♡ Bagian Enam ♡

46 2 0
                                    

"Menikah? Aku tidak mau!"

Gadis berkuncir satu tersebut sedikit berteriak kesal. Ia berjalan bolak-balik sembari memikirkan sesuatu sembari menggigit kukunya seperti seekor tikus.

"Ibu.. Aku tidak mau menikah apapun yang terjadi! Aku masih ingin kuliah ibu.. Sebelumnya aku sudah menolak bukan? Apa ibu masih keras kepala untuk menikahkanku?"

"Ibu hanya khawatir...."

Gadis tersebut menghela nafas, ia lelah dengan kekhawatiran ibunya yang terlalu berlebihan. Ia berulang kali telah menjelaskan kepada sang ibu untuk tidak perlu terlalu khawatir tentang hidupnya karena ia bisa menjaga dirinya dengan baik.

Gadis tersebut mengambil tas kecil lalu mencium kedua pipi ibunya, dirinya pamit untuk pergi keluar. Sang ibu pun hanya mengangguk pasrah.

.

Setelah pulang sekolah, Ijin dan teman-temannya pergi ke tempat favorit mereka yaitu Warnet. Mereka bermain cukup serius dan terlihat sangat menyenangkan.

"Oppa, ada telfon dari kakek, aku akan menjawabnya dulu ya!" Dayun pergi keluar dari warnet, mengangkat telefon dan mulai berbincang dengan sang kakek, "Iya, kami akan segera pulang, kakek tidak perlu cemas~ Baiklah, jaga dirimu kakek!"

Dayun memasukkan handphone ke dalam saku jas sekolahnya dan hendak kembali masuk ke dalam warnet, apabila tidak ada gangguan dari seseorang yang tidak dikenal.

Seorang lelaki tak dikenal menarik Dayun mundur, menutup mulutnya, dan menyeretnya pergi menjauh dari warnet.

"Uhm! Uhm! Uhm!"

Dayun terus ditarik mundur. Orang-orang tersebut terkekeh senang, mereka akan memanfaatkan Dayun untuk keperluan bejat mereka. Dayun tahu apa yang akan terjadi padanya jika ia tidak sesegera mungkin melakukan perlawanan.

Dayun menggigit tangan yang menyekapnya dan menendang alat kelamin lelaki tersebut hingga membuatnya terduduk kesakitan.

"Wanita sialan! Tangkap dia!"

Dayun berlari, jantungnya berpacu 2 kali lipat. Ia hanya berharap satu harapan, bahwa kakaknya akan datang untuk membantunya.

Dayun terus dikejar hingga di tengah jalan gang, orang-orang tersebut bersamaan mengejar Dayun tanpa henti.

Sinar lampu mobil menyinari tubuh mereka, tanpa klakson yang berbunyi, dengan kecepatan normal orang berkendara, sedikit berkelok untuk menabrak rombongan pria yang menghalangi jalannya.

Brak!

"....." Dayun berdiri di sisi yang aman. Mobil sedan mewah barusan, melewatinya dan berhenti tepat di depannya, sang pengemudi membuka kaca mobilnya. Menampakkan sosok pria yang tampan dengan senyum yang tampan juga.

"Gadis kecil, apa yang kau lakukan di tengah jalan seperti ini? Dimana orang tua mu? Segeralah pulang mengerti, keluargamu mungkin merindukanmu,"

"... Um.. Itu..."

"BAJINGAN TENGIK! KEPARAT SIALAN!" ternyata masih ada yang bertahan dengan bagian tubuh yang terkena luka tabrakan, ia menghampiri mobil yang telah menabraknya dan dengan keras menendang mobil sedan mewah tersebut. Namun mobil sedan bahkan sama sekali tidak memiliki goresan sedikit pun, justru kakinya yang harus mendapat luka tambahan.

"BAGAIMANA KAU AKAN BERTANGGUNG JAWAB HAH SIALAN!" ia berteriak layaknya seorang rentenir yang akan menagih hutang.

Tatapan manik emas tersebut menjadi dingin, tangan kanannya memegang kartu nama, "Kalau kau ingin menggonggong, silahkan pergi ke tempat penahanan hewan. Tapi jika kau ingin meminta pertanggung jawaban, silahkan pergi ke tempat yang sudah tertera di kartu nama ini," lelaki tersebut melempar kartu tersebut tepat di depan wajah pria tersebut.

Random LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang