two

32 26 13
                                    

"Lu denger ya, ntar disekolah lu harus bersikap seolah-olah lu ga kenal kita, orang-orang ga boleh tau kalau lu itu ada hubungan sama kita, ngerti ga lu! Awas aja kalau ada orang yang tau, mati lo!" ucap Ceysa salah satu kakak Fara.

"Ho'oh, awas aja! Kita ga sudi ada yang tau lo ada ada hubungan sama kita, apalagi ada yang tau kalau lo itu adek kita, iyyuh ga banget!" ucap Mayang kakak pertama Fara, sedangkan dua kakaknya yang lain hanya diam dan berekspresi seolah-olah mereka setuju dengan ucapan Mayang.

"Segitu bencinya kalian sama gw, sampai sekarang bahkan gw gatau kenapa kalian bisa benci banget sama gw, salah gw apa?" Rintih Fara sambil menahan sesak didadanya, hatinya begitu sakit mendengar ucapan kakaknya itu.

"Lah malah diem, lu bisa denger ga si!?" lanjut mayang sedikit menambah volume suaranya.

Fara yang dari tadi melamun pun tersentak kaget, lalu menjawab ucapan kakaknya itu.

"Iyya, kak. Denger," ucap Fara pelan.

"Yodah sono lo pergi!" Ucap Mayang mengusir Fara.

Sebelum Fara membalikkan badan, dia mendengar langkah kaki dari arah yang berlawanan dia menoleh dan melihat siapa orang itu, ternyata itu adalah papa dan mamanya. Papa dan mamanya pun melangkah menuju tempat dimana dia dan kakaknya berdiri tadi.

"Loh, anak mama kenapa belum sarapan? Nanti bisa telat lho, ayo kita sarapan," ucap mamanya dengan lembut, tentu saja kata itu hanya untuk kakaknya. Lihatlah sedari tadi mama Fara bahkan tak menoleh kepadanya. Fara yang ada disana pun tak dianggap ada.

"Iyya, ma. Ini baru aja mau sarapan," ucap Ceysa mewakili saudara-saudaranya yang lain.

"Yaudah, ayo." papanya yang tadi diam, sekarang ikut bersuara.

Mereka pun melangkah pergi menuju meja makan meninggalkan Fara sendiri. Fara yang sedari tadi berdiri menyaksikan pembicaraan orang tua dan anak itu sekarang juga melangkah pergi meninggalkan mereka.

"Lihat nek, mereka terlihat sangat bahagia. Bahkan tanpa kehadiran Fara. Mungkin kalau Fara udah ga ada pun mereka ga peduli. Haha, salah Fara apa nek? Sampai Fara gabisa ngerasain kasih sayang mama sama papa. Fara juga ingin, nek. Fara juga ingin kayak kakak-kakak yang selalu disayang sama mama papa, Fara juga ingin ikut sarapan sama mereka, becanda bersama, ngobrol layaknya keluarga, tapi kenapa? kenapa Fara gabisa ngerasain itu? Bahkan untuk menatap Fara pun mereka enggan," rintih Fara mencoba menahan air matanya yang nyaris keluar, hatinya begitu sakit mengingat betapa bencinya keluarganya kepadanya.

Fara terus melangkah menuju pintu depan lalu pergi ke suatu tempat dimana dia menyimpan sepeda dan motornya. Ya, Fara punya tempat tersendiri untuk menyimpan barang-barang pribadinya selain dikamarnya. Tempat itu diberikan nenek Fara kepadanya semasa neneknya masih hidup. Tempat itu tak berada jauh dari rumah mama dan papanya.

Tempat itu seperti rumah kecil sederhana namun terkesan mewah. Dulu sebelum pindah kerumah neneknya Fara sering menghabiskan waktu disana. Ya, Fara dulu tinggal dirumah neneknya, mengingat Fara yang selalu dibully kakaknya dan orang tua yang selalu mengabaikannya, neneknya memutuskan untuk membawa Fara kerumahnya. Tentu saja Fara sangat senang keluar dari rumah yang baginya seperti neraka itu. Tapi dibalik itu dia juga sering merindukan keluarganya, meskipun keluarganya sangan jahat kepadanya.

Tiga tahun Fara tinggal bersama neneknya. Sekarang Fara telah kembali kerumah orang tuanya itu, tentunya Fara sangat takut, mengingat kenangan-kenangan pahit semasa kecilnya dulu, membuat Fara ketakutan dirumah itu. Namun Fara mencoba melawan rasa takutnya itu. Fara telah berjanji kepada nenek, apapun yang terjadi dia akan selalu mencoba untuk kuat.

_

Setelah lima menit Fara berjalan menuju rumah pribadinya itu, kini Fara telah sampai disana. Tak ingin menghabiskan waktu lama, Fara langsung mengambil sepedanya dan bergegas pergi.

Can I Just Die?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang