Suara detik jarum jam menginvasi ruang, napas tenang Hyunjin adalah bukti jantung pemuda itu masih berdetak. Dia hidup dan Changbin merasa takjub. Dia menyaksikan sendiri tiga dosis racun memasuki pembuluh darah, Felix yang menyuntiknya. Pemuda dengan tinggi di bawah rata-rata anggota organisasi Stray itu bahkan mengusap kasar wajahnya saat Hyunjin bergerak tak karuan di atas pesawat pribadi mereka.
Mengejang, badan panas, dan mulut berbuih. Changbin sudah bertaruh dengan batinnya, Hyunjin akan mati. Pasti mati. Bak keajaiban, pria itu bernapas pelan di atas ranjang bersprei abu-abu. Di kamar yang disediakan Felix untuknya dengan dekorasi dominan putih abu-abu. Tidak banyak perabotan, hanya sebuah meja bundar dengan empat kursi mengelilinginya, di pernis hingga mengkilap. Ada satu batang bunga tulip putih di atas pot kecil di atasnya.
"Sejujurnya aku ragu dia hidup." Changbin menatap Felix yang duduk di sisian tempat tidur. Jemarinya pelan mengusap rambut gondrong Hyunjin. Kaki pemuda 171 cm itu bersilang saling bertumpuan, punggungnya bersandar di sandaran ranjang.
"Aku tahu dia akan hidup." Felix tersenyum. Dia tersenyum cerah saat mata dambaannya terbuka perlahan. Berkedip-kedip menyesuaikan cahaya dan dia memejam lagi saat merasakan jemari Felix mengelus kepalanya. Dia nyaman. "Buka matamu, ayo sarapan!"
Changbin menganga, sudah lewat pukul enam sore dan Felix mengajaknya sarapan? Otak pemuda pirang itu mungkin tertinggal di suatu tempat di Kolombia. Dia sudah berkonsultasi dengan dokter pribadinya, Hyunjin terkena kekurangan nutrisi. Tubuhnya juga sudah beradabtasi baik terhadap obat khusus. Si dokter hanya tak tahu, Felix menyuntikkan tiga dosis.
Hyunjin beranjak mengikuti Felix dari belakang dengan kepala tertunduk. Dia melihat pakaiannya sudah berganti dengan pakaian nyaman yang terasa lembut di kulit. Mata Hyunjin beralih dari punggung sempit Felix pada dirinya di dalam cermin. Dia terlihat lusuh dengan lengan penuh luka yang terekspos,
"Kupikir kau harus menyuruhnya mandi dan sedikit bersiap. Mereka takkan suka dengan sesuatu yang kotor di meja makan." Changbin menghentikan langkah Felix. Dia menepuk dahinya, dua puluh menit lagi, organisasi mereka akan makan. Felix lupa. "Ayo keluar Felix, kita biarkan dia bersiap dahu--"
Changbin menganga lagi, Felix dengan santai membuka satu per satu kancing kemeja Hyunjin. "DIA BISA MANDI SENDIRI, HOI!" Apa Felix benar-benar menganggap sedang mengadopsi anjing liar? Hyunjin itu manusia, bukan binatang.
Bibir Felix maju beberapa centi, tak terima aksinya dihentikan Changbin. "Hyunjin, kau bisa berbicara?" Dia sedikit khawatir Hyunjin cacat setelah kejang-kejang dalam waktu lumayan lama.
"Aku bisa." Suara itu, Felix suka. Dia akan suruh Hyunjin banyak berbicara nanti.
"Kau bisa mandi sendiri?" Changbin mencelos mendengar pertanyaan tak penting.
"Tidak." Senyuman asimetris itu terlihat di bibirnya, tatapannya lurus pada Changbin. Sementara Felix sudah menariknya ke dalam kamar mandi. Demi apa, Changbin merasa melakukan hal bodoh. Si keparat Kolombia itu jelas ingin menjadi peliharaan Felix,
===================================================================
KAMU SEDANG MEMBACA
Code Name : R [HYUNLIX]
FanfictionFelix tahu, Hyunjin takkan pernah meninggalkannya. Karena Hyunjin adalah "Queen" dalam papan caturnya. "Sometimes I feel like God...when I order someone killed - they die the same day." HYUNLIX