Ada seseorang yang sedang merebus mie instan. Itu sudah mendidih. Dan seduhan kopi juga sudah selesai hanya kurang untuk dituang. Namun yang memerlukan mereka kini sedang berfokus pada dokumen dan layar laptop.
Handphone Dokja berdering, setelah melihat nickname yang tertera yaitu 'Bajingan Sunfish' dirinya menjadi sedikit tidak mood untuk menjawabnya. Mencoba sekali untuk tidak mengangkatnya maka bajingan tersebut tidak akan lelah untuk menelfon sampai Dokja mengangkat dan berbicara padanya.
"Apa?" ucap Dokja, dirinya tersenyum paksa walau tahu Joonghyuk tidak akan dapat melihat ekspresi geramnya sekarang.
/"Ada apa dengan nadamu itu?! Jangan memancing emosi dipagi hari! Apa kau sudah berangkat? Jangan sampai terlambat!"/
"Aku bukan tipe yang akan berkeringat di pagi hari, aku masih tahu waktu dan menghargai waktu sebisa mungkin,"
/"Kau...apa kau memakan makanan basi?!"/
"Hah? Apa yang kau bicarakan? Kenapa tiba-tiba?"
/"Jawab saja sialan!"/
Dokja terdiam sebentar, sedikit mengernyitkan alisnya, menjawab dengan jujur, "Aku tidak makan makanan basi, aku masi punya selera makan yang baik. Mie dan kopi juga termasuk seleraku," Dokja mengedipkan matanya sekali dan menoleh ke arah dapur, badannya masih duduk tenang dikursi.
/"Kau makan mie dan minum kopi sekarang ini?"/ terdengar geraman tertahan dari seberang.
"....." ketahuan.
/"KIM DOKJA!! APA KAU TIDAK MEMILIKI CUKUP UANG UNTUK MEMBELI MAKANAN YANG LEBIH TERJAMIN?! APA KAU TIDAK MEMILIKI TETANGGA YANG BERGUNA YANG BISA MEMASAKKAN MAKANAN BERGIZI UNTUKMU?!"/
Bajingan tengik ini!, Dokja tidak tahan dan memberikan perkataan terakhirnya untuk menutup pembicaraan.
"Kau terus marah dan marah, apa kau tidak memiliki emosi lainnya? Dan siapa kau berhak mengomentari apa yang kuputuskan? Dan jangan asal menyangkut pautkan dengan orang lain, apalagi tetangga-tetanggaku yang jauh lebih baik darimu."
Dokja membuang handphonenya sembarang tempat. Karena membahas tentang sarapan, ia baru ingat bahwa dirinya merebus mie, bangkit terburu-buru bahkan tersandung oleh kakinya sendiri saat berdiri dari meja kerja. Dokja melakukan hal yang sama dengan Cale sebelumnya, air rebusan sudah habis karena menguap. Mie miliknya aman walau sedikit mengembang. Ia pun sarapan dengan cepat. Keluar dari apartemen ia bertemu langsung dengan pemuda yang membantu mereka semalam.
Namanya Sung Jinwoo. Dia penghuni Apartemen nomor 7. Kini dia sedang berbicara dengan Yoojin. Dokja celingukan untuk mencari keberadaan Cale dan seketika Cale muncul disampingnya membuat Dokja sedikit kaget. Sebelum Dokja berkata, Cale sudah menjawab, "Maafkan aku," Dokja mengiyakan walau sedikit menggelengkan kepala.
"Selamat pagi Dokja," sapa Jinwoo, Dokja mengangguk dan membalas sapanya, mereka saling bertukar sapa.
"Masih ada hoaam—uphhh!" Jinwoo menutup mulut Yoojin dengan tangannya kemudian berkata, "Waspada dengan mulutmu. Untung aku sedikit teliti, lalatnya tidak jadi masuk ke mulutmu," Yoojin menarik paksa tangan Jinwoo. Menutupinya dengan punggung tangannya dan berkata sedikit keras, "T-tidak masuk ke mulutku tapi dia masuk ke alam akhirat, astaga!"
"Ahaha," tawa datar Jinwoo, ia mengacak-acak rambut Yoojin dan berbicara dengan Cale, "Cale, barusan Choi Han menelfonku dan memintaku untuk memberitahumu bahwa kau harus segera menemui Alberu. Handphone mu tidak aktif," Jinwoo mengangkat handphonenya dan mengguncangkan. Cale kaget, ia masuk ke apartemennya terburu-buru.
Yoojin berkata, "Handphonenya pasti hilang di apartemennya,"
Dokja membalas, "Itu apartemennya sendiri, tidak mungkin hilang, dia hanya lupa,"