SEMUA SALAH ARASKA?

584 48 26
                                    

Jangan lupa vote dan komennya :) 

***

Araska berdiri sambil menyandarkan tubuhnya pada tembok rumah sakit. Di satu tangannya memegang sebatang rokok yang sedari tadi tak kunjung dia nyalakan, sebab masih di koridor rumah sakit yang mana merupakan area yang melarang untuk merokok di sana.

Di sampingnya duduk bibi dengan gelagat cemas yang membuat Araska muak. Araska memandang datar ruang rawat di mana ada Aquella di dalam sana tengah ditangani dokter.

Araska memandang seragam sekolahnya yang penuh dengan darah. Tadi sesampainya mobil di rumah sakit, bibi yang penuh kecemasan menyuruh Araska menggendong Aquella agar segera mendapat pertolongan. Dengan emosi karena desakan, Araska akhirnya menggendong Aquella yang penuh darah di celana dan kaki untuk masuk ke dalam rumah sakit.

Selama perjalanan menuju rumah sakit, bibi sibuk menelpon papa dan mama Araska untuk memberikan informasi mengenai kondisi Aquella. Araska muak. Terlalu berlebihan menurutnya. Siapa sebenarnya gadis itu? Seberapa penting gadis jalang itu sampai-sampai kedua orang tuanya dengan mudah membatalkan pertemuan dengan klien besar hanya untuk datang melihat kondisi Aquella.

"Araska! Tunggu papa dan mama dirumah sakit, jangan kemana-mana. Jagain istri kamu."

Sakit jiwa, batin Araska saat mendengar suara telefon dari kedua orang tuanya tadi.

Araska mengedarkan pandangannya ke seisi koridor rumah sakit. Matanya menangkap siluet yang sangat tidak asing di matanya. Mata Araska mebelalak kaget, sebab yang dia lihat adalah Casandra, kekasihnya.

Sekali lagi, masih pantaskah disebut kekasih?

Araska berlari menghampiri Casandra yang hendak keluar dari rumah sakit. Tangannya dengan cepat menarik pergelangan tangan Casandra. Casandra yang terkejut pun akhirnya membalikan tubuhnya. Sama terkejutnya dengan Araska, mulut gadis itu nyaris terbuka lebar karena melihat Araska yang berdiri di depannya.

"Araska?"

"San? Kamu sakit?" tanya Araska sambil menggengam tangan Casandra lembut dengan raut wajah khawatir. Casandra tersenyum kikuk lalu menggeleng. "Aku nggak apa-apa, Ka," jawab Casandra sambil tersenyum tipis ke arah Araska.

Araska menghela napasnya lega. "Kirain kamu sakit. Terus, siapa yang sakit? Kok bisa ada di sini?" tanya Araska lagi.

"A-aku barusan aja donorin darah aku buat pasien yang katanya kekurangan darah. Mumpung golongan darah aku cocok sama pasiennya," jawab Casandra.

Araska tersenyum penuh cinta, lalu mengelus surai hitam milik Casandra dengan tatapan bangganya. "Selain cantik, kamu baik banget, San. Buat aku makin yakin kamu cewek yang pantas buat aku," ujar Araska tanpa sadar.

Casandra menatap Araska dengan tatapan yang sulit Araska baca. "Kenapa, San?"

Casandra menggeleng pelan. Gadis itu memperhatikan Araska dari atas sampai bawah. "Baju kamu kok penuh darah? Kamu kecelakaan?" tanya Casandra dengan nada bicara terkejut.

"Oh, ini? Si jalang masuk rumah sakit. Gue disuruh bopong sama bibi, makanya baju gue kena darah jalang sialan itu," jawab Araska jahat.

"Dia bukannya lagi hamil? Jangan-jangan dia keguguran, Ka."

"Bagus kalau gitu," celetuk Araska tanpa pikir panjang.

Casandra memandang Araska dengan tatapan yang sama, tidak bisa Araska tebak.

"Kok kamu gitu sih, Ka?"

"Kamu belain dia?"

"Bukan belain, Ka, tapi jawaban kamu itu jahat. Bayangin kalau aku di posisi dia. Terus ada laki-laki yang sifatnya kayak kamu. Dia memperlakukan aku kayak kamu memperlakukan istri kamu. Sakit banget kalau dia tau, Ka," ujar Casandra membuat Araska tertegun.

ARASKA™ WARLOCKS!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang