♡ Bagian Satu ♡

400 25 0
                                    

Di pagi hari yang cerah, sinar matahari menyinari beberapa rumput dan pohon yang basah karena terkena air. Burung-burung berkicau saling menyahut membentuk balada sebuah lagu. Beberapa anak terlihat berlarian kesana dan kemari dengan bahagia serta riang gembira tidak memiliki beban.

Seorang pemuda melihat dengan miris sebuah boneka yang memiliki tubuh cacat, dimana ia tidak memiliki sebuah kepala. Kim Dokja baru saja menemukan tempat yang bagus untuk ia tinggali dimana itu memiliki jarak yang cukup dekat dengan Perusahaan ORV. Namun tempat tinggalnya kini memiliki aura negatif yang seakan mengatakan padanya bahwa nasib sial akan mengikuti.

Dokja tidak memiliki waktu untuk memilih-milih dengan bebas karena keterbatasan waktu, dimana besok dirinya harus mulai bekerja dan tentunya hari ini ia harus berberes-beres. Dokja menangkupkan tangannya dan berdoa kepada Yang Maha Kuasa tentang keselamatannya.

Membuka kenop pintu dan mendorong pintu ke dalam, Dokja dapat melihat sedikit dalam ruangan yang tersinar oleh cahaya matahari yang masuk. Dokja tersenyum senang, mengetahui ruangannya yang telah bersih saat ia datang, tentunya sudah pasti nenek pemilik apartemen membersihkannya sebelum ditempati oleh penghuni baru. Dokja mengangkat satu per satu kotak keperluannya ke dalam ruangannya, membuka lakban yang membungkus kotak kardus kemudian mengeluarkan barang-barangnya, ia harus melakukannya dengan cepat agar cepat selesai dan ia akan memiliki waktu untuk beristirahat sebelum bekerja kembali. Saat sedang mengkoreksi barang-barangnya, pintu apartemennya mengeluarkan bunyi bel yang ditekan.

Dokja bangkit dan berjalan menuju pintu hendak membukanya namun sebelum itu ia mengintip melalui door viewer siapakah sosok yang mendatanginya. Dokja tidak dapat melihat sosok manusia tersebut, namun dapat terlihat jelas seekor mamalia(?) berbulu berwarna merah dengan tanduk di dahinya.

"Bagaimana? Apa yang kau lihat?" ucap pemuda tersebut, Han Yoojin, pada hewan peliharaannya, Peace, kemudian kembali berseru di depan pintu Apartemen Dokja, "Kudengar kau baru pindah ke sini, aku akan membantumu beres-beres," ucapnya to the point. Dokja menghela nafas, membuka pintu dan bertemu manik hitam kecil Yoojin.

"Kau tetanggaku..? Selamat pagi, perkenalkan aku Kim Dokja," ucap Dokja mengulurkan tangannya dan disambut baik oleh lawan bicara, "Pagi juga, aku ada di apartemen nomor 3 dan kau ada di apartemen nomor 1 jaraknya juga cukup dekat, kita tetangga, dan oh namaku Han Yoojin, salam kenal semoga kita menjadi teman dekat," ucapnya dengan senyum yang tak kunjung hilang, melihatnya jujur membuat Dokja ikut tersenyum, "Mari masuk," Dokja mempersilahkan, Yoojin masuk dan melihat beberapa kardus yang tergeletak dibeberapa tempat. Yoojin berpikir bahwa mengunjungi tetangga yang baru pindah ini memang suatu ide yang baik, kondisi ini memang harus mendapat perhatian.

"Baiklah, pertama mari keluarkan semua barang-barangmu terlebih dahulu," Yoojin dan Dokja membuka semua lakban pada kardus dan mengeluarkan semua barang yang berada di dalamnya. Selesai dengan itu, keduanya menghela nafas terlebih dahulu. Dokja bangkit dan menyusun kardus-kardus menumpuk tinggi kemudian mengangkatnya dan menaruhnya di depan apartemen dan tentunya dibantu oleh Yoojin.

"Perlengkapan kamar mandi...diletakkan di...." Yoojin bergumam kecil lalu bangkit mencari-cari kamar mandi apartemen Dokja, Dokja hanya melihatnya hampir terpeleset saat memasuki kamar mandi namun Dokja menutup mata dan mulut untuk itu, Yoojin pun tidak menyadari bahwa ia sedang diperhatikan.

Bel apartemen kembali berbunyi. Dokja mengedipkan kelopak matanya berulang kali, Kali ini siapa?, bangkit dan membuka pintu, Dokja melihat pemuda bersurai merah sedang menggendong hewan peliharaannya(?) terlihat seperti seekor naga. Ah tunggu dulu, hewan merah yang dibawa oleh Yoojin kini sedang bersembunyi dibawah meja tamu dan hewan naga hitam bernama Raon Miru, yang kini dengan santainya berjalan masuk ke dalam apartemen. Keduanya saling bertemu dan tentunya masing-masing saling menggeram.

Random LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang