♡ Bagian Lima ♡

118 8 7
                                    

Matahari telah terbit. Burung berkicauan. Anak ayam telah bangun dan berjalan bersama induknya untuk mencari makanan di pagi hari.

Yu Ijin terbangun saat mendengar kicauan burung cukup ramai dari balkon kamarnya. Ia bangun dan segera membuka pintu balkon kamarnya, membuat burung-burung yang hinggap di pagar balkon terbang kalang kabut. Salah satu burung masuk ke dalam kamar Ijin dan hinggap di salah satu sudut meja belajarnya. Mengabaikan sang burung, Ijin segera masuk ke kamar mandi untuk mandi.

Selesai mandi, Ijin segera berbenah menggenakan seragam sekolahnya dan bersiap berangkat sekolah. Saat ia membuka pintu, ia segera disambut oleh nenek pemilik apartemen.

"Cu.. Apa nanti malam cucu dapat hadir diteras apartemen?" Ijin tersenyum, mengiyakan dengan menganggukkan kepalanya, "Terima kasih.." ucap sang nenek lalu berjalan tertatih-tatih untuk pergi, Ijin hendak membantunya namun sang nenek menolak. Ijin merasa tidak enak namun juga tidak dapat memaksakan kemauannya.

Ijin menuruni tangga, berjalan keluar dari apartemen. Baru beberapa langkah, dari arah berlawanan Ijin berjalan, sebuah bola datang terbang menuju dirinya. Dengan sigap Ijin menangkap bola tersebut dengan tangan kanannya, telapak tangannya terasa cukup panas saat menerima bola yang datang dengan kecepatan tinggi tersebut.

"Ah! Maaf!" Jihye datang mendekat, Ijin memberikan bola tersebut kepadanya. Jihye berbalik untuk berteriak pada Yerim.

"Yerim! Jangan memukul terlalu keras!" ujar Jihye kesal.

"Hah?! Kau yang melemparkan bolanya terlalu tinggi!" protes Yerim tidak terima dirinya disalahkan.

Jihye meletakkan bolanya ke atas tanah dan menendangnya sekuat tenaga dengan kaki kanannya, melambung tinggi diatas Yerim. Yerim berteriak kesal, mengejar bola dan menangkapnya, ia sampai terjatuh ke tanah karena kakinya yang sulit untuk menemukan pijakan yang sesuai saat menangkap bola.

"Argh! Kita bermain volly bukan sepak bola! Kau menyebalkan Jihye!"

"Kau juga sama menyebalkannya Yerim!"

Jihye dan Yerim diberi bola volly oleh Dokja sebagai hiburan mereka jika mereka sudah bosan bermain handphone. Jihye dan Yerim awalnya tidak setuju, mereka berpikir Dokja menganggap mereka seperti anak kecil. Walau pada akhirnya keduanya tetap bermain dengan semangat membara untuk saling mengoper bola.

Ijin termenung melihat kedua anak remaja tersebut saling bertengkar. Yerim dan Jihye memutar kepala mereka, melihat Ijin yang sedang menatap ke arah mereka. Tertangkap basah, Ijin segera melarikan diri.

"Ah!" Yerim dan Jihye buru-buru mengikuti Ijin, membuntutinya dari belakang walau sebenarnya Ijin tahu bahwa dua gadis tersebut mengikutinya. Namun merasa bahwa yang mengikutinya tidak berpotensi menimbulkan bahaya, ia tidak keberatan.

Ijin sampai disekolahnya, SMA Shinan.

"Ijin!" seorang gadis berambut hitam panjang dengan mata biru memanggil Ijin dengan lambaian tangannya, Ijin menghampiri dan mengucapkan salam juga kepada Shin Yuna gadis bermata biru tersebut juga saling bertukar kontak mata dengan pengawalnya Goh Sukjoo.

Mengabaikan pandangan orang-orang yang terpana akan keelokan mereka, ketiganya segera masuk ke sekolah mereka.

"Siapa dia? Kenapa kita mengikutinya?" Yerim mengerucutkan bibirnya. Mereka berdua bersembunyi dibalik pilar bangunan. Jihye melipat tangannya, "Dia tetangga baru kita. Dan juga, dia tetangga baru Ahjussi. Aku harus tau siapa dia dan apakah dia baik untuk Ahjussi, aku tidak mau dia menjadi masalah untuk Ahjussi!" Yerim ber-oh ria, ia mungkin juga sedikit ingin tahu tentang pemuda tersebut.

"Lalu apakah kita hanya memantau dari sini?" Yerim melirik Jihye, Jihye memiringkan kepalanya dan berkata, "Tentu saja, apa yang bisa kita lakukan?"

"Kita masuk menyusup kesana," Jihye menajamkan pendengarannya, "Hah?" Yerim mengira Jihye tidak dapat mendengar ucapannya sehingga ia mengulanginya dengan artikulasi yang benar, "Kita. Masuk. Menyusup. Kesana."

Random LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang