Di sinilah Felix, distrik sembilan Medelline, setelah perjalanan jauhnya dari Las Vegas. Dia meratapi, sedikit mengaduh ketika dihadapkan orang-orang berlogat Spanyol.
"Kau yakin kau bukan wanita?" Felix tak suka cara orang-orang bertubuh besar itu melecehkannya dengan nada bercanda. Memang pilihan Felix ingin terlahir dengan muka begini? Dia bahkan sudah sering berolahraga agar perutnya kotak-kotak.
Sekitarnya gelap dan pernapasannya terganggu. Harusnya, dia dengarkan ketika Changbin ingin menemaninya. Kalau sudah seperti ini, Felix terpaksa harus memutar otak agar keluar dari situasi sulit ini. Karung yang membungkus kepalanya—tampaknya bekas gandum—dibuka, Felix menarik napas kuat-kuat. Bola mata coklat cerah miliknya mengedip membiasakan cahaya.
Sekitarnya terlihat suram. Hanya ada beberapa lelaki bertubuh besar dan bersenjata. Dia kemari untuk berlibur—mencari sesuatu—dan berakhir dengan bisnis tak disengaja. "Aku sedikit bingung, mengapa dia bisa dengan mudah masuk ke pusat Medelline?" Salah satu bertanya. Dia menyulut cerutu, suara embusan napasnya membuat Felix bergedik jijik.
Tubuh terikat jelas tak berdaya. Felix pikir, kalaupun ikatannya di lepas, dia sama tak berdayanya. "Mungkin dia gigolo yang diimport." Pernyataan yang sungguh membuat Felix tersedak. Dia akan bunuh orang-orang ini tanpa ampun.
"Kupikir juga begitu. Kita cicip saja dulu, pemiliknya takkan tahu."
"Siapa yang membelimu?" Tidak punya otak sekali si penanya dengan nada vulgar itu. Felix menggigit bibir bawahnya, dalam hati mengutuk mantan tangan kiri terakhirnya yang mati tanpa izin. "Orang distrik 8?"
"Ya, distrik 8."
Hening sejenak. Suara berat Felix membuat mereka tertawa. "Tak kusangka suaranya tak sinkorn dengan wajahnya."
"Kalau orang distrik 8, kita tak boleh menyentuh." Felix tak menyangka saja, distrik 8 ternyata sepenting itu. Kalau begitu, setelah dari sini, dia akan ke sana mencari barang yang ditinggalkan ayahnya.
Seorang pria setinggi Felix, berkulit hitam berlari dari pintu depan gudang. Di antara semua tempat untuk transaksi, Felix menyayangkan mereka memakai gudang berbau amis ini. Udara terasa lembab dan api di tong-tong kecil dijadikan penghangat. Felix tahu kalau mereka hanya tikus miskin. Pimpinan mereka juga tidak ada di tempat. Sedikit berandai, jikalau ada, Felix takkan sesulit ini.
Mengapa mereka bisa tak tahu siapa orang paling berkuasa di Amerika Serikat? –batin Felix berteriak tidak santai.
"Suruh dia masuk!" Seseorang yang tampak paling berkuasa duduk anteng di dekat api. Dia dari tadi diam, akhirnya bersuara. Tampaknya si kecil memberikan informasi penting dan dia sedang ingin menyambut orang penting. "Kita kedatangan kurir dari distrik 8, sekalian untuk memastikan benarkah dia di sewa oleh petinggi di distrik sana."
Felix memaki dalam hati.
---------------------------------------------------------------------------------
Sekali lagi, Hyunjin memastikan alamat yang tertulis di notes kecilnya sesuai dengan tempat dia berpijak. Meski, dia hapal seluruh sudut kota Medelline, kalau sampai penerima paket salah, habislah dia. Dia sudah menunggu sekitar sepuluh menit hingga pemuda lebih pendek darinya dan berkulit hitam menginformasikan bahwa dia boleh masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Code Name : R [HYUNLIX]
FanfictionFelix tahu, Hyunjin takkan pernah meninggalkannya. Karena Hyunjin adalah "Queen" dalam papan caturnya. "Sometimes I feel like God...when I order someone killed - they die the same day." HYUNLIX