeram lengannya. Membuatnya kembali teringat dengan momen di mana Shinichiro pernah melakukan hal yang serupa. Gadis itu sontak menggelengkan kepalanya. Tidak ingin mengingat-ingat kenangan itu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
END ━━ # . 'Aphrodite ✧ Sano Shinichiro
Fanfiction[Greek Goddess Series #1 :: Sano Shinichiro] Kata orang, wajah lelaki itu terlihat seperti seorang playboy. Mantan kekasihnya sudah pasti lebih dari jumlah jari di kedua tangan. Mungkin juga melebihi jumlah jari di kedua kaki. Well, hal itu memang b...