Suara peluit ditiup dengan keras oleh juri yang mengawasi. Saat itu juga orang-orang berlomba memakan donat untuk menjadi juara. Masing-masing orang dewasa mendapat 33 donat per orang dan harus dihabiskan dalam waktu 15 menit. Sedangkan anak-anak mendapat 25 donat.
Terdapat lima juri yang mengawasi dan menilai, tak lupa dengan maskot donat yang menari-nari untuk meramaikan suasana. Setiap meja peserta terdapat tombol merah untuk ditekan untuk orang yang telah menghabiskan donat miliknya. Siapa yang cepat menghabiskan semua donat itu dalam waktu yang sudah ditentukan, maka dia lah pemenangnya.
Gadis kecil itu mengambil dua potongan donat berukuran besar sekaligus, kemudian memakannya dalam gigitan besar secara bergantian.
"Aku harus menang. Harus menang!"
"Ayo semangat. Kamu harus menang!"
Kata-kata itu dia lafalkan dalam hati. Gigit, kunyah, telan dan gigit kembali ia lakukan dalam waktu yang singkat.
Semua orang berlomba-lomba memakan tumpukan donat itu yang kian menyusut.
Sang juri melirik stop watch yang melingkar di pergelangan tangannya. "Waktu tinggal 7 menit lagi. Ayo-ayo semangat, kalian pasti bisa," ujarnya memberi semangat
Gadis itu menambah kecepatan tangan dan mulutnya, waktu tinggal sedikit lagi, dan ia masih punya beberapa donat di depannya.
Bruk!
Seorang pria dewasa terjatuh dari bangkunya dengan wajah memerah dan perut kembung. Tampaknya ia begitu kekenyangan. Dengan cepat pria itu dibawa oleh pihak kesehatan dan membawanya ke tenda yang sudah disediakan di samping tenda juri.
Semua anak-anak sudah teler dengan menelungkupkan kepalanya di atas meja. Padahal donatnya masih tersisa banyak dengan beberapa remahan yang berantakan.
Sorak-sorai para penonton semakin membuat suasana semakin tegang.
"Ayoo kalian pasti bisa!"
"Anak itu begitu bersemangat, aku tak yakin bila ia sanggup menghabiskan sisanya."
"Kasihan pria itu tampak begitu kekenyangan."
"Iya kasihan sekali."
"Jika aku yang ikut lomba, sudah pasti aku akan kalah."
"Hei! kau bahkan belum mencobanya."
"Aku bisa meramal masa depan, yang pasti aku akan kalah."
"Kau hanya menerka saja. Sudahlah mending kita lihat siapa pemenangnya."
Bruk!
Bruk!
Dua orang pria secara bersamaan terjatuh dengam wajah memerah, sama seperti pria pertama tadi yang sudah tak sanggup untuk menghabiskan donat itu.
Gadis kecil itu sudah kekenyangan, di dahinya menetes buliran-buliran keringat sebesar jagung. Kedua pipinya penuh dan bulat seperti bola. Tangan pendeknya meremas satu donat agar gepeng dan bisa masuk ke dalam mulutnya dengan cepat.
"Wah, sepertinya kita punya calon pemenang di sini," ujar juri menatap gadis kecil dan satu orang pria dewasa di sebelahnya.
"Semangat gadis kecil, kau pasti bisa!" lanjutnya memberi semangat.
Gadis itu tak menjawab dan sibuk dengan donatnya yang tersisa 3 buah. Sedangkan pria di sebelahnya masih mempunyai 4 buah donat.
"Aku tak mengira dia sekuat ini," batin pria itu tak percaya melirik gadis di sebelahnya.
"1 menit lagi!"
Gadis itu mempercepat kunyahannya, bahkan Wajahnya sudah belepotan dengan cream dan toping.
"Ayo kita hitung sama-sama."
"10."
"9."
"8."
"7."
Waktu tinggal 7 detik lagi. Sungguh sangat singkat.
Gadis itu memasukan potongan terakhir donat ke dalam mulutnya. Tangan mungilnya dengan cepat menekan tombol merah hingga menyala. Bersamaan dengan tertelannya donat tersebut memasuki lambung.PRITTT!!
"Yeahhh! Kita punya pemenangnya!" teriak juri pengawas dengan hebohnya setelah meniup peluit di detik ke satu.
Disambut dengan tepukan tangan dari penonton begitu meriah. Gadis itu menghabiskan air putihnya sebagai penutup. Kemudian mengangkat kedua tangannya ke atas dengan wajah bahagia, kedua sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk lengkungan bulan sabit.
Sedangkan pria yang disebelahnya menjatuhkan kepalanya hingga mengenai satu buah donat yang masih tersisa. Dirinya kalah dengan anak kecil.
"Selamat untuk sang pemenang. Paman tak menyangka kalau kau akan jadi pemenangnya. Memakan 35 donat ukuran besar sungguh merupakan keajaiban. Kau bisa menghabiskan semuanya dalam waktu yang singkat. Bahkan masih menunjukkan wajah semangatmu kepada kami."
"Hehe, aku selalu meyakinkan dalam hatiku bahwa aku juga bisa menang," sahut gadis itu tersenyum memamerkan giginya yang berwana-warni oleh coklat dan glaze.
"Mana hadiahku?" tanyanya polos dengan wajah bangga.
"Kau sungguh tak sabar sekali."
"Ikuti aku."
~•●•~
To Be Continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Donat [END]
Короткий рассказGadis gendut yang selalu makan dan memakan. Kesukaannya adalah donat glaze matcha bertoping choco chips. Hingga sebuah mimpi membawanya terbang dengan sihirnya. Mengubahnya menjadi benda lembut itu yang mengalami kesialan. ~•••~ Publish & revisi ula...