Langkah Jisung terhenti di anak tangga ke empat menuju kamarnya di lantai dua mansion—markas Stray di Las Vegas milik Seungmin—setelah mendengar suara berat rendah Felix. Dia mengamuk di telepon dan nyaris rutin. Changbin sesuai janji baru saja kembali ke Italy, jadinya tak ada yang akan bertanya tentang keadaan si pirang.
Akhirnya, Jisung mengambil inisiatif. "FUCK OFF CHRIS!" Setelah mendengar makian si muda sehari darinya. Jisung berjalan ke ruangan tengah, menemukan Felix membanting ponselnya dan Hyunjin yang terduduk lesu di sofa dengan buku-buku tebal. Dia menghela napas, Felix dan Bang Chan—pemimpin mereka—jika bertengkar persis seperti adegan perkelahian rumah tangga.
Terkadang, Jisung hanya akan menemukan Bang Chan tertawa-tawa dan Felix yang mencak-mencak tentang kemauan tak dituruti. Meski, ujungnya, Bang Chan akan mengabulkan. Kali ini, mungkin lebih sulit. Lantas, apa peran Hyunjin. Ah, seperti bocah SD yang dipaksa belajar, lalu tetap dapat nilai jelek.
"Kau baik-baik saja?" Jisung basa-basi. Bukan pada Felix, melainkan Hyunjin. Dia duduk di sisi Hyunjin—di sofa panjang—dan mengecek buku-buku di hadapan lelaki pirang gondrong itu.
"Tidak." Ingatkan Jisung, kalau dia suka sekali dengan kejujuran Hyunjin.
Felix berbalik, dia mengatur napasnya. Wajahnya memerah dan emosi jelas terlihat dari raut wajahnya yang biasanya tenang. Ada apa gerangan? Sejak kapan si Sunshine hobi senyum berubah menjadi tempramen.
"Kau tak balik ke Macao?" Ini pertanyaan sama kesekian kalinya yang Jisung dengar. Seresah apa mereka? Apa sih salahnya Jisung menetap di Las Vegas. Dia bisa membantu satu dua pekerjaan Hyunjin untuk menjaga Felix atau bermain di casino pria itu.
"Aku butuh pencuci uang." Pernyataan itu menohok ulu hati Felix. Jelas manusia ini yang paling butuh pengganti Woojin. Jisung membuka pelelangan illegal, transaksinya bukan jumlah sedikit dan harus di bayar dengan uang cash agar tak tercium penegak hukum. Terkadang, Felix juga membeli manusia dari sana. Dua dari bawahannya dari sana.
"Aku butuh pencuci mulut." Hyunjin mengadu. Dia lapar dan Felix bilang, dia tak boleh makan kalau belum membaca empat puluh lembar halaman buku dengan suara lantang. Jisung mengulurkan tangannya, menepuk-nepuk bahu Hyunjin dan bertingkah seperti orang tua bijaksana. Dia paham masalah Hyunjin, tapi dia tak bisa bantu banyak.
Bobot tubuh Hyunjin telah bertambah sejak terakhir bertemu di ruangan Felix tempo hari. Pemuda itu menjadi lebih berisi dan wajahnya tak setirus mayat. Felix benar-benar mengatur pola makan dan hidup pemuda itu. Istilah kasarnya, terlalu banyak investasi, jikalau hanya sekadar memuaskan dalam hubungan sex.
Tampak-tampaknya Felix terlalu menyukai Hyunjin.
"Bang Chan menyuruhnya jadi pencuci uang, menggantikan Woojin." Jisung mulai mengerti duduk permasalahannya.
"Itu bagus untuk karirnya."
"Dia hanya bisa membaca buku cerita bergambar dan matematika dasar bilangan satuan." Kalau ini gawat. Jisung bisa tertangkap dan diseret ke penjara. Begini-begini dia lebih suka rumah Seungmin daripada jeruji besi. "Itu sama saja seperti menyuruhmu mengambil alih pekerjaan I.N, takkan berhasil!"
Hei, kenapa dia dibawa-bawa?
Tapi gak salah sih.
"Kau tak ke casino?" Felix mendengus, dia menatap Hyunjin tajam. Akhirnya, di antara semua kelebihan Hyunjin, dia menemukan satu kelemahan paling menjengkelkan. Pemuda ini berpikir dengan sum-sum tulang belakang, bukan otak. Jisung sedang mencoba mengeluarkan Hyunjin dari kemarahan meledak-ledak tak berguna Felix.
Kalau boleh dibilang, Jisung geli sendiri. Dia pikir, Felix Cuma bisa bersikap imut di depan Bang Chan, ternyata dia bertingkah di luar nalar di depan Hyunjin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Code Name : R [HYUNLIX]
FanfictionFelix tahu, Hyunjin takkan pernah meninggalkannya. Karena Hyunjin adalah "Queen" dalam papan caturnya. "Sometimes I feel like God...when I order someone killed - they die the same day." HYUNLIX