Brother

147 34 4
                                    

Tak ada cahaya sedikitpun, gelap gulita. Bocah laki-laki itu ketakutan sepanjang waktu, namun ketika seberkas cahaya masuk, harapannya yang sempat sirna itu kembali muncul, ia kembali berteriak meminta tolong.

"Eoh Ada orang?" Terdengar suara gadis kecil di luar sana

"Ne buka buka!" Balas si bocah laki-laki sambil terisak karena akhirnya seseorang mendengarnya. Kemudian cahaya yang semula hanya setitik itu kini menyinari wajahnya, menyilaukannya. Dalam kesilauan itu ia melihat si gadis kecil.

"Jungkook, lo mimpi buruk lagi?" Tanya Sana berusaha membangunkan Jungkook yang sejak tadi meracau dalam tidur singkatnya.

Hari-hari di rumah sakit sebagai dokter koas tidak pernah mudah, tidur pun sulit sehingga dimana pun terdapat tempat membenamkan kepala, maka Jungkook akan ketiduran.

"Aduh, udah jam berapa?" Tanya Jungkook setelah terbangun

"Presentasi udah mau dimulai. Yuk!" Ujar Sana mengajak Jungkook ke ruang rapat dokter Ginekologi dan Obstetri untuk mengikuti presentasi dokter residen, Jung Yerin.

Disana juga ada beberapa dokter residen lainnya, tapi Jungkook tidak melihat Daniel.

"Dokter Daniel kemana?" Tanya Jungkook pada Sojeong pelan

"Akhirnya dia kencan juga." Jawab Sojeong sambil senyum meledek

"Jinjja? Yeoja itu akan beruntung kalau benar jadian sama Dokter Kang sih" Sana menimpali.

"Gadis yang dia temui adalah waitress di restoran waktu itu. Ternyata dia memang sangat cantik, pantas aja dulu Daniel selalu bercerita tentang dia."

"Wah beruntung sekali si waitress."

Waitress? Jungkook tahu yang Sojeong maksud adalah Hwang SinB, gadis yang menyamar jadi pria untuk tinggal di apartemen-nya itu.

Ingin marah tapi bukan siapa-siapa sehingga Jungkook tidak bisa melakukan apapun. Baginya, ini juga perasaan yang baru.

***

Kegiatan perkuliahan SinB semakin padat, tugas-tugas yang rumit juga mulai menumpuk, tapi ia masih tetap bekerja. Lelah mulai dirasakannya, meskipun pada awalnya ia begitu bersemangat tentang kuliah sambil bekerja.

Lantas mengetahui Daniel mengajaknya berkeliling Seoul sebelum jadwal part time di swalayan membuat SinB kembali bersemangat hari ini.

"Jangan bilang ini pertama kalinya kamu ke sungai Han?" Tanya Daniel melihat SinB dengan pandangan berbinar pada hamparan sungai dihadapannya.

"Benar sih. Selama ini aku cuma lewat oppa." Jawab SinB sembari merapatkan diri pada dermaga sungai.

"Setiap kali lelah dengan rumah sakit, oppa akan kesini, seolah bisa membuang semua kekhawatiran ke dasar sungai ini." Curhat Daniel membuat SinB memandang pria itu iba.

"Apa oppa juga punya banyak kekhawatiran?" Tanya SinB polos dan hanya diberikan ulasan senyum penuh makna oleh Daniel. Yang lebih membuat SinB kebingungan adalah saat pria yang menjadi cinta pertamanya itu mengusap rambut SinB dengan tatapan gemas.

"Ayo kita ikut antri naik perahu!" Seru Daniel membuyarkan SinB dari pikiran-pikirannya.

Bahkan di siang hari Sungai Han ramai akan pengunjung. Kedua muda-mudi itu ikut menyewa perahu bersama beberapa orang menyusuri Sungai Han, lalu bermain di Taman Jeoldusan, dan berakhir melihat kota di puncak menara Namsan atau lebih akrab dengan nama Namsan Tower.

Ketiga ikon kota Seoul itu akhirnya bisa dinikmati SinB atas bantuan Daniel.

"Terima kasih banyak oppa, hari ini aku senang banget sih." Ujar SinB setelah diturunkan Daniel di depan Swalayan Exit Mart untuk mulai bekerja paruh waktu lagi.

Our SunriseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang