CHAPTER 14

1.5K 168 1
                                    

*** Flashback

Kecelakaan yang Jeno alami saat ia masih berumur tujuh tahun, kecelakaan parah yang mengakibatkan Jeno harus kehilangan ingatannya.

Jeno memulai kehidupannya sebagai Lee Jeno yang baru.

Untuk menghilangkan kenangan buruk yang pernah terjadi pada putranya, Tuan dan Nyonya Lee memutuskan untuk merahasiakan kecelakaan tersebut dari Jeno. Mereka ingin Jeno memulai kehidupan yang baru dengan lebih baik lagi dan bisa melupakan peristiwa kecelakaan yang harus merampas ingatan penuh dalam hidup anaknya. Bahkan mereka berusaha menutup-nutupi apa yang terjadi pada Jeno tujuh tahun lalu itu.

"Ibu, hari ini sehabis pulang sekolah, aku harus latihan basket dulu." Jeno menjeda ucapannya sejenak untuk mengikat tali sepatunya.

"Apa akan ada perlombaan?" Tanya Nyonya Lee.

"Ya, minggu depan akan ada perlombaan. Kami akan beradu tim dengan sekolah lain untuk memenangkan perlombaan itu." Jelas Jeno.

"Kau sudah 15 tahun, Jeno. Ibu yakin kau pasti bisa menjaga dirimu dengan baik." Nyonya Lee tersenyum pada Jeno lalu mengusap puncak kepala anaknya itu.

Akhir-akhir ini Jeno senang berjalan kaki, contohnya sekarang ; meski ia punya seorang supir pribadi sendiri yang siap 24 jam mengantarkannya kemanapun, namun Jeno enggan di antar kemanapun oleh supir pribadinya itu dan memilih berjalan kaki menuju halte bus dan menaiki kendaraan umum tersebut untuk berangkat ke sekolah.

Selain senang dengan udara pagi yang baginya sejuk, Jeno juga suka jika harus berjalan kaki pagi hari. Karena bagi Jeno itu menyehatkan sekaligus melatih kekuatan kakinya.

Setelah lamanya Jeno menempuh jarak menuju halte bus beberapa menit, akhirnya ia sampai. Namun sayangnya Jeno harus menunggu lagi bus berikutnya karena bus yang hendak ia tumpangi tadi sudah penuh, Jeno beruntung karena ia masih memiliki waktu sekitar lima belas menit untuknya sampai ke sekolah.

"Permisi."

Sebuah koper kecil berwarna merah tiba-tiba saja menimpah ujung kaki Jeno, membuatnya meringis.

"Akh!"

Memang koper itu berukuran kecil, namun saat benda berat itu menimpah ujung kaki Jeno yang bahkan dilapisi oleh sepatu sekolahnya, nyatanya itu tetap terasa sakit.

"Maaf, maaf. Aku tidak sengaja."

"Ya, tidak apa-apa." Balas Jeno, lewat sudut matanya Jeno mengikuti kearah mana gadis yang membawa tas ransel di bahunya serta menyeret koper kecil itu hendak berpindah posisi.

Rupanya ia menempatkan posisinya dengan lebih nyaman, mungkin karena ranselnya yang keberatan atau memang gadis itu sudah lelah mengejar bus terakhir yang sebentar lagi akan datang. Gadis itu duduk sembari menghela nafasnya panjang, tampak lelah.

Tidak lama kemudian bus terakhir datang, orang-orang yang berada di halte bus langsung memenuhi bus tersebut termasuk Jeno, semua bangku didalam bus telah terisi penuh oleh penumpang. Lagi-lagi mata Jeno tertuju pada gadis itu, gadis bersurai panjang berwarna hitam dan berwajah mungil. Ia tampak sangat menyayangkan bahwa tidak ada lagi bangku yang tersisa untuknya.

Karena kasihan, Jeno pun memilih untuk berdiri saja, membiarkan gadis itu menggantikan posisinya.

"Hei! Kau?" Gadis itu menoleh pada Jeno lalu menunjuk dirinya.

Jeno mengangguk lalu memberi kode pada gadis itu agar mendekat padanya.

"Jika kau sangat lelah, kau bisa menempati tempatku ini." Ucap Jeno, gadis itu sontak merasa senang dan langsung berterima kasih pada Jeno.

"Terima kasih banyak."

"Sama-sama."

"Kau... "

"Kau Jeno kan?" Tanya gadis itu. Matanya menyipit memperhatikan detail wajah Jeno yang tidak asing itu baginya.

"Kau mengenal aku?" Heran Jeno.

Gadis itu tampak segera menggelengkan kepalanya, "Maaf, wajahmu mirip sekali dengan seseorang." Sahut gadis itu.

Tidak lama setelah bus tersebut mulai melaju dan berhenti di halte untuk menurunkan salah satu penumpangnya, Jeno menyadari ada satu tempat kosong yang berada di belakang dan tanpa berlama-lama ia langsung menempatinya. Posisinya kini jauh dari gadis itu. Jano tidak bisa terus berdiri didalam bus sepanjang perjalanan menuju ke sekolahnya bukan?

***

Setelah selesai latihan basket, Jeno dan teman-temannya memutuskan untuk tidak langsung pulang. Salah satu teman Jeno mengajaknya untuk menemaninya menonton sebuah pertunjukan balet.

Awalnya Jeno menolak keras ajakan temannya itu untuk menonton pertunjukan balet, namun karena semua teman seanggota tim basketnya ikut dan terus memaksa Jeno, mau tak mau Jeno terpaksa ikut juga bersama mereka.

"Apa menariknya nonton pertunjukan balet?" Gerutu Jeno dalam hati.

"Lihat! Gadis yang itu sangat cantik." Ujar salah satu teman Jeno, menunjuk salah satu gadis yang ada di atas panggung.

"Tidak, itu biasa saja. Lihat gadis yang memakai pakaian balet berwarna ungu itu." Tunjuk salah satu teman Jeno, lagi.

"Hei, dia melihatku!" Teman Jeno yang berada tepat disisi kirinya tiba-tiba saja bersorak gembira.

"Astaga?! Kenapa mereka semua  terlihat cantik-cantik?" Timpal teman Jeno yang berada disisi kananya.

Jeno hanya bergumam kesal sendiri saat mendatangi tempat ini, teman-temannya itu sangat berisik meributkan beberapa gadis yang berada di atas panggung yang tengah melakukan tarian balet.

Jeno juga kesal karena ternyata ini bukan sebuah pertunjukan tarian balet ataupun sebuah acara resmi yang dihadiri oleh banyak penonton, namun ini hanyalah tempat dimana para gadis seumuran mereka tengah berlatih menari balet untuk acara pertunjukan yang entah kapan teman seanggota tim Jeno saja tidak tahu.

"Aku ingin pulang saja." Ujar Jeno, merasa bosan.

"Hei, nanti dulu. Mereka juga akan segera selesai sebentar lagi." Jeno bertambah kesal saat teman-temannya itu malah menahannya agar tidak pergi, dengan terpaksa Jeno menikmati apa yang ada di hadapannya hingga selesai.

Mata Jeno menyipit saat melihat sosok gadis dengan pakaian balet berwarna merah muda itu, terasa tidak asing namun Jeno lupa dimana ia pernah melihat gadis itu.

"Apa kalian percaya?! Gadis yang memakai pakaian balet berwarna merah muda itu baru saja melambaikan tangannya pada Jeno?!" Jeno menutup telinganya akibat mendengar teriakan heboh nan melengking temannya itu.

"Di mana?! Di mana?!"

"Kalian saling mengenal?"

"Apa kalian mengenal gadis itu?"

"Dia cantik, tapi mengapa kau tidak pernah mengenalkan kami dengannya, Jeno?"

"Apa kau buru-buru pulang karena kau tidak ingin kami semua mengetahui bahwa kau telah memiliki seorang kekasih di atas panggung itu?!"

Jeno sama sekali tidak merespon ucapan teman-temannya itu, Jeno hanya diam seraya matanya terus melihat ke arah gadis itu yang bahkan kini tersenyum ramah padanya.

"Gadis itu.. bukankah dia gadis yang tadi pagi." Gumam Jeno pelan.

  

   

   

  
   

    

  
 

 


   

  
 

 

   
 
_________________________________TBC

Pokoknya bayangin aja kalao temen-temen seanggota tim basket Jeno itu member NCT 00L ya...

Still Into You : Karina Jeno ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang