Masih di hari yang sama, keterkejutan ku tidak berhenti sampai di sana saja. Aku masih harus direpotkan soal Bambam yang menghilang tiba-tiba dari kelas terakhir. Atas laporan dari Dokyeom, aku melesat ke tempat di mana ia melihat Bambam terakhir kali dengan segerombolan siswa dari kelas lain.
"Si Jari Piano itu!"
Yang tadi berteriak bukan aku. Entah dari mana Yugyeom mengejar ku dan mendahuluiku. Bahkan berterima-kasihlah aku padanya. Saat aku sampai di sebuah gudang tidak terpakai dekat toilet yang hampir hancur, Bambam sudah terselamatkan dari amukan tiga pemuda kekar di depannya.
Saat aku datang mereka menurunkan kepalan tangannya dan berlaku seperti seorang anak anjing yang baik. Tapi terlambat, aku sudah menyaksikan sedikit dari apa yang terjadi di sana. Orang-orang yang memukuli Bambam saat ini adalah orang-orang yang memukulnya tadi siang di dalam toilet. Aku tahu soal permainan piano Bambam yang menawan, tapi aku tidak mengerti apa yang mereka ributkan dengan persoalan tim orchestra kelulusan.
Aku ingat betul pernah mendengar soal Yugyeom dan Bambam yang sama sekali tidak pernah akrab. Tapi hari ini, kurasa aku salah lihat. Yugyeom adalah yang pertama melesat dari kelas dan menyelamatkan Bambam. Bahkan saat ini, ia juga yang mencoba memboyong tubuh lemah Bambam menjauh.
Dokyeom, Mingyu dan Jaehyun ada di belakangku. Aku tidak tahu kemana perginya Eunwoo dan Jungkook. Oh, akan lebih baik lagi kalau tiga orang di belakangku ini pergi juga.
Aku pikir dengan kepalan tangan yang turun, menandakan tidak ada perlawanan lebih lanjut dari pemuda-pemuda itu. Tapi aku salah.
Saat Bambam berhasil diboyong oleh Yugyeom, saat itu sebuah balok kayu besar melayang sempurna di dekat kepalanya. Tekstur kayu itu sungguh sangat mengerikan, keropos dengan beberapa paku berkarat yang bersarang di sekelilingnya. Tidak banyak sih, tapi cukup untuk merobek kepala Yugyeom.
Karena memboyong Bambam, gerakan refleks menghindar Yugyeom sedikit melemah. Lebih tepatnya, ia tidak menghindari bahaya itu kurang dari dua sentimeter. Satu-satunya cara adalah mendorong Yugyeom dan membuatnya terhindar dari balok tersebut.
Tapi siapa yang akan melakukannya?
Salah perhitungan sedikit, meskipun balok tersebut gagal mengenai kepala Yugyeom, bisa saja mengenai kepala si penolong.
Aku tidak akan tega memerintahkan satu di antara tiga murid ku untuk melakukan ini meskipun kelihatannya mereka menunggu perintahku. Aku gurunya di sana. Dan aku bertanggung-jawab atas mereka selama di lingkungan sekolah.
Kejadian ini ada di gedung ini, jadi apa boleh buat. Ini masih bagian dari tanggung-jawabku juga.
Aku melangkah ke depan dan mendorong tubuh Yugyeom kuat-kuat. Saat ku tengok, ia sudah terjerembab bersama Bambam yang ada di bawah tubuhnya. Aku melihat ke depan dan jarak balok kayu dengan dahi ku kurang dari satu detik saja.
Meskipun aku dapat menghindarinya, tapi menurut perhitunganku pastilah ada bekas luka melintang yang akan menggores pelipis kiri ku. Terlalu terlambat untuk menghindar sekarang.
Habislah sudah wajahku.
BRUGH!
Balok kayu itu melayang kembali kepada si pelempar. Tiga pemuda itu mundur karena terkena pukulan telah benda yang seharusnya menjadi senjata mereka. Aku berani bersumpah aku tidak melakukan apapun pada balok kayu tersebut.
"Apa kau terluka?" Suara berat yang kukenal. Aku melihat ke sisi kiri, ada Jeon Jungkook dengan kuku-kuku jari yang berdarah-darah. Eunwoo di belakang Jungkook, membawa kotak perlengkapan medis. Tanpa perlu ku suruh pemuda itu segera menghampiri Bambam dan Yugyeom yang mungkin saja terluka.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN TROUBLED MEN
HumorIni buruk! Hwang Eunbi dikirim kesebuah sekolah karena telah gagal menempuh ujian ketiga. kalau dikirim ke sekolah untuk belajar dan mengasah kemampuan musiknya lagi sih tidak apa-apa, tapi ini... Eunbi menjadi guru. kau dengar? menjadi GURU! sim...