Mereka bertiga makan hingga kenyang, sekaligus bisa dianggap sarapan mereka. Mereka terlalu malas untuk beranjak dari kursi mereka, jadi mereka hanya terdiam di ruangan makan melihat orang yang berlalu lalang."Apa yang akan kita lakukan setelah ini?" Yuseong bertanya, Jesse hanya menatapnya dengan tatapan bingungnya.
"Malas, aku pulang,"
Yuseong ingin sekali menabok kepala merah itu, seenaknya membawa dirinya pergi menemani kini malah meninggalkannya.
"Tergelincir saja sana, dasar kepala merah,"
Baru saja, Yuseong berkata, mungkin alas sepatu dan lantai yang saling menggesek dengan licinnya membuat Cale kehilangan keseimbangan, sehingga ia hendak jatuh. Hendak, namun tidak jatuh hingga lantai, karena pemuda tinggi bersurai hitam telah menangkapnya terlebih dahulu, walau dengan memasang tampang 'ogah-ogahan' dia melirik pada Jesse.
"Ah, Cedric?"
Cedric segera melepas tangannya pada Cale dan berjalan ke arah Jesse dengan tampang dingin tanpa ekspresi. Itu sudah menjadi pemandangan yang biasa untuk Jesse, "Untuk apa kau kemari? Bagaimana keadaanmu? Bagaimana keadaan Christelle?"
"Christelle mengamuk, ia ingin bertemu denganmu. Urus gadis merepotkan itu, aku selalu mendapat amarah dari Ibuku karena dianggap selalu mengganggu gadis itu. Jelaskan juga pada Ibuku alasan mengapa Christelle terus mengamuk, aku sudah menjelaskan itu pada Ibuku, tp ia tidak mau mendengarkanku,"
".. Susah .. Kau tahu kan, aku juga sedang di masa penghukuman oleh keluargamu, keluargaku, dan keluarga Christelle. Karena menggagalkan pernikahanmu dengan Christelle, seharusnya kita tidak boleh saling bertemu, Cedric," Jesse menasehati, tatapannya lembut, senyum kecil tidak lepas dari wajahnya. Cedric tidak suka dengan wajah itu, karena selalu menggagalkan dirinya jika hendak memarahi lelaki yang jauh lebih pendek darinya itu.
"Siapa yang berani melarangku untuk bertemu denganmu?" Mata orange itu menyipit tajam, dahinya berkerut, wajah menakutkannya membuat Yuseong dan Jesse menjadi sedikit tidak nyaman.
'Dekatnya...' batin Cale dan Yuseong bersamaan.
Jesse yang terus terkekeh dan tersenyum berhadapan dengan Cedric yang menatap dirinya datar namun sangat terfokus hanya pada dirinya.
"Nanti sore aku akan menghadiri rapat dengan para rekan bisnisku. Kau ikut denganku, sekalian kita makan malam,"
'Huh? Pangeran Kekaisaran sialan! Makan malam bersamamu? Berdua? Bagaimana nasibku kedepannya?!' Walau begitu Jesse hanya mengangguk mengiyakan, apa yang bisa ia lakukan dengan lelaki keras kepala di depannya?
"Apa boleh ... Kita seharusnya tidak—"
"Sudah kubilang siapa yang berani melarang dan siapa yang kau takuti?!"
"Iya .. iya,"
Cedric melotot kesal, kemudian pergi dengan langkah kaki yang berbunyi keras. Jesse menghela nafas lelah.
"Semangatt .... " Cale berpikir, tidak mungkin Alberu akan mengajaknya juga kan? Mengingat kalau tidak salah, Alberu juga, saat malam akan mengunjungi rapat bisnis dengan koleganya. Apa Cale perlu bersembunyi?
.
"Bodoh,"
Dokja membolak balikkan halaman dokumennya, memberi tanda pada kertas pada bagian yang harus ia revisi. Di tempat duduk kerjanya, ia di datangi masalah. Masalah itu berdiri di depannya.
"Menyingkir, aku sedang merevisinya," Dokja berusaha mengambil kembali dokumen yang kini dipegang oleh Joonghyuk. Joonghyuk membacanya sekilas kemudian menatap Dokja.