Diantara semua kenekatan yang sudah SinB lakukan, yang satu ini adalah yang paling luar biasa nekat.
Sudah hampir satu bulan ini ia mencari kost murah dekat kampusnnya nanti di Seoul tapi nihil. Ludes tak tersisa. Sepertinya benar, tahun ini mahasiswa yang diterima membludak.
SinB tidak mungkin pulang pergi sejauh 100 km lebih setiap harinya Seoul-Cheongju, mengingat biaya transportasi yang tidak sedikit tentu lebih baik jika ia menyewa akomodasinya di Seoul.
Sulit sekali mendapatkan tempat yang tepat dalam hal ini sesuai budget sampai akhirnya Moonbin teman rantau sekaligus tetangga SinB memberikannya iklan pencarian roommate yang terjangkau untuk SinB.
'Dibutuhkan satu teman serumah (apartement), lokasi dekat Universitas Seoul, diutamakan yang bisa bersih-bersih, menawarkan 40 persen pembayaran saja, khusus LAKI-LAKI'
"Tapi kan gue bukan laki-laki!" Protes SinB langsung menelepon Moonbin yang mengiriminya iklan itu.
"Tapi Lo SinB! Tanpa berusaha sekali pun lo udah Laki. Lo lupa pas SMA pernah mengelabui panitia lomba cerdas cermat buat gantiin Doyoung yang sakit?"
"Ya ampun, lo nyuruh gue nyamar jadi cowok lagi sekarang? Masalahnya ini nggak satu jam atau dua jam Moonbin. Bakal lama dan beresiko. Gila aja! Mau bagaimana juga gue ini perempuan, gimana kalau cowok itu ternyata psyco? Kalau gue dibunuh gimana?" Maki SinB dengan segala pikiran randomnya.
"Tenang aja, pemilik apart ini orang baik gue jamin. Dia calon Dokter yang udah mulai Koas, bakal jarang di rumah, gue udah kroscek sebelum kasih ke lo iklan ini, lokasinya juga bagus lo bisa tinggal jalan ke kampus. Kayaknya dia cuma butuh orang buat rawat rumah gitu sih" panjang lebar Moonbin membuat SinB akhirnya benar-benar nekat.
Ia langsung menghubungi kontak Jeon Jungkook sang pemilik apartemen dan langsung deal malam itu juga.
Syaratnya hanya membantu merawat rumah tapi SinB bahkan berhasil nego harga 400 ribu won saja per bulan, lebih murah jauh dibanding SinB menyewa one room atau kosan. Ini akan sangat membantu SinB yang hidup pas-pasan.
Jungkook pun meminta SinB untuk langsung bertemu tanda tangan kontrak di restoran apartemennya esok hari karena kebetulan Jungkook ada di rumah hari itu. Selanjutnya tidak bisa dia prediksi kapan ada di rumah.
Dengan berpakaian seperti pria, memakai wig rambut pendek, kacamata, serta menggunakan identitas Sin-Young kakaknya, SinB pun mengunjungi Jungkook di Gwanak The Hills. Mereka bertemu di restoran apartemen di lantai 2.
"Sinyoung-ssi?" Tanya Jungkook begitu mendapati SinB sudah duduk di meja yang sudah mereka reservasi.
SinB yang sangat gugup bangkit dan memberi bungkukan 90 derajat pada pria dengan kulit bersih dihadapannya itu.
"Ah ne, Jungkook-ssi?" Balas SinB dengan suara yang diberat-beratkan agar lebih meyakinkan sebagai pria.
"Benar." Jungkook pun ikut duduk.
"Saya orang yang sangat menjaga privasi, jadi nanti cukup urus urusan kita masing-masing, tidak perlu saling menyapa karena tidak enak atau apapun, anggap saja kita berdua asing seperti seharusnya. Dan yang paling penting, kamu bertanggung jawab atas kebersihan rumah. Tidak ada perawatan khusus, cukup rawat rumah saya seperti pada umumnya. Kamu bisa langsung saya via teks tentang apa pun berkaitan dengan rumah. Kamu tidak perlu merawat serutin itu juga, seperlunya saja yang penting rumah saya tidak kotor. Soalnya seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya, saya mungkin akan jarang di rumah."
SinB mengangguk sebentar mencoba memahami konsep tinggal satu atap yang Jungkook jelaskan dengan rinci.
"Gimana sama pemakaian listrik, air, dan kawan-kawan?" Tanyanya kemudian
"Pakai sesuka hati kamu aja. Saya tidak masalah dengan itu. Satu lagi, kalau kamu ingin berisik lakukan di kamarmu atau saat saya sedang di kamar, kedua ruangan itu di desain kedap suara." Jelas Jungkook membuat SinB sekali lagi mengangguk-angguk.
Ia merasa tidak enak sendiri dengan syarat tinggalnya yang terlalu mudah, apalagi mengingat dirinya berbohong. Jujur saja, Jungkook seperti malaikat penyelamatnya saat ini.
Awalnya biasa saja bagi Jungkook, diskusinya dengan SinB berjalan lancar, bahkan kontrak sudah ditandatangani, sampai pada saat mulai makan bersama, ia mulai merasa ragu bahwa orang dihadapannya ini adalah benar seorang pria.
Hanya wanita yang makan dengan ekspresi memuja yang seperti itu.
SinB tentu saja menyadari Jungkook yang memperhatikannya terlalu intens, ia yakin Jungkook mulai merasa curiga. Maka dari itu, ia segera melancarkan aksi berikutnya.
Ia mengirim teks pada Eunseo, sebelumnya ia sudah memberikan arahan agar Eunseo menelepon video dirinya untuk berpura-pura jadi kekasihnya saat situasinya mulai mencurigakan.
Suara ponselnya pun berdering, SinB sengaja menaruh ponselnya diatas meja sehingga Jungkook bisa melihat nama penelepon video SinB, Eunseo yang ditambahkan emotikon hati diujungnya.
"Ah, maaf yeojachingu saya menelepon." Izin SinB segera menerima panggilan Eunseo
"Chagiya..." sapanya sambil menjauh dari Jungkook, tapi tetap dengan sengaja SinB membuat Eunseo kelihatan di layar untuk Jungkook.
Kecurigaan Jungkook jadi memudar kembali.
"Satu lagi, jika ingin mengundang tamu, harus berdasarkan izin saya." Tutup Jungkook begitu SinB kembali dari agenda panggilan video-nya dengan 'kekasih'-nya
Pertemuan mereka hari itu pun berakhir setelah SinB survei ke dalam apartemen, sementara ia baru akan mulai tinggal keesokan harinya.
Selanjutnya, SinB mendatangi toserba Exit Mart yang tidak jauh dari daerah apartemen, disana dirinya sudah diterima untuk kerja paruh waktu. Hari itu ia hanya melakukan survei lokasi sejak tidak lama lagi ia juga mulai bekerja.
Karena harus bekerja makanya SinB memilih menyamar di depan Jungkook dengan wig, padahal lebih mudah jika memotong rambut. Hal ini dipicu kebanyakan pekerjaan mengharuskan berpenampilan menarik, SinB tidak yakin dirinya akan bagus dengan rambut pendek seperti pria.
Tidak hanya bekerja paruh waktu saat weekdays, SinB juga bahkan sudah melamar pekerjaan sebagai waitress selama weekend di restoran cepat saji di daerah Gangnam, tinggal menunggu panggilan wawancara kerja saja. Ia benar-benar bertekad kuat membantu ayahnya yang hanya seorang supir truk barang untuk membiayai hidupnya selama kuliah. Beruntung, seluruh biaya kuliahnya di jurusan desain grafis sudah tertutupi oleh beasiswa penuh. Jadi, SinB hanya perlu memikirkan biaya hidup di Seoul yang tidak rendah itu. Ia juga tidak bisa mengabaikan tentang kakaknya, Sinyoung yang masih menjalani terapi karena kanker otak yang ia derita. Itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Oleh karena itu, SinB sangat bersyukur bisa tinggal di apartemen yang lebih dari sekadar layak dengan harga terjangkau. Seolah Dewi Fortuna sedang di pihaknya saat ini. Walaupun beresiko, ia akan berusaha menutupi identitasnya sebagai seorang wanita dari Jungkook.
Akankah semulus perkiraannya?
***Bersambung***