19

202 20 0
                                    




Malam hari, tepat pukul delapan lewat lima belas menit. Aku berjalan seorang diri melewati lorong-lorong menuju perpustakaan, tidak terlalu sunyi, aku masih bertemu dengan beberapa orang dijalan, sekedar saling sapa. tanganku baru mencapai pintu perpustakaan namun terhenti ketika mendengar sebuah suara

"Miss Grindelwald. . ." Aku menoleh, ternyata itu profesor Snape, wah ada apa ini?

"Yes profesor?"

"Ibumu menitipkan surat untukmu. . " Profesor Snape menyodorkan sepucuk surat putih, dengan benar merah yang mengikatnya "oh thank you profesor" profesor Snape mengangguk kemudian berjalan melewatiku begitu saja setelah mengangguk kecil padaku

Aku bertanya-tanya darimana dia mendapatkan surat ini? Tidak mungkin kan ibu mengirimkannya pada profesor Snape, kenapa dia tidak mengirimkannya langsung padaku? kusimpan surat pemberian ibu disaku, membuka pintu perpustakaan dan melangkah masuk, ternyata lumayan sepi hanya ada beberapa orang yang masih sibuk dengan tumpukan buku-buku dimeja mereka. Aku melangkah masuk lebih dalam, mencari sosok yang ingin bertemu denganku disini malam ini. Tak jauh dari tempatku berdiri, aku melihat punggung seseorang yang duduk membelakangi ku, rambutnya pirang platinum, matanya fokus membaca buku ditangannya sesekali membalik halaman buku tersebut, aku melangkah mendekat, dan duduk langsung dihadapannya

"Kau terlambat 15 menit" Draco berbicara tanpa mengalihkan pandangannya pada buku, aku menggaruk tengukku padahal hanya terlambat 15 menit saja orang didepanku ini masih protes

"hanya 15 menit saja Draco. . ."

"Tetap saja kau terlambat dari waktu yang kutentukan"

"Baiklah-baiklah maafkan aku, sekarang katakan apa salahku padamu?" Draco menutup bukunya, menaruhnya dimeja kemudian duduk tegap menatapku, menatap dengan tatapan tajam yang menusuk mataku

"Serius? Kau tak tahu dimana letak kesalahanmu Betty?" Kupejamkan mataku sejenak, menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskaannya perlahan, telingaku terasa gatal mendengar nama itu. Aku menggeleng, duduk tegap dan balik menatapnya

Draco bangkit dari duduknya, berjalan memutari meja hingga berhenti tepat disamping kursi yang kududuki. Draco menunduk, memutar kursiku dengan kuat hingga kursiku kini berhadapan dengannya, Draco mengukung tubuhku dengan memojokkan kursiku kedinding dan kedua tangannya tepat berada masing-masing disamping tubuhku, penerangan diperpustakaan sangat minim, hanya ada pantulan sinar rembulan yang masuk melewati jendela. Posisi kami berada jauh didalam perpustakaan hingga hanya ada 1 2 atau lebih orang yang ada di bagian terdalam perpustakaan, cahaya rembulan tepat menyinari wajah Draco, kulitnya putih pucat, warna matanya abu-abu dengan cincin biru didalamnya, mata itu tidak henti-hentinya menatap mataku

"D-Draco. ."

"Yes?"

"Menjauhlah, kau membuatku. . membuatku . . umm"

"membuatmu gugup? begitu?" Aku memalingkan wajahku, tak bisa rasanya bertatapan dengannya terlalu lama rasanya sangat mengerikan ditatap terlalu lama. Draco menyunggingkan seringaiannya, meraih daguku untuk kembali beradu tatap, matanya kini menatapku dengan lebih lembut, Draco menegakkan kembali tubuhnya, mengusap kepalaku dan kembali kekursinya. Draco duduk menghadap jendela, menatap kearah luar dimana dia disinari oleh cahaya rembulan. Jika ada kata yang bisa mengartikan sangat atau lebih indah maka kata itulah yang akan kugunakan untuk mendeskripsikan dirinya saat ini

Draco yang duduk menghadap jendela disinari oleh cahaya rembulan, terlihat sangat bercahaya ditambah dengan kulit putih pucatnya, draco terlihat seperti sebuah mahakarya yang sangat indah "aku tidak akan memberitahu apa kesalahanmu sekarang"

Aku tersadar dari lamunanku, menatapnya bingung "apa maksudmu kau tidak akan memberitahu apa kesalahanku? Lalu aku harus minta maaf walau aku tidak tahu dengan pasti apa kesalahanku begitu?!"

"Betty . . kau sangat cerewet, aku bukan bilang tidak akan memberitahu apa kesalahanmu aku hanya bilang aku tidak akan memberitahu apa kesalahanmu sekarang karena belum waktunya kau untuk tahu. Intinya kau telah mencuri sesuatu, sesuatu yang bahkan ibuku sendiri sulit untuk mengambilnya dariku, dan kau dengan mudahnya mencuri sesuatu itu dariku" Draco menopang dagunya menatap kearahku. Aku berpikir keras memahami maksud perkataannya, menggaruk tengukku yang tidak gatal karena bingung dengan maksudnya

"Haaah otakmu sangat lamban"

"Tapi hei!" Draco menoleh padaku, mengangkat sebelah alisnya

"Kenapa kau bilang pada Oliver bahwa aku diganggu hewan buas dihutan kemarin hah?!"

"Tentu saja menjaga reputasiku, kau pikir aku mau memberitahunya bahwa kemarin aku membuatmu gugup dengan memojokkan dirimu kepohon sampai kau tidak bisa berkata apa-apa? Kau pikir apa yang akan dikatakannya atau mungkin apa yang akan dilakukannya padaku saat itu juga" Aku terdiam, iya juga, tidak mungkin Draco mengatakan itu karena secara harfiah reputasinya itu nomor 1

"tapi Betty. . . . " aku mendongak, menatapnya yang juga sedang menatapku, menaikan kedua alisku sebagai kode bertanya 'apa?'

"Bisakah aku berteman denganmu?"

"Eh??"

.
.
.
.
.

Draco mengantarku sampai didepan pintu asrama perempuan, aku berbalik mencoba untuk berbicara tetapi bibirku sangat sulit untuk mengeluarkan kata-kata

"Kulihat kau masih memakai kalung pemberianku" aku mengangguk, tidak tahu harus berkata apa "terlihat cocok dan indah untukmu,baiklah selamat malam"

"s-selamat malam untukmu juga Draco" Draco mengangguk kemudian  berbalik, berjalan menuju asrama laki-laki atau mungkin kamar pribadinya? entahlah. aku masuk kekamarku, merebahkan diri dikasur, menatap langit-langit kamar, membayangkan kembali kejadian diperpustakaan tadi

"Bisakah aku berteman denganmu?"

"Eh?"

"Kau mendengarnya Betty, aku tidak akan mengulangi perkataanku" Draco menatapku, tatapannya melembut tetapi ditutupi raut wajahnya yang dingin. Aku bingung, bingung dengan apa yang terjadi, seorang Draco Malfoy mau berteman denganku? dengan cucu dari seorang penyihir jahat yang pernah menaklukan dunia, apa dia sakit? mungkin iya. Bahkan di Hogwarts yang mau menjadi temanku hanya beberapa orang yang bahkan bisa dihitung dengan jari

"K-kenapa kau mau berteman denganku? maksudku apa kau tidak memperdulikan reputasimu? apa yang akan siswa lain katakan jika mereka tahu seorang Draco Malfoy mau berteman dengan cucu penyihir jahat yang pernah menaklukan dunia?"

Draco menghela nafas "Betty, aku ingin berteman denganmu karena. . . karena. . ." Draco menatapku, dia tidak melanjutkan perkataannya, hanya diam kemudian membuang muka lalu didetik berikutnya dia menyunggingkan seringaiannya yang menjengkelkan itu "tidakkah kau sadar bukankah itu hal yang luar biasa Betty? Kau tahu sangat jarang seorang Draco Malfoy meminta berteman dengan orang lain, terlebih orangnya itu adalah kau?" Draco menatapku angkuh dengan kedua kakinya yang dinaikkan keatas meja, dasar tidak tahu tata krama

Aku mengangguk, namun masih bimbang antara percaya bahwa Draco tulus ingin berteman denganku atau mungkin dia sedang mendapat tantangan untuk mengajakku berteman kemudian mempermalukan ku didepan teman-temannya lalu meninggalkanku begitu saja. "Jika kau berpikir aku ditantang oleh teman-temanku untuk berteman denganmu maka kau salah besar, karena aku tulus ingin berteman denganmu"

Aku mendongak menatapnya, Draco memandang buku-buku dirak dibelakangku, apa dia bisa membaca pikiran?. Aku terdiam lama sekitar 10 menit

"Jika kau tidak mau tidak apa-apa" Draco bangkit dari duduknya hendak berjalan pergi sebelum kucegat dirinya dengan menggenggam pergelangan tangannya. Draco menoleh, memandangku kemudian memandang pergelangan tangannya yang ku genggam

"k-kau boleh menjadi temanku. . ." Draco tersenyum, senyuman hangat yang belum pernah kulihat dia tunjukkan kepada orang lain kini dia tunjukkan padaku, entah dia sadar sudah menunjukkannya atau tidak tapi yang pasti aku suka senyuman itu

Aku tersenyum mengingatnya, lebih tepatnya mengingat senyumannya yang sangat hangat sampai membuat perutku serasa diterbangi kupu-kupu hingga membuatku mual tadi






.
.
.
.

TBC 🍏

Love ? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang