PRAGMA 7

2.5K 308 80
                                    

Sorry for typo(s)

Selamat membaca ❤










"Apa masih bisa berjalan?"

"Huh?"

Entah karena tragedi yang baru saja menimpanya barusan dan terselesaikan hanya karena salah paham. Pendengaran dan juga respon otak Chanyeol sepertinya agak melambat.

Di sisi lain, Baekhyun menghela napas iba. Ia melirik sang ibu yang sibuk di belakang meja kasir tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Ternyata yang dituduhkan ibunya salah total. Irene memang sedikit sulit mengingat wajah orang yang tak terlalu dikenalnya. Dan Irene juga tak berniat untuk meminta maaf. Wanita paruh baya yang masih terlihat muda itu hanya melirik Chanyeol, kemudian masuk tanpa kata.

"Aku bahkan merasa bingung, dapat dari mana tingkah ibuku?" Tanya Baekhyun dengan gumaman frustasi. "Bisa-bisanya ayah mencintai wanita gila itu," sambungnya dengan helaan napas panjang.

"Hei," panggil Chanyeol yang sejak tadi di abaikan oleh Baekhyun.

"Ah!"

Baekhyun tersentak. Fokusnya teralih sementara waktu untuk ibunya. Padahal tadi ia yang bertanya lebih dulu.

"Ah, maaf," katanya dengan menyesal. "Kaki dan anggota tubuhmu yang lain apa ada yang terluka parah? Kau masih bisa berjalan kan? Atau mau ku panggilkan taksi?"

Chanyeol menggeleng dengan tarikan ujung bibirnya sedikit. Senyum canggung seraya menahan ringisan di ujung lidah.

"Ah, pukulan ibumu hanya main-main tadi. Tidak begitu sakit. Aku bahkan bisa mendapatkan yang lebih sakit saat bertanding tinju," kata Chanyeol dengan pembawaan tenangnya.

Kening Baekhyun berkerut. Ia tidak percaya. Karena dengan mata kepalanya sendiri, Baekhyun melihat bahwa pukulan ibunya tidak main-main.

Begitu bertenaga dan membara.

Kepala Baekhyun menggeleng lemah. Ini yang ia takutkan jika membawa seseorang ke rumah. Entah dia yang dipermalukan dan sang ibu membuka aibnya. Atau orang itu yang menjadi bulan-bulanan Irene.

"Baiklah, aku percaya. Tapi jika memang timbul memar dan luka yang cukup parah kau bisa hubungi aku. Ibuku akan senang hati membayar ganti rugi," kata Baekhyun dengan senyum lima jari yang nampak kaku.

Lirikan matanya menangkap siluet Irene yang seperti melotot dan mengawasinya dari belakang meja kasir.

"Ah, aku yang akan membayar ganti rugi," koreksi Baekhyun dengan senyum hambarnya.

Uang pemberian dari keluargaku saja selalu ia ambil, sebagi dalih meminjam. Giliran dipinta selalu saja melontarkan ucapan andalannya.

'Kau tahu berapa uang yang kuhabiskan untukmu?! Kau bahkan tidak bisa mengembalikannya jika dihitung sejak kau lahir. Jadi jangan perhitungan dengan orang tuamu! Apa salahnya untuk meringankan beban orang tuamu, huh?! Berhenti menjadi pelit!'

Yaahh, seperti itulah.

Sejak saat itu Baekhyun pasti akan menyuruh kakek nenek beserta paman dan bibinya untuk tidak memberikan uang secara terang-terangan di depan Irene.

Jurus ibu-ibu itu kadang susah masuk di akal. Tapi kadang ada benarnya juga.

Chanyeol berdengus geli. Ia bisa melihat pancaran ketakutan dari mata Baekhyun. Bahkan saat laki-laki cantik itu menatapnya. Sorot ketakutan itu hampir tak ada, di saat semua murid takut padanya.

Kemudian, pemuda dominan itu mengambil sesuatu dari sakunya dan menyodorkannya pada Baekhyun.

"Apa?" Tanya Baekhyun sambil menatp benda kotak yang ternyata adalah ponsel keluaran terbaru dua hari lalu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 14, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PRAGMA [CHANBAEK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang